Bab 26. I think he's back

82 17 34
                                    

Sejak mendengar kalimat-kalimat yang terlontar dari mulut Seokjin yang lalu, Suga selalu ceroboh melakukan hal apapun. Suga bersyukur Jin tidak mengingat apa yang telah dikatakannya malam itu. Ia hanya mengingat jika mereka memang sedang minum bersama.

Dimana pun tempatnya, apapun yang dilakukan Suga bahkan saat latihan saja, Suga masih memikirkannya.

Kenapa dirinya tidak pernah memikirkan itu? Tapi haruskah Suga mengorbankan dirinya? Berpindah keyakinan itu tidak mudah.

Cintanya telah terhalang agama. Dan masalah baru datang. Tidakkah cukup hanya karena perbedaan keyakinan? Mengapa saudaranya sendiri juga masuk peran dalam hubungannya?

Untuk menghilangkan pikiran stresnya, Suga memilih menikmati udara pantai. Menunggu senja datang adalah pekerjaan kesukaannya. Apalagi ujung kakinya yang terkena ombak laut yang bergerak beraturan.

☘☘☘☘☘

Ika tersenyum girang karena keadaan kakinya mulai membaik. Saat cek up pagi tadi dokter mengatakan sudah tidak perlu menggunakan kursi roda lagi.

Menjadikan Ika terus melangkahkan kakinya sesering mungkin. Mengambil sesuatu yang tidak penting hanya karena senang kakinya sudah kembali.

Bahkan sampai sore Ika tidak ada lelahnya. Menari, memutar-mutar tubuhnya atau berjalan layaknya seorang model.

"Nona. Berhentilah. Kau tidak boleh terlalu lelah. Kakimu sudah sembuh bukan berarti sesuka hatimu saja melakukan hal-hal seperti itu." Ucap Yoona yang khawatir pada Ika yang kini masih memutar-mutar badannya.

"Huh Yoona, tak bisakah kau melihatku bahagia? Ini sangat menyenangkan, kau tahu. Sekarang aku bisa berjalan lagi tanpa menggunakan benda menyebalkan itu. Aku terlihat sangat menyedihkan sekali menaikinya." Celoteh Ika panjang. Mengungkapkan apa yang ada di dalam benaknya.

"Makanya lain kali lebih berhati-hati lagi. Gunakanlaj mata dan kaki sebaik mungkin untuk berjalan. Jangan jatuhkan badanmu lagi, Nona."

Sontak Ika menghentikan gerakannya. Kesal. "Yaakk! Kau pikir aku gila? Aku di tabrak orang, bukan malah menjatuhkan diri sendiri."

Yoona menahan senyumnya seraya berkata. "Iya Nona maaf kalau bicaraku tadi salah."

Ika diam dengan raut wajah memafkan namun seperti tidak mengikhlaskannya. Lalu satu tempat tiba-tiba muncul di otaknya. "Aku ingin berjalan-jalan di pantai. Adakah pantai yang sepi, Yoona? Aku menjadi sedikit trauma sekarang dengan keramaian."

"Ayo buat pantai sendiri, Nona. Aku jamin tidak ada orang selain kita."

Yoona langsung mendapat tatapan sinis dari Ika, yang sontak Yoona menundukkan kepalanya. Serius, tatapan tajam mata Ika itu sangat menyeramkan. Yoona saja merinding takut.

"Haruskah kita menyewa pantai, Nona?" sambung Yoona kembali.

"Kau tidak membawa pisau Yoon?"

Menggeleng. "Tidak. Lagi pula untuk apa aku membawa benda tajam itu. Memang Nona ingin apa?"

"Ingin membunuhmu. Kau sangat menyebalkan. Bagaimana bisa Appa memilihmu." Kata Ika ketus, hingga membuat sang bodyguard tertawa. Majikannya satu ini sangat lucu sekali jika sudah dijahili.

"Maaf Nona, sepertinya aku tahu pantai yang pengunjungnya sedikit sepi. Ingin ke sana sekarang?"

Senyum Ika mengembang, lalu mengacungkan jempolnya ke Yoona. "Mari berangkat."

"Tapi saya harus menelpon Ayah Nona terlebih dahulu."

"Sudah tidak apa. Banyak bodyguard yang menemani. Sudah aman, kan?" ucap Ika untuk meyakinkan Yoona agar tidak perlu menelpon Ayah. Nanti malah tidak boleh bepergian.

Different - Min Suga [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang