Bab 12

128 32 1
                                    

Di dalam sebuah mini market Yuto telah mengantri selama 10 menit di depan kasir, tangannya membawa satu keranjang belanjaan berisi berupa makanan istan,sayur,buah tidak lupa dengan tiga kaleng bir.

Antrian masih begitu panjang berjejer seperti ular,pandangannya kini mencari sosok orang yang sedang menunggu di depan mini market namun telah pergi menghilang.

Ia merogoh ponselnya lalu jarinya mengetik sebuah pesan pendek.

To:Yanan

Kau pergi kemana?,bukanya sudah aku katakan untuk menunggu sebentar,..!

Dan Notifikasi telah memunculkan pesan terkirim kepada si penerima,hingga antrian yang tadi panjang sedikit demi sedikit berkurang,

beberapa pelanggan telah mendapatkan bon kembali,lalu gilirannya telah datang mengelurkan satu - persatu belanjaan dengan di bantu oleh sang pelayan kasir,suara mesin scent berbunyi bergantian memecah keheningan di tengah antrian.

Ia bergegas keluar dari mini market, mendorong daun pintu kaca itu pelan dan menutupnya kembali bersamaan dengan suara Dentingan pintu.

Langkahnya kini terhenti di depan, ia meraih kembali ponselnya dan melihat apakah ada balasan namun hasilnya tetap nihil.

Dia mengerutu sendirian,merasa kesal karena Yanan adalah model manusia yang sangat sulit untuk menunggu terlalu lama.

Ia beralih dari tempatnya berdiri dan mulai mencari Yanan ke sebuah taman yang tidak jauh dari arah mini market namun tiba-tiba langkahnya terhenti.

matanya menangkap seorang gadis yang kini telah menangis keras di pinggir jalan dengan posisi berjongkok.

benaknya memberitahunya untuk lebih baik mengabaikannya namun hatinya bertolak belakang dengan sedikit mendesak untuk memilih membantunya, tetapi perasaannya masih enggan untuk segera melakukan.

ia melirik sebentar ke semua arah banyak orang berlalu lalang melihat gadis itu sendirian namun tidak ada yang mau berinisiatif membantunya.

Merasa kasihan akhirnya Yuto menghampirinya di pinggir jalan.gadis itu masih menunduk dengan suara sesengukkan yang keras,dan masih belum bergerak sekalipun dari posisinya semula.

Ia telah berdiri di depan sang gadis dengan menundukkan tubuhnya kebawah,menatapnya lalu mulai berdehem pelan.

"Bisakah nona,tidak menangis di tempat seperti ini,tolong hentikan tangisanmu."

Sebuah kalimat meluncur ringan di dalam udara malam,samar -samar Jinny dapat menangkap sebuah suara asing dan berat muncul tiba-tiba memenuhi telinganya,ia mulai sangat terkejut sekaligus kesal karena orang asing menganggu kesendiriannya.

Jinny mengangkat wajahnya ke atas ,dan tanpa sengaja matanya bertabrakan dengan mata lelaki itu.

Ia tersentak di tempatnya dan hampir terjungkal kebelakang namun dengan sigap lelaki yang ada di depanya telah meraih tangannya.

Merasa begitu malu Jinny langsung menarik tangannya dari genggaman lelaki itu.

Ia merasa sangat canggung juga sangat malu dengan kondisi penampilannya sekarang dan
Masih tetap membisu tanpa suara.

Yuto yang melihatnya semakin heran sekaligus iba melihat gadis itu,riasan yang berantakan,mata sebab semakin ketara di pelupuk matanya.

Dia menarik tangan Jinny dan membawanya ketaman yang baru saja ingin ia datangi,sedikit merapatkan gadis itu keposisinya agar tidak terlihat seperti orang yang habis bertengkar.

Kini mereka berdua telah berada di lokasi taman yang tidak terlalu ramai pengunjung lalu Yuto dan Jinny telah duduk berdua di sebuah bangku panjang.

Jinny masih enggan untuk mengakat wajahnya walaupun Yuto telah mememulai pembicaraan sedikit demi sedikit.

Matanya menerawang di bawah sepatunnya memandang rerumputan hijau yang tidak terlalu rata lalu Yuto berdehem pelan.

