Suara berat nan tipis tiba-tiba membuyarkan fokus pandang Dita dan pria yang kini ada di depannya bersuara.
"Sudah cukupkah,kamu menatapku?".
Pertanyaan itu seketika terlontar dari bibir dosen Yan yang tadinya masih terkatup rapat kemudian terbuka.
Dita tersentak dari terpukauannya dan mulai kebingungan,ia berusaha menetralkan tingkahnya yang tanpa segaja sedikit menganggu pria itu.
Dita menyadari bahwa ia telah terhipnotis oleh pesona pria tampan seperti malaikat yang kini menatapnya.
Ia merasa sangat malu dan ingin sekali menyergah sebuah pertanyaan yang sebenarnnya lebih mengandung artian tuduhan.
" ah,ma..maaf,ucapnya ragu.
Dosen Yan begitu jenggah dengan kalimat itu lagi,entah mengapa setiap kali bertemu di manapun tempatnya gadis ini pasti akan selalu mengucapkan kata maaf berulang kali bahkan saat pertama kali bertemu pun juga seperti itu.
Dita merasakan jika dosen Yan sedikit tidak nyaman dengan sikapnya kali ini,namun entah mengapa ia selalu kehilangan kata-katanya.
Yanan masih menunggu kalimat lain yang mungkin akan keluar dari bibir gadis itu namun dalam beberapa detik tidak ada ucapan yang keluar.
"Aku bosan jika kita bertemu kau hanya akan mengucapkan kata maaf berulang kali,bisakah kau mengatakan sekali saja".
Dita memasang ekspresi aneh ketika pria itu berbicara.
bukankah mengucapkan kata maaf adalah hal yang wajar bahkan di seluruh dunia tahu bahwa mengatakan maaf lebih dulu adalah hal yang patut di lakukan oleh semua orang namun entah mengapa pendapat pria itu tidak bisa ia terima dengan baik.
Pandangan Dita menyorot tajam ke arah dosen Yan yang masih memasang sikap akuh di depannya.
" sepertinya anda tidak paham tata krama sama sekali". Ejeknya kepada dosen Yan.
Yanan merasa tidak terima ketika Dita mengatainya tidak paham tata krama,ia kesal dan mulai mendekati gadis yang kini telah memasang jarak satu meter dengannya.
Tanpa aba-aba Yanan mendekatinya secara spontanitas hingga membuat Dita berjungkit mundur kebelakang dengan pelan namun langkah kakinya tidak bisa menjauhkan dirinya dengan pria itu.
Langkah Yanan lebih panjang dan lebar di karenakan kakinya juga panjang menopang tubuh tingginya
Ia berucap,"bukannya tidak tahu tata krama hanya saja,aku tidak suka dengan seorang manusia yang selalu menyalahkan dirinya tanpa kesegajaan termasuk dirimu". Ungkapnya dengan suara dingin.
Wajah mereka semakin berdekatan mengikis jarak tipis yang dibuat oleh Dita. Dengan situasi yang tidak disangka jantungnya berbunyi dengan keras seperti sebuah sirine yang menandakan tanda bahaya.
Nafasnya terputus-putus ketika ia menghembuskan nafas rasanya detak jantungnya mendesaknya sangat kuat entah kenapa aura dosen Yan selalu membuatnya mati rasa.
Dita mengalihkan pandanganya ke bawah mencoba untuk menghindari tatapan mata yang tajam itu.
Lalu dari arah lain sebuah suara muncul dan seolah menghentikan adegan tersebut.
Dosen Yan menoleh kearah suara dengan cepat wajahnya semakin dingin,Dita dapat merasakan aura yang berbeda dari pria itu.
Merasa penasaran Dita juga ikut melihat kearah yang di lihat dosen Yan,seorang perempuan cantik dan juga elegan dengan pakaian mahal nan modis menatapnya dengan sama dinginnya,tercetak jelas di raut wajahnya ada rasa ketidak sukaan pada situasi canggung ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Dalam Jendela Rindu
Teen FictionRomantica yang di mulai pada bulan musim semi beriringan dengan bunga sakura yang saling bermekaran menebarkan aroma cinta dengan warna merah muda yang lembut inilah awal pertama kali untuk Dita seorang mahasiswa tingkat satu jurusan seni lukis bert...