Bab 1. Home

363 39 15
                                    

Tenang, itu yang di rasakan Ika sekarang. Ditemani oleh tujuh pria di depan, tentu saja dilayar kaca persegi ini. Tak lupa, ciki-ciki dan beberapa botol minuman yang sebagain sudah habis dan berantakan di sekeliling badan Ika yang terlungkup.

Oh, ini didalam kamar ngomong-ngomong. Dan masih pagi.

Ika tersentak, ibu secara tiba-tiba membuka pintu kamar dengan kasar dengan gaya muka yeahh bisa dikatakan marah, lalu kedua tangannya berada di kanan kiri pinggang. Ingin apa dia? Senam?

"Oh? Ada apa ma?" Tanya Ika membuka suara duluan karena semenjak pintu dibuka secara kasar, wanita di sana sama sekali belum membuka suaranya, namun matanya masih mengarah pada Ika. Ika mengacuhkannya. Sudah biasa memang seperti ini, namun dulu dia hanya melihat sebentar lalu pergi begitu saja. Tapi kali ini, kenapa berbeda? Ibu itu kerasukan mahkluk apa?

Anehnya, ibu masih tetap bungkam. Ika jadi sedikit takut. Sebelum hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, segera Ika matikan smartphone, lalu kembali menghadapnya.

"Mama kenapa masih dirumah? Mama tidak kerumah sakit bersama Ayah?" Ucap Ika sekali lagi. Jujur saja, sedikit was-was. Ika takut sekali di bentak, apalagi sampai dipukul.

Dengan berat, ibu menghela nafas. Ika tahu, ibu itu tak akan pernah memarahi.

"Kau itu anak gadis, sudah sembilan belas tahun, otakmu itu sudah dewasa, apa kau paham arti dari kerajinan? Kerapian? Kebersihkan? Bahkan kau belum mencuci wajahmu, kau malah asik menonton hal yang tak berguna sama sekali? Dipagi hari? Apa otakmu masih waras, Ika!"

Oh astaga, Ika sampai tersentak karena kata terakhir itu. Ternyata salah, kali ini Ibu membentaknya. Tidak-tidak, air mata jangan keluar dulu, jangan menjadi gadis cengeng hanya karena bentakan.

"Buka mulutmu." dengan sedikit ragu Ika mencoba membuka mulut. "Dan kau belum menggosok gigimu?!" seketika mulut Ika tertutup, pandangannya mulai turun kebawah, menatap keramik putih yang menjadi alas untuk injakan kaki.

"Pergi, bersihkan dirimu. Lalu makan sarapanmu. Mama hari ini dirumah." dengan nada yang sedikit melembut Ibu keluar tanpa menutup pintu.

Ahh, pagi Ika yang suram. Biasanya tak seperti ini. Ibu itu kenapa? Toh, Ika ini belum punya kekasih, jadi tak ada masalahnya Ika berhubungan dengan Bangtan, meskipun lewat layar.

Semenjak insiden tadi, Ika jadi takut nonton dipagi hari lagi. Ibu itu macam tidak pernah muda saja, ck!

Setelah selesai makan, Ika bergegas menuju kamar lagi, namun ketika sudah mencapai anak tangga ke tiga, suara ibu menggema, suara itu berasal dari kamar mandi.

"Habis makan cuci piringnya, Ika! Jadilah, anak yang rajin!" Teriaknya dari dalam kamar mandi. Kenapa Ibu bisa tahu Ika hendak ke kamar, sedangkan dia masih didalam kamar mandi dengan pintu tertutup rapat. Memang ya, pendengaran seorang Ibu itu tajam sekali.

Sempat diam sesaat, mencoba mengabaikan dan kembali ke kamar dengan langkah pelan seperti mengendap-endap. "Jangan mencoba kabur!" Astaga!

"Ya!" Teriak Ika. Dengan sangat terpaksa Ika kembali ke meja makan, mengambil piring kotor tadi. Lalu mencucinya. Menggosok dengan kuat, memukul sendok ke permukaan piring beberapa kali agar terdengar oleh Ibu. Sebal. Ika tidak pernah mencuci piring, ini pertama kalinya. Kuku Ika jadi lecet.

"Sudah." jawab Ika sedikit keras. Jangan salah paham, Ika berbicara keras karena Ibu masih didalam kamar mandi. Lama sekali, entah apa yang dilakukannya disana.

Different - Min Suga [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang