Pikiran Dita mulai tidak fokus sejak kemarin, imajinasinya buyar dalam beberapa hari,dia hanya menggambar tak tentu arah di dalam kertas putih sehingga hanya menjadi bentuk abstrak yang aneh.
ia mulai menfokuskan lagi otaknya yang berlarian dengan memejamkan mata, lalu menghembuskan nafas tiga kali berulang,Denise yang sejak tadi sibuk dengan layar laptop dan earphone yang telah terpasang di telinganya,mulai bingung dengan teman satunya yang sedikit berbeda dengan sebelumnya.
"Hei,kak kamu kenapa,ada sesuatu yang dipikirkan?". Tanya Denise tenang dengan pandang masih tertuju pada layar.
Dita yang sedikit terkejut menoleh dengan tatapan bingung." Tidak kok,cuma sedikit buntu".jawabnya.
Denise tersenyum memandang Dita,"tapi menurut penglihatanku,kamu sedikit aneh hari ini tidak seperti biasanya".
Dita terkejut kembali lalu dengan cepat meraih pensil serta penghapus yang sejak tadi jatuh di bawah meja,tubuhnya sedikit membungkuk untuk meraihnya hingga sekelebat ingatan tipis hari kemarin muncul kembali.
Dita yang masih terdiam di balik tiang besar, memperhatikan seorang pria yang kini duduk membelakanginya sedikit jauh, sedang memainkan sebuah alat musik kuno yang Dita sendiri tidak tahu alat apa itu namanya, hingga sebuah alunan lagu yang dimainkan berakhir, Dita masih termenung di tempat semula tampa bergerak sedikit pun.
Pria itu sangat menghayati permainannya jari tanganya yang lihai memetik dua senar tipis dan tangan kananya yang mengerakkan gesekan mirip seperti tongkat biola berbentuk memanjang kecil dengan senar sedikit tebal berwarna putih, biasanya ujung kepala biola di tempatkan pada ceruk leher tapi ini berbeda,lebih tepatnya di pangku pada sisi paha sebelah kiri.
Kini sang pria yang sejak tadi memejamkan mata mulai membuka netranya yang hitam kelam bagai manik manik yang tersorot sinar cahaya,sebuah kesedihan,kerinduan muncul di raut wajahnya yang tidak berekspresi.
Suasana hening seketika, entah jiwa Dita akan di bawa kemana dirinya merasa linglung setelahnya, dan tiba tiba dering notifikasi handphone berbunyi sebuah panggilan,Dita terkejut dan hampir melompat keluar dari persembuyian akibat suara nyaring yang membawanya kembali ke dunia nyata
Tangannya kini mulai mencari ke dalam saku jaketnya dan ternyata itu adalah panggilan dari si nona kucing,'JINNY'.
Dita langsung berlari menjauh dengan suara derap langkah cepat,dadanya bergemuruh dengan begitu luar biasa,takut jika si tuan tahu bila ternyata ada yang menguntitnya secara sembunyi.
Sedikit jauh dari tempat itu Dita berhenti untuk menetralkan nafasnya yang bercampur gemuruh hebat di dada, dan jantungnya. Tapi tanpa di ketahui oleh Dita sang pria ternyata menoleh ke arahnya saat ia berlari menjauhi tempat itu.
Dita menekan tombol hijau di ponselnya lalu segera menempelkannya pada telinga kirinya terdengar teriakan nyaring di tempat lain, dan suara itu Jinny yang begitu keras sehingga Dita sedikit menjauhkan telinganya pada ponsel.
"Kak,Dittt kamu ada dimana,huh..,sudah aku katakan untuk menunggu,kenapa malah hilang begitu saja". Omelan Jinny semakin panjang di tempat lain Dita hanya mendengus pelan dengan malas.
" maaf tadi aku tidak sengaja pergi ke toilet,jadi tidak bilang ke padamu dulu".jelasnya sedikit berbohong.
"Oke tunggu aku sebentar di taman". Jelasnya pelan sambil menutup panggilan, Dita masih menoleh sebentar dan berlalu pergi.
" Guru Yan". Panggilan akrab terdengar di telinga pria itu seketika ia menoleh dan mendapati seorang murid mahasiswanya yang juga merangkap sebagai asistennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Dalam Jendela Rindu
Teen FictionRomantica yang di mulai pada bulan musim semi beriringan dengan bunga sakura yang saling bermekaran menebarkan aroma cinta dengan warna merah muda yang lembut inilah awal pertama kali untuk Dita seorang mahasiswa tingkat satu jurusan seni lukis bert...