Bayangan tubuh Taeyong terpantul sempurna di antara jendela kaca transparan,menyatu dengan pemandangan kota Seoul yang terlihat indah di pagi hari.
jalanan tampak relatif sengang dengan berlalu-lalangnya kendaraan yang berlawanan arah,cahaya matahari pagi bersinar cerah berpadu dengan langit biru muda.
Ia menyesap secangkir kopinya perlahan yang sudah ada pada gengaman tanganya, menguarkan aroma nikmat kopi yang mengepulkan asap tipis tidak terlihat.
Dari luar terdengar seseorang mengetuk pintu perlahan dan mulai berjalan masuk,dia adalah seorang sekertaris yang telah lama berkerja dengan Taeyong, berpostur tegap,tinggi dengan wajah yang lebih tegas tanpa menunjukkan ekspresi menghampiri Taeyong lalu berbisik.
"Saya sudah mendapatkan informasi baru tentang saudara anda". Mendengar ungkapan sang sekertaris,ia menoleh dan mulai menatap serius,mengabaikan secangkir kopi yang baru saja ingin sekali ia teguk perlahan.
" tunjukan padaku". Sang sekertaris langsung menyerahkan sebuah amplop berukuran tidak terlalu kecil berwarna coklat dan mulai menjelaskan.
"Sepertinya saudara Yan memang masih berhubungan dengan nyonya Xiao,apalagi belum lama ini nyonya melakukan keonaran di sebuah bar dan masuk kerumah sakit".
Mata Taeyong menyimpit menatap amplop yang telah berada di atas meja dan segera beralih membukanya. terdapat beberapa lembar foto kebersamaan Yanan dengan Chengxiao yang kini telah di genggam olehnya,wajahnya tidak memunculkan ekspresi apapun dan hanya sekedar melihatnya tanpa antusiasme.
namun ada satu foto yang telah menarik perhatianya,sebuah gambar dengan latar taman kota yang ia ketahui dekat dengan sungai Han,di dalamnya ada tiga orang termasuk Yanan dan juga Chengxiao,lalu yang satunya lagi sangat familiar untuknya tetapi ia lupa siapa dia.
" apa waktu itu di taman kota ada pertunjukan?". Tanyanya pada sang sekertaris yang masih terdiam patuh.
"Iya tuan ada,acara itu di adakan oleh para mahasiswa universitas A dari jurusan musik".
" hemm,kalau begitu keluarlah".
Sang sekertaris itu pun mengangguk dan langsung bergegas pergi membiarkan tuannya sedirian di dalam ruang kerja,ia masih memandang lekat foto itu tanpa berkedip.
"Bukankah gadis kecil ini yang pernah aku temui di dalam Lift!,apa hubungannya dengan mereka?? Terutama untuk Yan".
***
Suasana di dalam kelas masih tetap terasa menegangkan,siswa yang tadinya saling berisik satu sama lain tidak ada yang berbicara mereka semua telah terfokus di depan layar monitor besar yang menampilkan sebuah ilustrasi tentang perhitungan statistik,dosen Yan menjelaskanya begitu seksama hingga nada suaranya begitu menggema di ruangan yang luas.
Dita terdiam dengan sedikit pergerakan matanya masih menyempatkan diri untuk melirik jam di pergelangan tanganya,ia berharap agar waktu segera berakhir dan ia ingin secepatnya menghindari dosen dingin itu, tetapi waktu memang selalu tidak berpihak kepadanya hari ini, bahkan jarum kecil itu berputar seperti ulat yang lambat sungguh membuatnya kesal.
Lain halnya untuk Yanan di sela menjelaskan tanpa kehilangan fokusnya ia masih bisa mencuri padang ke arah Dita yang berada di tengah siswa lainnya,tubuhnya tampak tenggelam karena tidak terlalu tinggi dengan tubuh mungilnya.
Terdengar bunyi alarm kampus terdengar dari kantor utama menandakan waktu belajar telah selesai. Para siswa yang tadinya sangat serius mulai tampak lega saling bergegas mengemasi buku-bukunya maupun menyimpan pulpen di dalam saku,namun sebuah ketukan pulpen yang beradu dengan meja halus berdentum kecil mengalihkan perhatian seisi kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Dalam Jendela Rindu
Teen FictionRomantica yang di mulai pada bulan musim semi beriringan dengan bunga sakura yang saling bermekaran menebarkan aroma cinta dengan warna merah muda yang lembut inilah awal pertama kali untuk Dita seorang mahasiswa tingkat satu jurusan seni lukis bert...