"Nona sudah bangun?" Harin menanti cemas, langsung berdiri dari kursi dan menahan bahu Lisa saat gadis itu mau mendudukkan diri. "Nona berbaring saja, nona habis tidak sadarkan diri lagi selama 2 hari."
"Ah? Masa?" Lisa memicing, menggali-gali kebohongan dari Harin melalui tatapan matanya namun tak kunjung ketemu yang mengartikan kalau gadis itu tidak melebih-lebihnya.
"Tolong jangan berpikir dulu, nona berusaha keras memikirkan sesuatu sampai nona pingsan lagi. Saya takut, nona Alysa suka berkeliling didepan pintu rawat saat tengah malam." Harin meraih tangan Lisa, meremasnya lembut menyalurkan ketakutannya mengenai Alysa.
"Tapi saya tidak meninggalkan nona, dan ada seseorang yang diminta berjaga didepan pintu. Saya memilih sendiri orangnya, orang yang waktu itu membiarkan nona Alysa masuk jadi saya memilih yang lain, yang agak lesu tapi kelihatannya tidak tertarik pada lawan jenis sehingga kemungkinannya kecil untuk tergoda pada nona alysa si jahat itu dan membiarkannya masuk!" Tukas Harin bersemangat menjelaskan secara panjang lebar dengan kilatan mata berapi-api.
Lisa membuang nafas lega, "Akhirnya aku bisa istirahat.." komentarnya dalam hati, tak ada yang lebih nikmat dibanding berbaring dan melupakan sejenak soal Alysa.
"Nona.." Lirihan Harin membuat kepala Lisa menoleh, mendapati gadis itu menahan air mata menggenang—Lisa tertegun.
"Saya mohon istirahat dulu sampai pulih baru nona memikirkan hal-hal yang membebani nona secara satu per satu." Nasehat Harin mencoba mengerti posisi Lisa yang biasanya cenderung keras kepala, "Iya saya tahu, masalah lebih baik cepat diselesaikan daripada ditunda. Namun, jika menyelesaikan dalam kondisi dan stamina menurun, nona mustahil mendapatkan sebuah jalan."
"Sejak kapan kau jadi bijak begini, Harin?" Lisa hampir tergelak, perutnya tergelitik sakit akibat menahan untuk tidak tertawa.
"Uhm.. bagaimana suara nona? Saya kira nona sudah membaik karena mengigau dua malam ini."
"Me-ngi-gau? Aku mengigau? Tidak mungkin--"
"Saya bukan bermaksud tidak sopan," Harin menahan nafas, menahan tertawa juga dan menampilkan ekspresi biasa saja, tetapi lirikan matanya tidak bisa berbohong sedang menggoda Lisa. "Nona mimpi berciuman, ya?"
"M-A-MANA ADA!!!" spontan Lisa berteriak membantah, tertegun, suaranya telah kembali normal.
Harin mengulum bibir, menggoda Lisa lagi. "Saya dengar sendiri bibir nona mengecap-ngecap dan terdengar keras lalu bergumam-gumam.. sebuah nama, ah! Nona menggumamkan sebuah nama tapi tidak jelas.."
"MUSTAHIL!!!" Lisa membantah tegas, ia jelas yakin tidak bermimpi apa-apa semalam dan tidak mungkin berciuman. "AKU TIDAK PERNAH---"
"Ah, sudah-sudah.. nanti satu rumah sakit bisa mendengar lho~" Harin tertekeh. "Saya akan pura-pura tidak pernah menyaksikan nona mengigau, ok?"
"Nah, kenapa tidak dari tadi? Itu jauh terdengar lebih baik." Dengus Lisa jengkel dalam hati, tetapi sekarang Lisa tersenyum tipis, memejamkan matanya supaya lebih tenang dan membalas. "Terimakasih."
"Ah, nona.." Harin terenyuh, pada akhirnya air mata yang ditahan sejak tadi meluncur dikedua pipinya saat mendengar kata terimakasih diucapkan oleh gadis yang biasanya hanya suka memaki-maki. "T-terimakasih kembali, saya.. saya akan mengusahakan semua yang terbaik untuk nona."
"Jangan berlebihan!" Lisa mengutarakannya didalam hati, ia mulai tahu caranya menghargai orang lain dan tersenyum saja sebagai balasan.
Harin mengusap air mata diwajahnya menggunakan beberapa lembar tisu yang sekali tarik sekaligus. Lisa berubah, Harin sangat senang tetapi bukan berarti Harin tidak senang pada Lisa yang sebelumnya. "Karena nona masih sakit, saya akan membasuh kaki dan tangan nona lalu mengganti pakaian nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
the lady wants to die
Hayran Kurgu[M]Lisa mengambil peran saudara tiri jahat dan menyiksa si tokoh Cinderella sekedar untuk kesenangan belaka. Lisa tidak pernah menyangka kalau sosok Cinderella, yakni adik tirinya yang bernama Alysa dinikahi oleh Mafia kejam dengan kebucinan tingkat...