Bab 14

135 28 8
                                    

Angin dari luar jendela megibarkan tirai tipis yang menghalangi kaca bening yang kini telah terbuka.

Dita sedang berada di dalam studio lukis,dirinya berkutat dengan cat minyak warna-warni yang baru saja, ia tuangkan kedalam wadah palet berbentuk bulat pipih,ukuran sedang dengan beberapa pola cekungan-cekungan kecil.

Tangannya bergerak halus memoleskan setiap warna dengan kuasnya di atas sebuah kanvas.
Pergerakkanya terhenti seketika dan beralih meletakkan kuas beserta palet warna bersamaan di atas meja.

pandangnya tertuju pada sebuah jendela yang berada tak jauh di sampingnya, memperlihatkan gambaran pepohonan rindang dengan daun hijau rimbun yang terlihat basah karena air hujan.

Dan sepertinya di luar cuaca sedang dalam keadaan mendung, terlihat awan saling berarak dengan gumpalan abu-abu hitam.
Dita teringat bahwa hari ini ia tidak membawa payung saat pergi ke fakultas tadi.

Ia mulai bangkit dari tempat duduknya lalu melangkahkan kaki menuju pintu keluar studio,netranya memandang dari kejauhan tampak para mahasiswa lain saling berlarian untuk mencari tempat berteduh.

bahkan ada juga yang memilih kehujanan saat pulang maupun pergi ke suatu tempat.

Tubuhnya terasa sangat dingin, Dita sedikit merapatkan kedua tangannya lalu berlalu kembali ke dalam ruangan.

Pikirannya kembali teringat akan Jinny,hatinya bertanya-tanya bagaimana dengan keadaanya sekarang?.

dan sepertinya teman satunya ini tampaknya belum sama sekali memberinya kabar dari sejak kemarin malam hingga hari ini,ia  mulai merasa kawatir, sembari mencari ponselnya yang berada di dalam tas kantong yang sedari tadi ia tempatkan di sisi kursi.

Panggilannya kini telah tertuju pada deretan nomor dengan nama 'Nona kucing',namun hingga seperkian detik panggilan tidak tersambung.

Dita mulai kesal dan akhirnya ia memilih menelpon Denise. panggilan itu pun telah di terima dan tersambunglah dengan suara Denise yang berat di ujung telepon.

"Halo,Denise apa Jinny sudah sampai rumah?". Tanyanya secara langsung lalu di jawab oleh Denise dari seberang telepon.

" ah,iya dia baru saja sampai dan sepertinya dia sedang beristirahat". Jawabnya dengan tenang.

Dita menghembuskan nafas dengan penuh kelegaan,perasaan khawatirnya yang sejak tadi bergumul akhirnya sedikit berkurang dan ia mengakhiri lebih dulu pembicaraan itu.

Merasa bahwa sudah tidak ada lagi kekhawatiran, Dita bergegas merapikan alat lukisnya yang sedari tadi ia biarkan berserakan di atas meja lalu menempatkanya kembali ke tempat semula.

Setelah beberapa menit membereskan kekacauannya sendiri,Dita meraih tas kantongnya dan bergerak keluar studio lalu menguncinya.

Hujan benar-benar membuat dirinya sangat kesal,ia merasa bahwa cuaca tidak bersahabat dengannya,tanpa harus berlama-lama menunggu hujan reda,Dita memilih menerobos hujan sambil berlari kencang dengan berhati-hati.

Kini Dirinya sudah berada di halte bus sambil berteduh,pakaiannya telah basah karena air hujan yang baru saja ia lalui dengan berlari.

Semakin lama waktu berlalu hujan datang dengan begitu derasnya,bersamaan dengan agin kencang, lalu sebuah payung yang di gunakan oleh seorang perempuan paruh baya yang juga menuggu di halte bus dengan posisi berdiri tiba-tiba terombang-ambingkan oleh agin.

Dita sedikit memundurkan tubuhnya ke belakang sambil mencari tempat duduk kosong namun tidak ada bangku yang terlihat sengang dan dengan terpaksa ia memilih untuk berdiri saja.

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang