13 | Prison And The Devil

774 258 306
                                    

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Sepanjang ruangan itu hanya diberikan cahaya remang. Suara kesakitan maupun ringisan kecil terdengar menggema sepanjang jeruji. Tempat itu mengerikan. Katanya, dibuat untuk penebusan dosa orang-orang yang dirasa menganggu sang Tuan.

Salah satu jeruji yang paling besar ruangannya terdapat dua belas lelaki yang masih menutup mata. Sudah dua hari berlalu semenjak kejadian dimana mereka tiba-tiba didatangi oleh orang-orang asing. Belum ada yang membuka mata, bahkan ketika teriakan orang yang disiksa menjerit dengan berisik.

Seorang wanita datang, langkahnya nampak sombong dan anggun dalam waktu bersamaan. Pandangannya lurus, enggan menatap manusia hina yang dirasa mengganggunya di setiap jeruji. Kemudian ia berhenti pada ruangan paling besar namun memiliki kadar kumuh yang sama dengan lainnya.

"Belum ada yang bangun?" tanya Jisoo kepada seorang penjaga yang lewat.

Orang itu berhenti, ia membungkukkan badannya sedikit tanda sopan santun. Lalu menjawab, "Belum ada, Nyonya. Mereka semua masih dalam pengaruh obat bius."

Jisoo berdecak, "Kalau mereka sudah bangun, kabari aku."

"Baiklah, Nyonya. Maaf saya lancang menanyakan ini, tapi kapan kita akan menyiksa mereka semua?"

"Nanti kalau sudah bangun. Ngomong-ngomong, aku akan pergi dan kembali saat lusa. Pastikan bahwa mereka tidak akan keluar sama sekali."

"Dengan senang hati, Nyonya."

"Jangan siksa mereka kalau aku belum pulang. Aku ingin melihat langsung bagaimana mereka kesakitan." ujar Jisoo kemudian berlalu begitu saja.

Kepergian Jisoo membuat orang itu membungkuk agak lama. Setelahnya ia ikut berlalu kala pintu besar disana sudah tertutup lagi. Ia kembali mengawasi sekitaran, entah itu mengecek makanan basi yang diberikan, maupun menyuruh penjaga lain untuk menyiksa lebih lanjut.

Bisa dikatakan bahwa orang itu adalah kepala penjara milik Jisoo ini. Salah satu orang kepercayaan yang sudah bersama selama bertahun-tahun.

Lupakan soal orang kepercayaan itu. Sekarang mari kita lihat ruangan yang masih hening akibat orang-orangnya tertidur pulas. Tapi tak lama, salah satunya membuka mata perlahan.

Haruto menatap langit-langit penjara yang berdebu. Ia merasa kepalanya pusing saat itu juga. Pandangannya masih buram untuk beberapa menit kedepan. Namun Haruto masih memaksakan matanya untuk memfokuskan pandangan.

Ia menoleh kesamping, ternyata sedari tadi kepalanya bersandar pada bahu Jihoon yang bertumpu pada sudut ruangan. Dengan lemah ia menepuk-nepuk pipi itu, berharap Jihoon cepat bangun sepertinya.

[왕좌]² JAMAIS VU✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang