Bab 21

231 26 7
                                    

Mereka akhirnya berjalan beriringan bersama, melewati lorong panjang yang telah di penuhi oleh para sepasang mata yang saling meperhatikan di setiap sudut.

Dita tengah berjalan dengan berusaha menyesuaikan langkah panjang pria yang ada di sampingnya.ia hanya bisa menunduk tanpa bisa memandang kedepan dengan berusaha sedikit menutupi tanganya yang kini tengah tergenggam erat melalui tubuhnya,tapi tetap saja masih terlihat jelas karena tangan Yanan lebih besar di bandingkan telapak tangan Dita yang telah mengait sepenuhnya.

Air mukanya semakin memerah karena menahan rasa malu, mungkin saat ini dia telah menjadi topik pencarian hangat di dalam situs berita kampus karena banyak siswa lain yang telah mengambil gambar mereka berdua.

Yanan sedikit menoleh kesamping mencoba melihat kondisi gadis itu dan dia masih saja menunduk dengan kecanggungan. "Kau kenapa?". Tanya Yan terhadap gadis itu.

" apa kamu tidak lihat?,banyak orang yang memperhatikan kita". bisiknya.

"Ya aku tahu".

Mendengar jawaban santai sang dosen, Dita langsung teralih dari posisinya,menarik cepat wajahnya di samping pria itu dengan menoleh.

" kalau begitu lepaskan tanganku cepat!".

di telinganya,Yanan dapat mendengar dengan jelas suara yang di buat lirih oleh sang pemiliknya hingga membuatnya merasa geli,apa lagi gadis itu berusaha berjinjit agar bisa terdengar menuju daun telinganya dan hampir saja seutas senyum samar muncul di balik wajahnya yang dingin. namun Yanan masih bisa untuk menahannya, hatinya seketika mulai mendekripsi betapa menggemaskanya gadis ini?,rasanya ia tidak ingin melepaskanya begitu saja.

Dita masih ingin berusaha untuk melepaskan genggaman tangan itu,di balik tubuhnya tetapi tetap saja tidak bisa terlepas karena sang pemilik lain semakin mengeratkan tangannya membuat dirinya kuwalahan sendiri.

"Lepasin". gerutunya dengan menahan emosi yang berusaha dia tahan.

" belum saatnya,tetaplah seperti ini".

"tapi tanganku kebas". sela Dita lagi.

Yanan tidak menanggapi sama sekali ocehan gadis itu,ia lebih memilih diam dengan memasang ekspresi dingin sedingin es,benar-benar sulit untuk diterka oleh orang lain yang sedang membicarakanya secara sembunyi-sembunyi.

Hingga mereka pun berhenti di tempat khusus parkir mobil,Dita tidak bisa menahan kekesalannya lagi dan langsung menarik tanganya sekuat-kuatnya dan telah terlepas sepenuhnya.

Ia melihat dengan seksama telapak tangannya yang kini telah berubah menjadi merah juga berkeringat dengan rasa panas.

" tanganmu itu seperti borgol,sungguh menyiksa". teriaknya kepada pria itu,namun ia sama sekali tidak membalas ucapan yang keluar dari mulut Dita dan hanya merapatkan bibirnya.Yanan sedang mencari sebuah kunci mobil di dalam saku celananya lalu mulai menyalakan tombol otomatis dan mobil pun berbunyi 'BIP' beberapa kali.

Yanan menyempatkan diri untuk membantu Dita membukakan pintu mobil dengan menyuruhnya agar segera masuk namun Dita masih belum beranjak dari tempatnya.

"Kenapa?,cepat masuk!". pintanya kepada gadis itu namun tetap saja diam.

" a-aku pulang sendiri saja,aku tidak ingin naik mobilmu".

"Sudah ku bilang sebelumnya jika aku yang akan mengantarmu pulang memangnya ada apa?".

"aku tidak ingin ada masalah lagi,lebih baik aku pulang dengan temanku" ungkapnya penuh kewaspadaan sambil celingukkan.

"tidak bisa..!,ucapanku tidak akan ku tarik kembali".

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setitik Cahaya Dalam Jendela RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang