Bab 6

186 28 3
                                    

Di ruangan yang begitu gelap, siluet Yanan terpantul di antara tirai jendela yang tertutup sedikit rapat dengan celah cahaya yang suram.

Pikirannya kini tidak begitu normal kemarahan dan kekesalan yang dalam memenuhi dirinya saat ini, situasi yang tidak sesuai perkiraan serta keadaanya yang begitu berantakan membuatnya sulit berfikir hingga pandanganya tertuju pada segelas wisky yang terletak di meja,lalu meminumnya sekali teguk.

Sebuah denyutan menyerang keningnya secara tiba tiba dan membuatnya merasa pusing.
Ia meraih ponsel lalu mencari sebuah nomor panggilan yang kenal dengan tergesa gesa.

"Halo..."

"Kau,dimana?".

" Ada apa?!" jawab seseorang di seberang telepon.

Yanan menarik nafasnya pelan. "Bagaimana dia bisa tahu aku tinggal disini?". Tanyanya lagi.

"....." namun tidak ada jawaban sama sekali di seberang telepon.

"Kenapa diam?!,bisa aku tebak pasti ulahmu". Ucap Yanan penuh kemarahan,tanpa pikir panjang Yanan melempar ponselnya kesembarang arah.

Malam telah larut dengan waktu yang telah menunjukkan pukul 12 malam Jinny kembali kerumah dengan mengunakan taksi yang juga mengantar Haruto, mereka telah selesai berkencan seharian berakhir hingga malam

Taksi berhenti di depan pagar rumah bertingkat,Jinny masih enggan beranjak keluar dari dalam taksi,perasaan hatinya masih belum rela untuk berpisah dengan lelaki yang kini telah bersetatus pacarnya sekarang.

Matanya memandang penuh memuja hingga suara Haruto membelah keheningan.

" sampai jumpa lain waktu,sayang". ucapnya.

Jinny yang kini mulai di mabuk cinta begitu berbunga bunga.

"Iya sampai jumpa juga" balasnya lalu Jinny ingin berlalu keluar dengan membuka pintu taksi namun gerakkannya terhenti.

Sebuah kecupan lembut mendarat di pipi kirinya yang memerah,ia sama sekali tidak bergeming.

"Aku suka kamu Jinny". Ucapnya lagi.

Jinny tersadar dari terkejutanya dan berlalu keluar tanpa suara.

Haruto masih memandangnya lekat di balik jendela tanpa batas kaca lalu melambaikan tangan dengan lembut serta di balas oleh Jinny dari kejauhan.

Nafasnya masih bau alkohol,mungkin karena ia tadi terlalu banyak minum bir sehingga membuatnya sedikit mual.

Ia berjalan mengendap melalui tangga tanpa sedikit pun suara agar tidak terdengar,jinny berfikir mungkin saja kedua temannya telah tertidur pulas karena semua lampu telah dimatikan.

Kini ia sudah berada di depan pintu memutar kenopnya pelan mendorong daun pintu pelahan dan menyusup masuk kekamar.

Alangkah terkejutnya untuk Jinny sebuah suara telah menginterupsi dirinya, yang tertangkap basah dalam ruangan terang,Jinny yang terdiam mematung tanpa suara yang telah tertangkap oleh tatapan Dita juga Denise.

" Bi..bisa aku jelaskan kak Dit dan juga kamu Denis!". Ucapnya takut takut.

"Darimana  saja seharian ini"?. Tanya Dita.

Rasa kesal telahmemenuhi perasaan Dita seharian ini dan juga bagaimana bisa Jinny pergi tanpa kabar dan akhirnya seharian ia yang kena batunya.

Jinny memasang wajah memelas di hadapan Dita dan Denise ia membujuknya dengan sekantong ayam goreng KFC yang baru saja ia beli bersama Haruto.

" ku mohon maafkan aku kak dit,karena membuatmu dalam masalah". Terangnya

Dita sedikit luluh akan bujukan Jinny. "Aku janji tidak akan mengulanginya lagi,sungguh".

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang