13. Don't cry, princess

6.6K 1K 604
                                    


Katanya menangis adalah cara seseorang mengekspresikan diri, meluapkan perasaan yang sedang mendominasinya kala itu. Jangan salah, menangis tidak melulu soal kesedihan, ada kalanya saat bahagia seseorang juga bisa menangis.

Tetapi, ada fakta yang mengatakan bahwa tangisan mengerikan adalah sebuah tangisan tanpa air mata, tanpa suara, tanpa memandang sedih. Tangisan dalam kekosongan jauh lebih pilu dibandingkan tangisan biasanya.

Makanya saat menemukan seorang gadis kecil merenung di taman dekat kediaman Ahn, Jungkook tahu bahwa ia sudah terlambat. Menemukan kekosongan yang sama terpancar dari kedua mata cantik yang kehilangan binarnya, Jungkook seharusnya datang lebih awal ke satu minggu lalu atau sebulan lalu supaya bisa menghentikan Nyonya Louisa bunuh diri.

Bersyukur Jungkook!

"Aku akan berusaha!" Tegas Jungkook dalam hati, perlahan keluar dari persembunyiaannya di balik pohon dan mendekati Lisa secara diam-diam.

Jungkook memperhatikan langkahnya begitu detail, memastikan tidak menginjak ranting kering atau rumput agar suara berisik tidak mengacau langkahnya dan Lisa yang notabennya gadis kecil berumur 14 tahun tidak takut kepadanya karena memiliki aura kematian, kata Jake dulu.

"Ahjussi ini siapa?"

Deg!

Tertangkap. Jungkook sontak berhenti bergerak, berpura-pura menjadi batu tetapi Lisa sudah menoleh dengan tampan datar seolah mengatakan secara tidak langsung kalau Jungkook sudah ketahuan tanpa harus berjalan menirup pencuri karena postur tubuh tinggi menjulangnya.

Jungkook gugup, segera menetralkan ekspresi wajahnya dan mengambil dua langkah lebih dekat dengan posisi Lisa. Tidak suka dengan panggilan gadis kecil yang rupanya memang masih kecil, diluar ekspektasi Jungkook yang sebelumnya mengira usia Lisa mungkin 17 atau 18 malah dikejutkan dengan realita tinggi gadis itu hanya mencapai setengah tubuhnya.

"Aku yang ketinggian atau gadis ini yang pendek?" Jungkook membatin, tanpa sadar ekspresinya berubah tersenyum yang direspon bergidik oleh Lisa.

Sejatinya sang ibu selalu berpesan kepada Lisa untuk tidak berbicara kepada orang asing, mengabaikan orang tersebut dan pergi menuju keramaian dan jangan pulang ke rumah bila diikuti, pergilah ke kantor polisi atau tempat untuk melapor lainnya karena bisa saja orang asing penjahat kelamin, pedofil, atau pria kekurangan kasih sayang. Pokoknya sang ibu selalu bilang supaya Lisa menjauhi laki-laki karena laki-laki jahat, laki-laki baik akan datang saat Lisa sudah dewasa nanti.

"Mencurigakan! Orang aneh ini.. aku tidak akan bicara dengan orang tua, walaupun dia tampan!"  Lisa membatin memupuk kecurigaan.

"Aku tidak pantas menerima panggilan itu, aku ini laki-laki dewasa, bukan laki-laki tua bangka." Seolah bisa membaca monolog Lisa barusan, Jungkook melayangkan protes cukup keras kepada si gadis.

Lisa berkedip lambat lalu menghela nafas karena pria besar dihadapannya ini narsis sekali. "Ahjussi jauh lebih tua dan saya tidak kenal pada ahjussi, jadi tidak mungkin memanggil ahjussi dengan sebutan lain selain ahjussi."

Ah, benar. Jungkook mengerucutkan bibir selama dua detik setelah mendengar jawaban Lisa barusan. Gadis itu sudah realistis sejak kecil, tapi Jungkook tidak tua. Lisa menganggap Jungkook tua karena tinggi dan menjulang seperti pohon-pohon besar disekitarnya.

"Kenapa menangis?" Tanya Jungkook membelokkan topik curam, berjongkok juga dihadapan Lisa agar gadis itu tidak menganggapnya tua lagi karena first impression itu penting.

Sesaat Lisa nampak gelagapan, menekan-nekan ruas jari telunjuknya gugup, keningnya juga sempat berkerut selama kurang sedetik lalu memalingkan wajah terlebih dahulu barulah menyahuti Jungkook ketus. "Saya? Menangis? Itu mustahil." Elaknya.

the lady wants to die Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang