Dua orang manusia yang saling terdiam dalam keheningan kini masih saling beradu pandang tanpa bicara satu sama lain.Dita masih mencoba untuk mencernaan apa yang baru saja ia dengar dengan indranya,benarkah seorang dosen Yan yang dingin itu menyetujui usulannya?,sangat mengejutkan baginya,apa lagi pria itu membubuhi dengan kata 'Kita'...??,mereka hanya dua orang asing yang berbeda karakter,bertemu tanpa segaja dan berakhir berjumpa setiap hari bahkan tidak terduga sama sekali.
Yanan masih menatapnya lama menunggu persetujuan seorang gadis yang masih termanggu di tempat duduknya.
"Hei,jagan diam saja!" ucap Yanan dengan menjentikan jarinya di depan wajah gadis itu.
Tubuh Dita yang terdiam sejak lama mulai terbangun dari ketermanguanya,sedikit tersentak tiba-tiba lalu memperbaiki posisi tubuhnya yang sedikit berubah.
"apa?". Sahutnya.
Dita menatapnya dengan bingung,merasa aneh dengan situasi saat ini,lalu di lain pihak Yanan hanya mendengus pelan sambil memutar bola matanya jenggah, ekspresinya yang tadi biasa saja kini mulai berubah datar.
" apa kau tidak dengar?,ayo ke arena ice skatting". tungkasnya.
Gadis itu mulai tergagap enggan untuk langsung menjawab ajakan pria yang ada di hadapanya dan ia mulai berfikir untuk mencari sebuah alasan.
"Tunggu,kenapa aku harus ikut?,mengapa tidak kamu saja yang pergi!?". di sela ucapanya.
Pria yang sedang duduk tenang di hadapannya menyerigai samar sembari meraih gelas kopi dingin dan menyesapnya perlahan lalu gengaman tanganya berhenti mengantung di udara masih dengan segelas kopi untuk menunjuk ke arah Dita.
" kau yang mengajukan kan?,jadi kita harus pergi bersama".
Dita membelalakkan matanya dengan terkejut dan juga merasa kesal seharusnya dia diam saja sedari tadi,mengapa harus mengajukkan hal semacam itu,ia akhirnya menyesal di dalam hati.
"Tidak,aku tidak mau". Ucapnya lantang.
Kegiatan Yanan yang tadinya begitu tenang menikmati kopinya terlihat mulai tidak berselera lagi,tatapannya makin menajam, menilisik di setiap gelagat gadis itu.
" kenapa tidak mau?,kau harus mau..!"
Dita menatapnya dengan tidak senang lalu mencebikan bibirnya penuh emosi tanpa mempedulikan siapa yang ia hadapi sekarang.
"Ck..pemaksa".
" terserah!apa katamu,intinya kau harus ikut tidak ada pengecualian untukku".
Dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya akhirnya Yanan dapat pergi ke arena ice skating bersama Dita. walaupun waktu sudah hampir larut malam,dengan perasaan kesal di dalam hatinya Dita langsung beralih pergi menuju ke arah meja kasir dan segera membayar minumnya,mengabaikan Yanan yang masih terduduk tenang. namun tidak begitu lama Yanan juga mengikutinya mengantri di depan kasir.
Dita hampir berjalan dengan langkah lebar,dan telah berada di depan pintu kedai dengan tangannya yang kini mengenggam erat hendel pintu dengan jari-jari kecilnya yang mungil sedikit berusaha mengeluarkan tenaganya untuk mendorong pintu agar bisa terbuka lebar namun sepertinya sangat sulit baginya,dan daun pintu kaca itu ternyata mengalami masalah di bagian sisi kusen pintu hingga membuat Dita semakin kesal dengan situasi yang tidak ia duga.
Sambil menunggu kembalian dan struk dari nona kasir, Yanan melihat ke arah pintu dengan ujung matanya,ia dapat melihat dengan jelas,gadis itu masih sibuk berperang dengan pintu yang sulit di bukan dan dengan tingkah kebingungan.
lalu suara nona kasir mengalihkan keperhatian Yanan dengan sebuah kembalian dan sang nona megucapkan terima kasih dengan manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Dalam Jendela Rindu
Teen FictionRomantica yang di mulai pada bulan musim semi beriringan dengan bunga sakura yang saling bermekaran menebarkan aroma cinta dengan warna merah muda yang lembut inilah awal pertama kali untuk Dita seorang mahasiswa tingkat satu jurusan seni lukis bert...