1. Time travel

13.5K 1.4K 436
                                    

"A-alysa.." Lisa dalam keadaan ripuh saat meraih pergelangan kaki sang adik tiri, bibirnya kesulitan bicara dengan luka sayatan hampir disetiap bagian wajahnya.

Tetapi, Alysa acuh. Alysa melangkah mundur dan memasang wajah takut sehingga rahang pria yang bersiap dengan pedangnya mengetat saat itu. Alysa berbalik, ketakutan dan memeluk suaminya. Respon Alysa memicu kemarahan pria itu terhadap Lisa semakin besar bahkan didetik-detik terakhir hidupnya.

Lisa berusaha mendudukkan diri, membungkuk agar diampuni. Begitu sulit rasanya sekedar untuk meneguk ludah sendiri, tiap inci tubuhnya sakit. Lisa mendongak, menatap manik kelam sosok pria terkejam yang pertama kali ditemuinya dalam hidup.

"A-aku mohon.." Lisa mengatupkan kedua tangan dan mengosoknya, "Ma-maaf.." ucapannya tak bersuara, sakit.. sakit sekali padahal hanya ingin bicara.

10 hari penyiksaan penuh dibawah ruang bawah tanah, Lisa melihat wajah orang-orang yang diminta menyiksanya tapi jangan sampai mati. Ya, memang Lisa jahat padat Alysa, tetapi yang dilakukan pada Lisa melebihi arti jahat sesungguhnya.

Lee Jungkook menempatkan kakinya dibahu kanan Lisa, menginjaknya kuat sampai si gadis tertunduk mencium lantai. Sesaat ia menoleh pada istri cantiknya yang berdiri dua langkah dibelakang tubuhnya sambil menggigit ibu jari.

Jungkook tersenyum. "Alysa sayang, lihat.. aku berjanji akan melindungimu, menyingkirkan orang-orang tak tahu diri yang menganggumu termasuk dia." Desis pria itu.

Lisa memohon sekali lagi, kali ini ia raih kaki Jungkook tapi malah berakhir diinjak sampai bagian tulang kelingkingnya patah. Tangisan pun tak lagi bisa keluar, dua anak buah Jungkook memaksa Lisa duduk dan mendongak.

"Orang yang berani membuat istriku menderita tidak akan selamat. Harusnya kau tahu itu!" Jungkook mendesis, mengangkat pedangnya tinggi. "Tak pernah ada kata ampun dalam kamusku."

Kedua mata Lisa membelalak, bertepatan dengan tebasan kencang tajam mendarat tepat dilehernya. Lisa bisa melihat raut ketakutan Alysa sejenak berubah, Alysa tersenyum tipis. Pemandangan menjijikan yang didapat Lisa sebelum kematian.

Pembuluh darah yang putus secara bersamaan sesaat memberi rasa sakit luar biasa, namun rasa sakit itu hilang pada detik berikutnya. Lisa tau, ia sudah mati. Namun pada titik ini, Lisa dikembalikan oleh cahaya terang menyilaukan. Malam tahun baru yang menjadi saksi terpenggalnya Lalisa Madaline lenyap, waktu dimundurkan begitu saja seolah pengendali semesta benar-benar ada.

Dipenuhi keringat dingin, dipeluk kesesakaan. Lisa terbatuk diatas ranjang, rambutnya berantakkan kala ia memaksa untuk segera duduk dan mencengkram lehernya erat, memastikan masih ada kepalanya disana. Lisa tahu ini bukan mimpi buruk, tadi itu harusnya ia sudah mati dan yang paling diuntungkan adalah Alysa.

Tapi sekarang Lisa tidak mati, Lisa berusaha tenang meski rasa sakit itu seolah masih ada. Walau menyingkap gaun tidurnya dan tak menemukan luka, perasaan mengerikan itu masih menghantuinya. Ruangan yang gelap, lembab, dan berbau darahnya sendiri. Itu menakutkan, Lisa mual membayangkannya.

Sambil menahan lehernya, tangan kanannya meraba nakas disamping tempat tidur. Mengambil ponsel dan memeriksa hari apa ini, berapa banyak waktu yang diberikan padanya. Lisa sejenak bisa larut dalam rasa lega, jika waktu eksekusinya 31 Desember—sekarang ia berada di dua bulan sebelum itu.

"Nonaaa!"

Seorang pelayan masuk, lebih muda dua tahun dari Lisa. Min Harin tergesa-gesa bersama segelas air ditangannya, berlari menghampiri Lisa—si tokoh jahat dalam kehidupan ini.

"Saya dengar teriakan!" Harin panik, mengambil tisu dan mengelap dahi Lisa serta leher jenjangnya yang basah. "Nona bermimpi buruk? Nona sakit? Mau sayang panggilkan dokter?"

the lady wants to die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang