Pertengahan musim semi telah datang. di depan rumah Dita berdiri di luar, dengan sebuah sepeda yang ia pinjam kepada Denise.
Menarik nafasnya pelan,memejamkan matanya sebentar lalu menatap kedepan.
Ia mulai menaiki sepedanya, mengayuhnya menyusuri jalan yang lengang.menyalakan pemutar musik dari ponsel, yang ia simpan di saku kanannya.
Indranya menatap sekeliling, banyak sekali aktifitas masyarakat yang berlalu lalang bersamaan dengan bunga sakura yang bermekaran, juga berguguran membawa aroma menyenangkan, dengan mentari hangat yang indah menyusup di celah-celah pohon.Sepedanya kini telah memasuki halaman universitas yang luas, dan banyak mahasiswa yang telah datang begitu pagi sekali, untuk mengikuti kelas sesuai jadwal.
Dita melirik arloji di tangan kirinya masih pukul 07:30 dia masih ada waktu untuk membeli sarapan pagi sebentar.
ponsel yang berada di dalam saku jaket bergetar dengan suara panggilan muncul, ia mengambilnya dan langsung menyambungkanya ke earphone yang telah terpasang di kedua telinganya.
Tanpa dia sadari di depan jalan yang ia lalui ada sebongkah batu yang menghalangi laju roda sepedanya, sehingga membuat keseimbanganya goyah seketika.
Dengan rasa terkejut luar biasa, sepeda Dita melaju cepat tidak terkendali,ia berharap tidak terjatuh ataupun menabrak sesuatu di depannya kali ini.
Namun nyatanya tidak sesuai pikirannya, di depan segerombolan mahasiswi yang sedang berlari dengan tertawa menghadangnya,
Dita pun mulai panik bersamaan dengan mahasiswa yang lewat tadi. Ia menyeimbangkan laju dan rem yang saling berdecitan Dita berteriak kepada mereka yang sedang berjalan di depan untuk minggir ke tepi.
Menekan remnya dengan kerasnya mencoba meliukan kearah batang pohon dengan sekuat tenaga namun tanpa ia sadari seseorang tanpa segaja lewat dan sepeda Dita menabraknya.
Posisi yang kini sungguh buruk,sepeda itu telah melayang beberapa meter mengenai pohon,sedangkan Dita telah terkapar di jalan.
Pandanganya berkunang kunang, dengan obyek buram nyeri menjalari sekujur tubuhnya. ketika ia mencoba bangun,Dita melirik lututnya yang berdarah dan juga sobek pada celana jeansnya.
Air mata hampir keluar dari pelupuk matanya, namun ia mencoba menahanya,banyak sekali mahasiswa yang menontonnya tapi tidak ada pertolongan sama sekali.
Dita memandang di kejauhan ke tempat orang yang ia tabrak tadi.
Pandanganya sedikit normal sekarang, lalu menajamkan penglihatannya,dan alangkah terkejutnya bahwa yang ia tabrak sekarang adalah Dosen Yan.Tamat sudah riwayatnya hari ini, mengapa musim seminya harus di lalui dengan peristiwa buruk apalagi, bermasalah lagi dengan dosen Yan untuk kedua kalinya.
Dosen Yan berdiri di tempatnya dan berusaha mengambil tasnya kembali ia mengibas-ngibaskan pakaiannya yang sedikit kotor agar bersih kembali.
Matanya mulai tertuju pada seorang gadis yang meringkuk di kejauhan.
"Kenapa dia lagi,bisakah hari hariku tidak berurusan dengan namanya perempuan" geramnya.
Yanan mulai berlalu kearah Dita ia menatapnya dengan penuh kekesalan namun ia masih berusaha tenang,gadis yang ada di hadapnya sekarang sedang berusaha berdiri,namun Yanan tidak berusaha sama sekali untuk membantunya dan hanya melihatnya.
Dita bergumam "maafkan saya Dosen Yan,saya benar benar tidak segaja,jadi mohon maafkan ".jelasnya dengan panik.
Yanan menatapnya sedikit rasa iba, tapi ia menghalaunya jauh rasa itu, dan mulai bersuara.
"Seharusnya kamu ketika menaiki sepeda, tidak seharusnya bermain ponsel, itu sangat berbahaya, apa lagi di jalan yang ramai seperti ini dan juga ,memangnya jalan ini milikmu sendiri".
" saya tahu,jalan ini untuk umum" sela Dita dengan tersinggung.
Yanan sedikit memperbaiki kacamatanya yang telah beralih posisi.
"Jika kamu tahu mengapa masih melakukanya,kamu seharusnya sudah menyadari sebelumnya" tegas dosen Yan kembali.
"Tapi sungguh saya tidak segaja,tadi di depan ada batu yang mengenai roda sepeda milik saya dan tidak segaja menabrak dosen Yan".
" sudah cukup kamu menjelaskanya,entah mengapa saya harus selalu berurusan dengan kamu lagi,dan juga berapa kali kamu sudah membuat masalah di kampus".
Dita menahan emosinya yang telah berada di ujung kepala, ia merasa bahwa pria yang ada di depannya kali ini benar benar tidak punya perasaan sama sekali, apa lagi dia juga tidak peduli sekalipun dengan keadaanya sekarang, dan malah memarahinya di depan umum.
"Bisakah anda berbelas kasihan sedikit saja,apa hatimu itu terbuat dari batu, seharusnya yang anda lakukan adalah menolong bukan menghakimi seperti ini". Teriak Dita dengan menahan tangis.
" Untuk apa saya peduli,lebih baik kamu ikut saya ke kantor sekarang untuk menjelaskan masalahmu".
Yanan berbalik dan berjalan meninggalkan gadis itu, setelah melangkah sedikit jauh ia merasa tidak ada sekalipun pergerakan di belakang, dan ia menyadari kembali bahwa gadis itu tidak bergeming sekalipun di tempatnya.
"Masih mau berada di situ?".
Tanya lagi namun tidak ada jawaban.Yanan menoleh dan alangkah terkejut dirinya kini karena gadis itu telah menangis di posisi yang sama.
Ia mulai bingung dan sedikit bersalah dengan apa yang telah dia lakukan.Akhirnya Yanan menghampirinya kembali ke tempat semula.
" kenapa kamu menangis? Kamu bukan lagi anak anak sekarang, jadi jagan menangis" ucapnya dengan muka datar."Beginikah seorang dosen Yan membujuk seorang wanita,bisakah ucapan anda lebih lembut sedikit" rengek Dita di sela sesenggukan tangisnya.
Yanan mulai jenggah dalam posisi seperti ini,baru kali ini dia di persulit oleh perempuan,biasanya dia tidak akan peduli dan akan memilih mengabaikannya, bahkan lebih baik menjauh pergi, tapi tidak untuk kali ini,entah mengapa tubuhnya dan pikirannya tidak menyetujuinya untuk meninggalkannya dalam kondisi seperti itu.
Akhirnya ia meraih tangan Dita dan menariknya menuju ruang kesehatan,Dita sedikit mendesis pelan karena rasa nyeri di lututnya.
Yanan telah menyadarinya setelah ia melirik kebawah, sedikit membukukan kepalanya dan kini ia melihat luka yang menganga di sekitar lutut, dengan darah mengalir,ia langsung mencari sapu tangan merahnya yang berada di dalam saku celananya lalu mengikatkanya pada luka Dita dengan posisi sedikit berjongkok sesudah itu tanpa banyak bicara Yanan membawanya pergi dari tempat itu.
Note:📍IU-Good Day🎥
KAMU SEDANG MEMBACA
Setitik Cahaya Dalam Jendela Rindu
Roman pour AdolescentsRomantica yang di mulai pada bulan musim semi beriringan dengan bunga sakura yang saling bermekaran menebarkan aroma cinta dengan warna merah muda yang lembut inilah awal pertama kali untuk Dita seorang mahasiswa tingkat satu jurusan seni lukis bert...