Bab 11

140 27 2
                                    


" eng...kita putus Jinny". Sebuah suara berat menggema, beriringan dengan suara kendaraan yang sedang berlalu lalang di jalanan,lampu penerang menyinari dua orang yang kini sedang beradu pandang di bawahnya.

Jinny tidak bergeming,rasanya ia ingin sekali tak percaya dengan semua ini,masih menatap wajah tanpa bersalah di hadapannya dengan rasa kecewa luar biasa.

Ia ingin sekali berkata namun lidahnya begitu kelu,rasa sesak di dadanya begitu mendesak ingin sekali keluar dari bibirnya, dan juga banyaknya pertanyaan yang saling berputar di dalam benaknya namun tidak pernah bisa ia utarakan sama sekali.

Malam ini seharusnya menjadi malam yang indah untuk mereka,suasana yang nyaman dengan di hiasi ribuan bintang berubah sekejab menjadi malam gelap yang buruk.

"Putus..?,apa alasannya bukankan sejak pertama hubungan kita baik-baik saja".

Ucap Jinny dengan berpura-pura tegar,berusaha menahan air matanya yang ingin sekali menerobos keluar.

" aku..,tidak punya alasan sama sekali". Kalimatnya berhenti di ujung bibir,hingga dengusan nafas berat keluar dari mulutnya memunculkan asap tipis yang tak terlihat.

Jinny meringis kecil,merasa dirinya sangat aneh dengan situasi ini,berusaha mengumpulkan sedikit tenaganya agar tidak terlihat lemah.

"Kau bajingan..!"

Sebuah umpatan telah keluar dengan emosi yang sekian lama tertahan di hatinya akhirnya ia luapkan untuk malam ini.

Sedikit orang-orang penjalan kaki yang melewati mereka terkejut ketika mendengar teriakan dari samping trotoar jalan.

"Jika akhirnya seperti ini,seharusnya aku tidak berharap kepadamu". Ungkap Jinny lagi.

Haruto tersenyum tanpa penyesalan,ia merasa aneh dengan tingkah gadis di hadapanya sekarang,baginya hubungan seperti ini hanyalah sebuah permainan untuknya.

" jangan pernah berharap kepadaku,bukankah aku tidak pernah berjanji apapun sebelumnya dan kita menjalaninya karena hanya saling menyukai". Ungkapnya tanpa beban.

"Lalu,setelah bosan kau membuangku begitu?,setelah apa yang kita lakukan selama ini". Jelas Jinny kembali.

Entah mengapa udara di sekitar mereka semakin terasa dingin menusuk hingga ke tulang, menyerang kulit putihnya.

Tanganya tiba-tiba melayang tanpa suara di dalam udara malam,menorehkan sengatan kecil di wajah pria yang ada di hadapanya

Haruto meringis merasakan nyeri pada pipinya, matanya memandang tanpa rasa peduli sama sekali.

"Aku katakan sekali lagi,kita tidak punya hubungan apapun hari ini dan seterusnya, jadi selamat tinggal". Ucap Haruto terhadap gadis itu.

Lalu ia beralih pergi ke arah jalanan, tanganya melambai menghentikan sebuah taksi yang melaju di kejauhan,meninggalkan gadis itu seorang diri di pinggir trotoar yang hanya di temani cahaya lampu temaram.

Jinny memandang Taksi yang berlalu pergi dengan membawa mantan kekasihnya, menghilang dari tempat itu,sampai tidak terlihat lagi di ujung jalan.

Ponselnya berdering di dalam saku bajunya, tetapi Jinny lebih memilih untuk  mengabaikannya berjalan dengan gontai, di temani air mata yang kini telah berderai di pipinya.

Dita masih setia di tempatnya dengan secangkir coklat hangat yang telah di belikan oleh Denise,matanya memandang ke berbagai sisi taman yang telah terisi pengujung,mereka sedang menikmati acara musik yang sudah di persiapkan oleh grup falkultas musik yang di gawangi oleh Denise.

Suara Denise begitu merdu di telinga,di anugrahi pita suara yang jernih dan juga pandai bermain gitar dan kini dia sedang menyayikan lagu dari 'Mandy Moore - Cry' di atas panggung.

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang