Bab 3

238 31 0
                                    

Dita membuka matanya,ia mengedipkannya pelan, sebuah pandangan yang berbeda dari sebelumnya dan belum ia ketahui sama sekali,dan entah bagaimana bisa ia menuju ke sini ke sebuah daerah asing yang jauh dari kerumunan kota.

Kini Dita telah di kelilingi oleh lingkup gunung yang berjajar serta berbaris rapi dengan puncak yang sangat tinggi,lalu agin berhembus lembut menerpa surai pajangnya, mengibarkan sang anak rambut yang ada di keningnya.

Sebuah alunan mendayu pelan memenuhi tempat itu,Dita memulai kembali rasa keingin tahuannya dan mulai beranjak dari jembatan panjang yang telah menghubungkan sebuah tempat kecil seperti gazeboo di tengah danau.

Sepanjang perjalan Dita tidak hentinya melihat kesisi lain tempat asing ini, lalu suara alunan musik itu mulai semakin dekat dan terdengar jelas di telinganya.

Matanya melihat suatu hal yang janggal,mengapa ada tempat seperti ini di sini?,hatinya terus bertanya tanya dan kakinya kini telah melangkah memasuki ruang dalam gazeboo.

Dita kembali bertemu dengan pria itu lagi,rasa gemuruh itu kini kembali menjalari hatinya, jantung yang mulai berdetak tidak normal membuat nafasnya naik turun.

Tunggu, mengapa pria itu masih saja memunggunginya,dengan posisi menghadap kearah dinding yang kini telah di hiasi oleh lukisan besar.

Dita yang mulai penasaran mulai mengikuti arah pandang pria itu namun tak terlihat sama sekali karena sang pria terlalu tinggi.

Lalu ia menggambil posisi sedikit mendekat kearah punggung pria itu, menelusupkan sendikit kepalanya agar bisa melihat sebuah lukisan yang terpampang indah, seperti sebuah kota kuno yang di tengahnya terbelah oleh aliran sungai besar dengan gambar perahu kecil berlayar.
Di sisi kiri tertera sebuah tulisan 'JIANGNAN'.

Bibirnya masih bergumam pelan membaca tulisan namun matanya teralihkan dengan sosok di sampingnya,Dita tidak tahan jika tidak memandanginya sesekali saja.

Dengan surai tipis berwarna hitam kelam berkilau lembut di terpa cahaya sore,anak rambutnya sedikit menutupi keningnya lalu turun sedikit ke hidung mancung, dengan alis hitam yang tebal,mata indah yang sedang menyoroti kedepan,bola mata hitam kelam bagai manik kelereng, berkilau kini terhalang bulu mata tipisnya, begitu lentik dan yang terakhir tertuju pada bentuk bibir tipis berwarna merah muda seperti warna kelopak sakura yang baru mekar sungguh indah bukan.

Mengapa ada manusia yang di ciptakan begitu sempurna di dunia ini?,Dita masih setia untuk menikmati pandanganya namun di sisi lain ada yang kurang dari pria itu.

Dita menelisik lagi,dan ia menyadari sebuah senyuman, tidak pernah muncul sekalipun di wajahnya, lalu sebuah suara berisik membuyarkan penglihatan Dita,obyek yang ia singgahi kini mulai berputar dengan cepat membentuk abstrak yang aneh dan kini ia berada dalam alam nyata.

Tubuhnya terheyak seketika dari tempat tidur hampir terguling kesamping dan hampir terjatuh,untung saja keseimbangan tubuhnya masih bisa membantunya untuk menahan.

Denise yang sejak tadi berisik dengan Jinny terhenti pergerakanya ketika melihat Dita .

"Ah,maaf kak Dit sepertinya aku menganggu tidurmu".

" kalian terlalu berisik" sedikit berdecih.

Lalu Dita duduk dengan menyandarkan bahunya di tempat tidur mengumpulkan kembali nyawanya yang berlarian.suara Jinny menginterupsi cepat di hadapnya tanpa banyak bicara.

"Kakak tolong aku sekali ini saja". Ucapnya dengan memohon, Dita mulai mengetahui keinginan Jinny sejak kemarin.

" tolong gantikan aku sementara ,untuk hari ini".

"Memangnya kamu mau kemana?". Tanyanya .

" aku akan pergi kencan". Cengirnya .

"Dengan.. ??" tanya Dita penuh tanya dan di balas lirikan oleh Denise yang dengan pelan mengejakan inisial nama. 'H.A.R.U.T.O.'

Dita sedikit terkesiap di tempat tidurnya

"Kapan kalian jadian?".

Suara Dita menggema di dinding putih yang terpantul.

" seminggu lalu".jawabnya.

Setelah selesai menyiapkan keperluannya Jinny berlalu pergi
Tinggalah Dita dan Denise di kamar.

"Kak Dit,apa kamu benar benar mengatikannya di kelas hari ini?!".

" iya,mau bagaimana lagi".jawabnya sedikit mendengus

"Ada yang bilang dosen kali ini sangat galak". jelas Denise lagi.

"Bukankah semua dosen galak?!".

"Tapi ini berbeda,kak Dit".

" hah sudahlah".Dita turun dari tempat tidurnya dan masuk kedalam kamar mandi.

Menatap dirinya dalam pantulan cermin sekelebatan mimpi itu muncul di ingatanya

"Tidak ,tidak itu hanyalah mimpi mana ada pria tampan seperti itu di dunia nyata,aneh".

Ia mengambil sikat gigi dan mengoleskan pasta putih,meraih mug yang telah berisi air,mencuci mukanya dengan air di wastafel lalu teringat sesuatu.

" Denise,pelajaran apa yang akan Jinny masuki?"

"Bahasa cina!" jawab Denise singkat sambil memainkan handphone.

Dita yang menelusup di balik pintu kamar mandi terkesiap di tempat.

"Astagaa..Jinny!!". Teriaknya keras.

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang