Bab 9

143 29 1
                                    

Langit tampak gelap berwarna hitam kelam.Dita melihat keatas langit malam yang kini berhiaskan kerlip bintang bercahaya dan berlalu redup bersama angin malam yang mengibaskan surai tipis di dahinya.

Muncul bayangan di atas langit "wajah yang dingin",batinnya dalam hati,lalu datanglah Denise yang tiba-tiba membuyarkan lamunannya dan bayangan berangsur menghilang.

Denise menyodorkan satu cup coklat hangat tepat di depanya dan mencari posisi duduk yang nyaman.

"Kenapa?" tanya Denise namun Dita hanya mengelengkan kepalanya enggan bersuara.

"ah...,iya aku tadi berhenti sebentar di sebuah kios pernak pernik dekat taman yang tidak terlalu jauh dari area ini  lalu aku menemukan ini".

Denise memperlihatkan benda yang baru dia beli itu ke arah Dita dengan tersenyum.

sebuah gelang yang di buat dengan rangkaian manik manik mutiara berwarna hitam kelam seperti warna langit malam, sedikit tersorot cahaya lampu maka akan memantulkan setitik cahaya kecil.

Dita menyentuhnya di bagian  permukaannya dan terasa begitu halus,pandanganya tertuju sedikit lama untuk  mengamati gelang yang berada pada genggaman tanganya dan sebuah ingatan terlintas di pikirannya.

"Seperti bola mata dosen Yan" gumamnya lirih.

namun Denise tidak menyadarinya sama sekali saat Dita bergumam lirih karena perhatiannya telah berpaling pada layar ponselnya.

Lalu pikiran Dita mulai mundur pada waktu dimana Ia dan Dosen Yan bersama.

Beberapa jam yang lalu...

Yanan menuntun Dita menuju ruang kesehatan dengan penuh kehati hatian agar tidak membuat gadis di sampingnya merasakan kesakitan berlebih, hingga akhirnya mereka telah sampai di depan pintu ruangan.

dia masih menyempatkan diri untuk membantunya duduk di atas tempat berbaring dengan balutan seprai putih, di samping ranjang yang di tempati Dita terdapat jendela yang setengah dibuka.

Angin mulai masuk perlahan melalui jendela, menerbangkan tirai tipis yang melambai pelan lalu sebuah cahaya matahari yang terang menembus pada celah-celah dan memantulkan sinar pada kaca jendela dan terlihatlah samar samar bayangan mereka yang saling duduk berhadapan.

Tidak ada petugas di dalam ruang kesehatan dan  sepertinya telah di tinggal sementara waktu oleh petugas yang bertugas hari ini.

Yanan mencari  kotak P3K di dalam lemari obat, matanya menelusuri dari sebagian rak ke atas hingga ke bawah namun tak menemukannya.

Dita yang sedari tadi memperhatikan juga mulai ikut mencari dengan matanya dari kejauhan.

"Dosen Yan,yang kamu cari ada di atas". Ucap Dita.

Seketika Yanan menoleh, sedikit ada rasa keterkejutan di hatinya,baru kali ini ada seorang gadis yang santai berbicara non formal padanya,tanpa sedikitpun rasa sukan, padahal dia adalah  dosen yang paling di segani bahkan di takuti oleh para mahasiswa dan posisinya berada lebih jauh darinya yaitu dosen dan murid.

Yanan mengalihkan pandanganya kembali ke arah lemari,tangannya meraih kotak obat yang kini berada di atas, dengan sedikit kepayahan  karena posisinya tertumpuk benda lain dengan lemari sedikit terlalu tinggi.

Hampir mendapatkanya ia mulai menariknya dengan terlalu cepat tanpa di duga olehnya sebuah tumpukan barang  lain jatuh mengenai kepalanya.

Dita yang sejak tadi duduk menunggu di tempat mulai tertawa lepas  saat melihat peristiwa yang baru saja terjadi  di hadapanya.

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang