Bab 4

211 35 4
                                    

Waktu menunjukan Pukul 11 siang,Dita melirik arloji kecilnya dengan perasaan kesal, dia hampir terlambat dan bus belum juga datang, dia sendirian sekarang, berada di tempat tunggu bus sambil mencari posisi duduk yang nyaman.

suhunya udaranya sangat hangat hari ini walaupun sudah menjelang siang.

Bus dari kejauhan mulai terlihat Dita kembali berdiri di tepi jalan,kedua tanganya ia masukan kedalam saku jaket merah mudanya yang tidak terlalu tebal, mencari kartus busnya yang baru saja dia simpan.

Ia mulai tersadar sesaat,ternyata dirinya lupa membawa ponsel karena berlari dengan terburu buru dan akhirnya Dita mulai ingat dengan perkataan Denise.

"Apa kamu tak melupakan sesuatu,? Tanya Denise.

" Eng..tidak,aku sudah memasukan semuanya."

Denise melirik ke arah Dita,ia bingung mengapa Dita harus membawa buku gambar bukanya buku catatan untuk menulis.

"Tunggu kak,kenapa kamu hanya membawa itu saja?!,apa tidak perlu catatan dan juga..."

"Ah,iya hari ini aku hanya akan membantunya absen saja bukan?!, jadi tidak perlu catatan" jelasnya lagi.

"Oke baiklah..!" Denise memulai kembali kegiatannya berselancar internet,karena beberapa hari mendapat libur Denise megunakanya untuk bersantai.

Dita telah selesai bersiap menata kembali penampilanya di depan cermin.

LaluDenise kembali berkata" kak apa kamu tidak ingin bawa sepeda saja,karena hari ini sepertinya akan ma.."ucapannya terhenti ketika ia menoleh sosok Dita telah menghilang di balik pintu yang kini terbuka lebar.

Dita mulai menggerutu di dalam hatinya hari ini memang tidak sesuai dengan perkiraannya dan baginya itu sangat menyebalkan,ponsel yang seharusnya menemaninya kali ini terpaksa harus ia tinggalkan di kamar karena penyakit lupanya yang menganggu.

Akhirnya Dita megeluarkan satu buku gambar berbentuk persegi dan satu pensil hitam,pikirannya mulai berimajinasi membentuk sebuah visual pada bukunya hingga beberapa menit berkutat,matanya kembali melirik arloji di tangannya,wajahnya yang sejak tadi terlihat biasa saja mulai panik.

"Astaga ,aku terlambat!!" .gumamnya.

Sembari memasukan buku dan alat lainya Dita berdiri dan berteriak kepada sang supir di depan untuk berhenti.

Dia turun dari bus dan mulai berlari kencang menelusuri jalan kusus pejalan kaki,walaupun tubuhnya terlihat kecil dan tidak terlalu tinggi tapi Dita memiliki stamina yang kuat,langkah kakinya yang begitu panjang membawanya pada gerbang universitas hari ini,nafas tidak beraturan karena terus berlari keringat terlihat samar di keningnya yang berarak dengan surai tipis yang kini berantakan.

Kakinya sedikit terasa pegal setelah menaiki tangga,matanya melirik di balik jendela dengan sedikit keraguan, dan sepertinya Dita memang sudah terlambat untuk masuk karena presentasi telah di mulai.

Namun Dita tidak kehabisan akal ia sedikit menempel pada pintu masuk yang celahnya sedikit terbuka,ia mulai menyelinap masuk secara diam-diam,melangkah dengan pelan tanpa menimbulkan suara, sedikit membukukan tubuhnya lalu matanya tertuju pada kursi paling belangkang yang tak terlihat dari depan.

Dan orang yang duduk di samping kursi kosong saat ini adalah Yuqi yang juga telah melirik kearah Dita.

"Kemarilah" dengan mulut tanpa suara,Dita yang sejak tadi mencari jalan kearah kursi sedikit berdesakan dan tanpa di duga terjatuh,menimbulkan suara decitan kursi dengan suara bedebam.