Jinny menoleh kesamping,Yuto memberikan sebotol air putih kearahnya,merasa enggan namun ia tetap menerimanya.

"Minumlah,setidaknya bisa meredakan perasaanmu". Ucapnya.

" terimakasih".

Lampu hias yang terpasang di antara dedaunan pohon berkerlap-kerlip memunculkan cahaya gelap terang  menemani mereka berdua di keheningan lalu kenangan lampau muncul di benak Jinny, air matanya telah mengunung kembali di pelupuk mata.

Yuto yang duduk di sampingnya begitu kebingungnya harus bagaimana untuk menenangkan gadis itu.

"Entah apa yang kamu alami malam ini,sebaiknya jangan buang -buang air matamu itu,menangis tidak akan menyelesaikan masalah".

Sepertinya secara spotan ia salah mengucapkan sebuah kalimat hingga membuatnya sangat bersalah kali ini karena sang gadis bukannya berhenti namun semakin menangis keras.

Merasa tak enak hati  karena ucapannya tadi yang kurang tepat,ia memilih diam dan menepuk-nepuk pelan pundak gadis itu.

Musik di panggung kini berganti dengan lagu beat penonton saling bertepuk tangan ria bahkan ada yang menirukan lirik lagu dengan suara keras dengan kehebohan.

Dita pergi menjauhi sisi panggung lalu kembali ketempatnya semula namun ia menyadari bahwa tempat itu sudah tidak lagi kosong akhirnya ia memilih untuk pergi ke mini market di seberang jalan.

Ia berlalu dari lokasi taman melewati beberapa pengunjung yang berlawanan arah dengannya. tanpa di sadari segerombolan pengunjung lain datang dengan terburu- buru menuju arah panggung dan tidak sengaja bertabrakan hingga membuatnya hilang keseimbangan dan hampir tersungkur di rerumputan.

Dan sebuah tangan kuat telah meraih tubuhnya untuk tidak terjatuh,posisi Dita kini telah berada di dalam pelukan seseorang, karena cahaya lampu yang tidak begitu cerah memburamkan sedikit indra matanya.

Namun ia dapat merasakan aroma maskulin datang dari tubuh orang itu melingkupi setiap sisi dirinya.

Pipi Dita telah bersemu merah karena malu bersamaan dengan suara jatungnya yang saling berlomba untuk berdetak keras.

Dita menormalkan matanya dengan mengelengkan kepalanya dan pandangan menusuk menembus jantung yang akhirnya menjadi tidak terkendali sama sekali.

"Dosen Yan". Ucapnya lirih.

Kini Dita kembali beradu pandang untuk kedua kalinya dengan sangat dekat semakin membeku dalam pelukan ringan tanpa ada saling melepaskan terlebih dahulu terutama dosen Yan.

Dita memilih untuk beralih terlebih dahulu dan mengucapkan maaf beberapa kali karena telah lancang memeluknya.

Yanan mengetahui situasinya hanya bersikap acuh tak acuh dan tak menganggap serius kejadian tiba-tiba tadi baginya itu hanya respon biasa namun entah mengapa jantung berdetak tak normal seperti biasanya.

Biasanya jika ia bersentuh dengan wanita manapun tidak pernah sekalipun menimbulkan sebuah perasaan aneh yang sulit ia artikan sama sekali tapi kali ini berbeda.

Dita membenarkan posisinya dengan sedikit mejaga jarak tangannya memungut tas biola yang tergeletak tak berdaya di rerumputan lembab,matanya menangkap visual luar biasa di depannya yang begitu menawan.

Dosen Yan kini memakai pakaian casual dengan t-shirt putih yang dengan jaket jeans biru tua dengan ukuran besar dan celana hitam dipadukan dengan sepatu kets putih.

Mata Dita tak henti-hentinya menelusuri setiap jengkal sisi menawan pria di depannya hingga suara dosen Yan menginterupsi dirinya.

Hai readers,apa kabar ??,semoga hari hari kalian menyenangkan wahhh ..maapin mimin karena baru up sekarang karena sebuah kendala menganggu pikiran mimin akhir-akhir ini.

Selalu stay yaaa..love you❤❤❤❤❤😘😘😘😘🙏🙏🙏🙏🙏🙏😊😊😊😊😊❤❤❤❤




Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang