"Percobaan bunuh diri dua kali?" Psikiater laki-laki itu berdecak, mencatat poin-poin yang dikatakan Harin sementara Lisa enggan berbicara. "Dan gagal semua?" Ringisnya prihatin.
"Cara apa yang dipakai?" Tanyanya lagi.
"Melompat dari balkon." Jawab Harin.
"Hmmm.." Psikiater itu mengangguk, meletakkan pulpennya didagu dan menatap Lisa penuh telisik.
Gadis itu risih, ia melirik namatag yang tertera disana. Seokjin Kim. Cukup untuk ia tandai lalu mendengus lebih memilih memalingkan wajah daripada menjawab pertanyaan seputar mental yang menyebalkan ini. Ah, bahkan Seokjin saja sedari tadi belum bertanya apa-apa, dia diam setengah jam sambil menatap Lisa dengan alis berkerut. Yang tadi itu pertanyaan pertamanya.
"Jadi, nona saya?" Harin menanti-nanti, mengenggam tangannya sendiri penuh kecemasan.
Seokjin mengangkat kepala, tatapan memicingnya jatuh pada Harin setelah atensinya dicuri. "Bad.. very bad!"
"Seburuk itu?" Harin menggigit bibir, ia menatap Lisa dan meraih tangannya lalu dielus. "Nona, bicara saja. Ini psikiater, dia baik."
"Uhh.. begini," Seokjin mengawali hasil analisis. "Angka berapa ini?" Ujarnya sembari mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
Harin melotot. Apa-apaan? Dikira Lisa bocah tk yang baru belajar berhitung? Psikiater dari belahan dunia mana yang dikirim oleh Jaehyun? Dari alam lain!?
"Tidak mau jawab?" Tanya Seokjin, "Ok, baiklah!"
"Nama?"
"Nona Lalisa Madaline."
"Kok kau yang jawab?" Seokjin memelotot, mengacungkan pulpen yang didaratkan mengetuk dahi Harin dua kali. "Keluar sana, menganggu saja. Hush!"
Harin bersungut. "Nona saya jangan dicabuli!"
"Mau melihat pulpen ini tembus ke tenggorokanmu?" Seokjin terkekeh, ia bergurau tentu saja. "Ya, sudah ke pojok sana. Jangan ikut menganggu!"
"Ya, ya. Terserah! Awas kalau nona saya semakin parah setelah ini!" Harin menunjuk Seokjin dengan satu jari, sengatan listrik ketidakharmonisan keduanya seolah saling menyetrum satu sama lain.
"Ehem!" Pria berusia 20 tahun itu berdehem. "Melompat dari balkon dua kali bukan cara efektif membunuh diri. Kau sudah hapus video porno milikmu? Sudah hapus history pencarian web dilaptopmu? Situs porno semua, 'kan? Hah? Juga didalam lemarimu pasti ada kaset-kaset porno, ditelevisi dan di---"
"Brengsek! Tutup mulutmu!" Sarkas Lisa tajam. "Jangan sembarangan dalam bicara, kau sedang berbicara dengan---"
Prok! Prok!
Seokjin bertepuk tangan tiba-tiba, merentangkan senyum dikedua sudut bibirnya. "Bagus pasien Lisa! Bicara juga akhirnya, hmm.."
Modus sialan!
"Mari kita berbincang sebentar, hanya sebentarrr.." Bujuk Seokjin tak memaksa, "Nona pasien hanya perlu menjawab tiga pertanyaan lalu saya akan pergi."
"Ah, sebelum itu tolong pilih satu dari dua kartu ini lalu sembunyikan." Seokjin menutup mata sambil menyerahkan dua kartu pada Lisa, masing-masing bergambar pisau dan darah dilain kartu.
Lisa mengambil satu, menyembunyikannya dari Seokjin dengan membaliknya. Tampang datarnya tak berubah, meski begitu Lisa tetap cantik dipandang dari berbagai sisi walau dengan perban dikepala. Sebenarnya ia malas, tetapi karena Harin membujuk supaya ia membiarkan psikiater memeriksa, Lisa terpaksa menyanggupi lewat anggukkan.
"Saya akan mulai. Apa yang paling kau inginkan saat ini? Sesuatu yang sangat mau kau lakukan, apa itu?"
"Mati."
KAMU SEDANG MEMBACA
the lady wants to die
Fanfiction[M]Lisa mengambil peran saudara tiri jahat dan menyiksa si tokoh Cinderella sekedar untuk kesenangan belaka. Lisa tidak pernah menyangka kalau sosok Cinderella, yakni adik tirinya yang bernama Alysa dinikahi oleh Mafia kejam dengan kebucinan tingkat...