Semua mahasiswa menoleh ke arah Timbulnya suara,yang berasal dari arah belakang Yuqi yang sejak tadi ingin menolong Dita berhenti seketika.

Suasana mulai hening mencekam tidak ada satupun yang bersuara Dita yang berusaha berdiri dengan menahan rasa sakit menjadi bingung.

"Kamu.."! Sebuah suara berat dari arah depan mulai terdengar memenuhi ruangan.
Ekspresi yang tidak bisa diartikan oleh Dita namun bisa ia rasakan jika auranya sangat menakutkan.

" untuk apa kamu ada disini?" tanya lagi sedikit menginterupsi. "Silakan anda keluar sekarang".

Dita membeku di tempat dan mulai tergagap di tempatnya

Dosen Yan berdiri akuh di tengah ruangan penuh intimidasi di matanya dengan melipat kedua tangan ke belakang.

Dita dapat melihat dengan jelas wajah itu,rupa yang familiar di otaknya yang bersarang berhari hari.

" Bukankah anda tidak memerlukan jam kelas saya,dalam hal ini saya tidak akan mentolerir perbuatan anda di jam saya palagi..." ucapannya terhenti matanya mengarah ke siswa lain.

"Masih ada waktu untuk anda melangkah pergi,silakan".

Yanan berbalik mengbelakangi siswanya terutama Dita.murid mulai berbisik pelan dengan susana tenggang kali ini

Ia meraih buku di meja dan memulai kembali persentasi  ke layar monitor, namun Dita masih tak bergeming di tempatnya tanpa suara.

Pandanganya melirik kesamping sedikit menelisik hingga akhirnya yanan memberi jeda.

" Ambil kertasmu dan tulis persentasi ini sampai selasai di jam saya sekarang ".

" baik". Dita menjawab sedikit ragu lalu ia menoleh kearah kursi dan segera mendudukinya Yuqi yang sejak tadi merasa kasihan lalu memberi kertas kosong dan satu pulpen ke arahnya.

"Ah,terima kasih". Ucap Dita pelan lalu di balas senyuman oleh Yuqi.

Waktu telah berlalu selama tiga jam,kelas telah selesai semua mahasiswa telah keluar berhamburan masing masing namun di lain tempat Yanan memanggil Dita untuk tinggal sementara waktu .

" kamu bukan mahasiswi kelas ini ,kenapa bisa salah masuk? " tanyanya.

"Sebenarnya saya ,mahasiswi fakultas Seni". Jawabnya ragu.

" lalu untuk apa kamu berada di sini?,bukankah fakultas seni sedang ada kelas,jagan bilang jika membolos satu hari!".

Dita sedikit salah tingkah sekaligus malu karena ketahuan membolos, jika bukan karena kesetian pertemanan mungkin dia tidak akan mau masuk ke kelas ini.

Pikirannya teringat kembali dengan ucapan Denise tempo hari jika dosen sastra cina begitu galak, Ah bukan tetapi disiplin.

"Dasar Jinny". Pikirnya lagi.

"Saya tahu sebenarnya kamu sedang mengantikan temanmu yang tidak bisa masuk, tapi dalam hal ini,saya tidak bisa menerima alasan apapun dan untuk temanmu itu ,saya akan tetap mengurangi nilainya bahkan mengosongkannya lalu untuk kamu sendiri mungkin saya akan membicarakanya dengan pihak fakultasmu, atas jadwal membolosmu". Jelasnya penuh sarkas.

Dita hanya terdiam menunduk didepannya.
Dengan langkah cepat Yanan mengambil buku dan tasnya yang telah berada di atas meja tadi dan berlangsung pergi meninggalkan seorang gadis yang menangis dalam kebisuan.

Wah ternyata hampir 1000 kata 😂oke buat readers maaf banget jika mungkin ceritanya terlalu boring dan kepanjangan jagan lupa tinggalkan vote terima kasih🙏🙏❤❤❤❤❤😊😊

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang