Bab 15

155 27 0
                                    

Air hujan yang menetes di sela-sela puing atap halte kini telah berkurang, meninggalkan gerimis tipis dengan udara yang amat dingin.

Dita melihat waktu yang tertera di layar ponsel yang telah ada di gengaman tangannya.

di sisi lain dosen Yan kini lebih banyak terdiam tanpa menyibukan diri,setelah beberapa waktu lalu ia beradu argumen dengan gadis yang ada di sampingnya.

Dan dari kejauhan datanglah bus yang telah mereka tunggu seketika berhenti di depan halte,lalu dari sekian orang-orang yang mengantri Dita dan dosen Yan lebih memilih untuk naik pada urutan terakhir.

Kemudian setelah beberapa penumpang lain saling bergantian memasuki bus kini giliran Dita yang akan masuk lebih dulu lalu di susul oleh dosen Yan.

Namun tanpa sengaja saat Dita berusaha naik kedalam bus tiba-tiba pijakan kakinya mleset dan  membuatnya terjekang keluar dari pintu.

Dosen Yan yang masih menunggu giliran terlihat terkejut di tempat,lalu dengan sigap dirinya langsung menangkap tubuh Dita yang hampir limbung terjatuh ke atas tanah yang basah.

Wajah Dita merona dengan sendirinya sebuah reaksi yang tak di duga entah perasaan apa ia mulai salah tingkah,apa lagi penumpang lain yang telah berada di dalam bus saling memandang dengan penuh kecurigaan.

Tanpa banyak bicara Dita langsung beralih menegakkan tubuhnya dan kembali menapaki tangga bus dengan tergesa-gesa.
Dosen Yan hanya terdiam tanpa suara dan mengikuti gadis itu di belakangnya namun di hatinya juga sedikit ada rasa yang meletup entah itu apa?.

Dalam perjalanan bus yang kini telah membelah jalanan kota yang begitu ramai di temani hujan gerimis terlihat di luar kaca jendela yang berembun membentuk butiran bening.

Dita masih terdiam di tempat duduknya menatap jendela tanpa  semangat,rasanya ia ingin sekali bisa cepat sampai di rumah dan menikmati kasur empuknya yang nyaman dan hangat, pikirnya namun nyatanya tak sesuai dengan banyangannya.

Ia mengalihkan perhatianya yang semula ke arah luar jendela kaca kini mengarah ke deretan kursi yang tampak segang di sisi seberang.

terlihat dosen Yan sedang berusaha mengeringkan bajunya yang basah dengan meremas ujung lengan bajunya lalu beralih membuka tas berwarna hitam dan mengeluarkan seutas sapu tangan berwarna merah.

Dita masih terpaku di tempatnya dengan sedikit mengingat-ingat sesuatu di otaknya.
Lamat-lamat ia mulai teringat dan juga ikut berinisiatif membuka tas ranselnya dan mencari sapu tangan yang sangat mirip dengan milik dosen Yan.

Ia melirik pada sapu tangan yang masih  di gunakan dosen Yan di gunakan untuk menyeka wajahnya.
Terlihat bahwa sapu tangan itu memiliki warna serupa namun ada sedikit perbedaan di dalamnya,dan yang kini di genggam oleh Dita memiliki warna yang hampir pudar seperti sudah lama sekali,tetapi milik dosen Yan lebih terlihat baru.

Dita ingat bahwa di hari saat ia tanpa segaja terjatuh dari sepeda, ia saat itu terluka dan berdarah di bagian lutut kakinya.Lalu dosen Yan mengetahui kondisinya yang penuh darah dan akhirnya, dosen Yan membalutkan sapu tangannya pada lututnya.

Dan ia menyadari jika ia belum memgembalikan barang itu ke pemiliknya kembali.

Di keheningan Dita masih ragu- ragu membuka suara,ia takut jika akan mengatakan ucapan yang kurang mengenakan untuk dosen Yan dan mungkin ujungnya akan berakhir dengan balasan yang ketus.entah mengapa ia merasa setiap kata yang ia ucapkan sepertinya tak pernah sesuai dengan suasana hati pria itu.

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang