Kediaman Ahn, 2026
"Nona yakin mau pulang saja?" Harin memegangi kedua bahu Lisa dari belakang, membantu gadis itu mengambil langkah sesekali melirik pada Alysa yang mengekor tiga langkah dibelakang mereka seolah bertanya 'kenapa dia juga dibawa?'
Lisa menghentikan langkahnya didepan pagar melepaskan diri dari Harin yang memegangi bahunya dan menjawab. "Satu-satunya kepala keluarga Ahn yang tersisa adalah aku, kalau aku pergi ke tempat yang jauh sampai mati, yang membayar gaji para pelayan?" Pertanyaan itu membuat Harin sempat terdiam, namun terburu menatap khawatir pada Lisa sampai gadis itu meneruskan. "Dan kalau dia—tidak dibawa—dia mau tinggal dimana?"
"Hehe~ iya, nona benar juga." Dengan tak enak hati Harin menyahut, terkekeh-kekeh pura-pura suka akan kehadiran Alysa dengan melempari gadis itu senyuman.
Alysa yang disenyumin tertegun, sempat memasang ekspresi memandang aneh terhadap Harin, tetapi lalu melihat Lisa dan tersenyum membalas senyuman kakunya Harin.
"Eonnie.." Alysa mengulum senyum, menunjukkan sesuatu dari belakang punggungnya dan disodorkan pada Lisa dengan malu-malu. "Aku temukan ini saat eonnie buru-buru keluar kamar rawat tadi, kupikir ini penting jadi aku tidak membuang atau membacanya karena milik eonnie."
Seperkian saat Lisa memelotot, 'Bagaimana kertas itu bisa ditangan Alysa!?' tetapi setelah tahu gadis itu tidak membacanya dan mengatakan dengan sungguh-sungguh, kepanikan Lisa berangsur menipis dan mengambil alih tumpukkan kertas dari hasil menulisnya setelah gagal gantung diri, lagi.
"Terimakasih." Ujar Lisa singkat.
Alysa merasakan kehangatan didadanya, memang agak aneh dan terlalu cepat perubahan sikap Lisa menjadi hangat padanya. Walau masih menjaga jarak, masih tidak mau bersentuhan. Alysa senang, Lisa tidak memandang dingin atau jijik terhadapnya yang kemungkinan perasaannya akan bisa terbalas.
"Omong-omong Harin, tolong bereskan kamarku, dan kau.." Lisa menunjuk Alysa menggunakan dagu, gadis itu sontak menunjuk dirinya sendiri ragu, Lisa menganggukkan kepala. "Ya, kau. Aku mau bicara, berdua."
Blush! Pipi Alysa memerah, dadanya berdebar-debar. Dari sekian banyak hal, ini satu-satunya yang Alysa harapkan sejak dulu. Alysa tidak suka laki-laki, jika bercinta pada mereka pun Alysa tidak menikmatinya, Alysa jauh, jauh, jauh sangat suka pada Lisa.
"Eonnie.." Alysa mendekat setelah Harin pergi mematuhi perintah Lisa.
Sempat panik, Lisa memasang senyum terkakunya, buru-buru menyumpal kertas-kertas berisi catatannya mengenai ingatan kecilnya yang berubah karena ada penjagal kepalanya disana, sedang mendekati dirinya yang masih kecil. Lisa menyumpal kertas tersebut ke kotak surat dibelakang tubuhnya, lalu menyingkir dan meminta pada Alysa supaya mengikutinya ke taman belakang.
Alysa dengan senang hati mengekor, membawa ibu jarinya mendekat ke mulut lalu melahapnya. "Eonnie~ tumben sekali mau bicara denganku, eonnie pasti merindukanku ya?"
Kaki jenjang Lisa berhenti melangkah, bahunya melorot. "Maaf, aku tidak mengerti banyak tentangmu."
Dahi Alysa mengernyit bingung atas ucapan Lisa barusan, segera Alysa membalas. "Walaupun eonnie suka kesal padaku, aku tahu eonnie tidak benar-benar marah.. eonnie sangat sayang padaku, kan?"
"Bagaimana ya.." Lisa masih belum menoleh, masih memunggungi Alysa karena tak siap dan malu pada dirinya sendiri. Lisa selalu kesal pada Alysa, dulu sebelum dipenggal Jungkook, sekarang setelah dipenggal masih sedikit kesal karena pelecehan waktu itu, tapi setelah diberi penglihatan masalalunya yang diacak-acak Jungkook—Lisa jadi mengetahui betapa buruknya kehidupan Alysa dan beratnya tekanan mental yang gadis itu dapatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lady wants to die
Fanfiction[M]Lisa mengambil peran saudara tiri jahat dan menyiksa si tokoh Cinderella sekedar untuk kesenangan belaka. Lisa tidak pernah menyangka kalau sosok Cinderella, yakni adik tirinya yang bernama Alysa dinikahi oleh Mafia kejam dengan kebucinan tingkat...