Hatinya bergetar,entah apa yang baru saja dia dengar begitu menyengat perasaannya yang terihat samar.bingung harus merespon bagaimana Dita hanya terpaku di tempatnya dan dia kehilangan kata-katanya untuk membalas kembali.
("Jadilah pacarku..Jadilah pacarku..pacar-[ku].")
Kalimat itu tergiang berulang kali di dalam ingatanya seperti lagu yang selalu di putar berulang kali dan semakin membuat dirinya bahagia.
Namun entah itu bahagia yang bagaimana, ia masih bingung dengan artinya,bahkan rasanya seperti berada di situasi seseorang yang sedang menyatakan cinta pertama, tetapi rasa itu sangat aneh, karena ungkapannya lebih mengarah pada suatu permohonan atau perintah yang membuatnya sedikit merasa sedih,seketika dalam beberapa detik agannya berubah haluan saat pria itu berbicara kembali.
"Maksudku jadi pacarku untuk sementara waktu dan ini adalah permintaanku yang pertama." Jelasnya kepada gadis yang berdiri tidak jauh di hadapanya.
Dita masih memasang ekspresi bingungnya tanpa ada jawaban yang muncul di balik bibirnya, entah apa yang ia rasakan sekarang tetapi perasaannya malam ini terlihat buruk.
kemudian ia teringat tentang kejadian malam itu, saat dimana ia tanpa sengaja bertemu denganya di taman kota dekat sungai Han,pertemuan mendadak itu berubah setelah seorang wanita cantik mendatangi Yanan dan mereka berdua saling beradu argumen begitu lama, setelah itu tanpa sepertujuan darinya,Yanan malah menyebutnya sebagai pacarnya.
Ia tersenyum samar merasa begitu bodoh saat ini, mengapa dirinya tidak menyadari peristiwa itu sebelumnya,dan untuk apa dirinya merasa bahagia?,bukankah sejak awal semua ini hanya untuk permintaan maaf karena ia selalu merepotkan pria itu,mungkin penyakit lupanya selalu datang di saat seperti ini dan itu membuatnya semakin kesal.
" heiii..jawab aku?."
"Aku tidak mau jadi pacarmu,sekarang aku ingin pulang,cari saja orang lain."
Tanpa banyak kata Dita langsung beralih pergi keluar dari arena es dengan meraih tasnya yang berada di atas pembatas arena, segera ia melepaskan sepatunya dengan terburu-buru dan meninggalkan pria itu sendirian di tengah arena es yang kini telah berteriak memanggil namanya berulang kali.
" Di-taaa..hei tunggu.".teriaknya dengan suara yang semakin kencang hingga terpantul di setiap ruangan yang tertutup, namun gadis itu sepertinya menulikan pendengarannya dengan berlari keluar menuju pintu keluar.
***
Dita berlari dengan begitu cepat seperti seorang siswa yang sedang mengikuti lomba lari seratus meter, bahkan orang-orang yang bersisihan dengannya tampak kebigungan melihatnya,serta seorang ibu tua yang sibuk menata pernak-pernik itupun mengeleng.
Setelah dirinya merasa jauh dari jangkauan pria itu,Dita masih menyempatkan untuk melihat dari kejauhan dan sepertinya dosen Yan tidak mengikutinya sampai depan lift.nampak dari layar digital di bagian atas angka saling bergantian naik menuju angka sepuluh,sepertinya ada orang yang akan keluar dari lift.
Dita masih mengatur nafasnya sambil menunggu, namun perasaanya masih tetap tidaklah tenang,takut jika dosen Yan akan menyusulnya kemari dan akan memaksanya lagi. Ia mengerutu di dalam hati, mengapa angka digital itu sangat lambat bergerak.
Dan sebuah detingan pintu lift yang berbunyi langsung membuat hatinya senang,pintu akhirnya terbuka,ia langsung memasukinya dengan cepat tanpa memperhatikan seseorang yang masih berdiri memandangnya dengan tatapan bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Dalam Jendela Rindu
Novela JuvenilRomantica yang di mulai pada bulan musim semi beriringan dengan bunga sakura yang saling bermekaran menebarkan aroma cinta dengan warna merah muda yang lembut inilah awal pertama kali untuk Dita seorang mahasiswa tingkat satu jurusan seni lukis bert...