Bab 3. Konser

137 34 11
                                    

Pukul 09.03 WIB.

Ika masih berada diruang mimpi, terbungkus selimut putih tebal miliknya, terkecuali kaki. Sinar matahari menembus dari sela-sela kain penutup jendela. Wajah sedikit berminyak, bibirnya mempout, sepertinya dia bermimpi sedang berciuman dengan seseorang. Namun, tak sampai hitungan kelima, raut wajahnya berubah menjadi mengernyit, terdapat 3 lipatan dikeningnya.

Apa terjadi sesuatu?

Ting!

Hanya dengan satu bunyi notifikasi, mata Ika yang tadinya memejam berubah melotot. Deru nafas terengah-engah, dia mencoba duduk dan bersandar di kepala ranjang. Jari telunjuknya menyentuh bibir bawahnya. Senyuman tercetak kala dia mengingat mimpi.

Aku tak bisa berdiam diri disini. Pandanganku mengelilingi seisi ruangan, meja makan menjadi pusat pandanganku sekarang. Aku berjalan kesana, wah betapa takjubnya mataku melihat banyak sekali makanan disini. Dan aku mengambil cake lelehan madu yang diatasnya terdapat 2 buah strawberry besar tampak segar. Ketika cake itu sudah masuk kedalam mulutku, tangan kananku ditarik oleh seseorang mungkin.

Aku tidak tahu dibawa kemana oleh orang ini, dari harum aromanya aku yakin orang ini adalah seorang pria.

Disini gelap, ini seperti lorong. Aku merasakan tangan pria itu menuntun kedua tanganku ke lehernya, dan satu tangannya melingkar di pinggangku, sedangkan satunya lagi berada diperpotongan leherku.

Aku merinding, aku merasa takut. Namun, entah kenapa tubuhku menjadi beku. Tidak bisa digerakkan oleh naluriku sendiri.

Aku merasakan deru nafas ditelinga ku. "Ika-ya." tubuhku kembali menegang setelah mendengar bisikannya. Aku mengenal orang ini, aku sangat mengenal suaranya. Tapi ini tidak mungkin, dia jauh sangat jauh.

Dan tidak bisa digapai.

Tunggu, ini mimpi. Jadi tidak ada yang tidak mungkin.

Beberapa detik setelahnya, aku merasa benda kenyal berada di bibirku. Aku sempat tersentak, sedikit. Namun, ketika bibirnya melumat habis bibirku.

Aku menikmatinya.

Dari belakang, pundak ku ditarik oleh tangan yang lebih besar dari tangan pria yang menciumku tadi. Pria yang menarikku tadi membawaku kedalam dekapannya.

Aku tidak bisa berbuat apa-apa, disini gelap, namun terdapat segaris cahaya. Itupun hanya menyinari baju mereka, bukan wajahnya.

Aku menyerngitkan dahi. "Apa-apaan ini?" Gumamku.

"Jimin! Apa yang kau lakukan dengan kekasihku?!"

Tunggu! Aku mengenal suara ini.

Min Yoongi.

Ketika aku ingin melepas dekapannya, aku mendengar suara dentingan besi pada gelas. Kuat sekali.

Ika menggeleng-gelengkan kepalanya. Lalu menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut kakinya. Kedua tangannya menjambak rambut dengan kuat.

"Tidak boleh terlalu jauh." Lalu Ika teringat bunyi notifikasi dari ponselnya. Benda ini yang memutuskan mimpi indahnya.

Ika mengecek notifikasi apa yang berbunyi.

Weverse?

"Oh!" Kejutnya. "Astaga astaga astaga astaga astaga, demi apa! Bangtan! Pacarku! Tour ke Jakarta!" Suara Ika menggelegar diruangan kamar yang cukup luas ini.

"Wajib konser! Wajib pokoknya!" Ika melompat-lompat diatas kasur, tangan kanan yang memegang ponsel melayang di udara, satu tangannya berada di atas pinggang. Bayangkan saja Ika melompat-lompat dengan gaya seperti super hero.

Different - Min Suga [LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang