"Tolong berikan tanganmu." Jungkook berujar, membawa tangan Lisa yang terluka ke atas sebuah bantal dan menatap Dr. Hana yang kembali dipanggil tiba-tiba. "Perlu dijahit?" Tanya Jungkook memperhatikan Dr. Hana yang memeriksa luka robek Lisa.
Dr. Hana tersenyum. "Tidak dalam lukanya, seminggu akan mengering. Kalau dijahit mungkin akan berbekas dan biasanya mempengaruhi penampilan seorang gadis."
Lisa meraih baju Jungkook dibagian keras, meremasnya sebagai tanda tidak setuju kalau lukanya tidak dijahit, Lisa ingin lukanya dijahit dan jahitannya berbekas agar bisa ia kagumi kalau sulit untuk bertahan dalam kehidupan aneh ini.
"Dia ingin mengatakan sesuatu, sebentar." Jungkook menahan Dr. Hana, meminta wanita itu untuk tidak melakukan apapun sampai ia mendengar apa yang Lisa inginkan dengan mendekatkan telinganya pada bibir gadis itu.
Terlalu sulit, ucapan Lisa teredam lagi dan berakhir bibirnya saja yang bergerak. Gugup? Sama sekali tidak walau posisinya berada tepat dipangku oleh kedua paha Jungkook. Lisa sedang berusaha keras bisa mengeluarkan suara walau hasilnya kadang-kadang hilang timbul berulang. Alhasil Lisa menggerakkan bibirnya saja, mengutarakan kalau ia ingin jahitan di luka robek tangannya.
"Kau yakin?" Pertanyaan itu terlontar dari bibir Jungkook, ia simpati pada Lisa, kasihan pada gadis itu.
Lisa mengangguk. Lee Jungkook memang peka, bisa dimanfaatkan dan bodoh. Terlihat lebih bodoh, eh tapi.. Lisa mengerjap lambat, lukanya yang sedang dijahit tidak terasa sakit. Kedua manik bambinya fokus memandang Jungkook lekat-lekat, bukan, bukan sedang terpesona, Lisa menyadari sebuah perbedaan.
Haircut pendek dan pierching di alis kanan pria itu—seingatnya—dulu waktu hanya melihat Jungkook sekilas, pakaian pria itu formal dengan jas hitam. Bahkan saat memenggal Lisa pun tetap memakai kemeja putih, di undangan pernikahan yang terdapat foto prewedding namun Lisa tidak hadir pun sama, memakai pakaian formal dan haircutnya cukup panjang menutup bagian wajah depan juga sedikit curly juga punya tiga tindik telinga dibagian kiri.
"Ap-apa.." Hati Lisa tertegun, tanpa sadar pandangannya semakin intens terhadap wajah Jungkook dan disadari oleh pria itu yang telinganya sedikit memerah. "Apa aku salah lihat? Aku hanya meliriknya waktu itu.."
"Atau.. aku sudah gila dan mulai berhalusinasi tentang rupa lain penjegal kepalaku?"
"Alysa.." Semakin dipikirkan kepalanya semakin berdenyut, Lisa memaksa otaknya bekerja keras mengingat apa-apa saja yang pernah ia lalui dulu. "Aku mulai ragu, Alysa.. Alysa memang anak haram tapi seingatku waktu dulu dia.. dia tidak---ugh!"
Lisa memejamkan mata sementara nafasnya mulai terengah-engah. Memaksakan diri untuk meringkas seluruh alur cerita hidupnya sebelum kejadian diberi kesempatan mengubah masa depan sendiri sangatlah sulit, tenaga Lisa terkuras habis cepat sekali. Ditambah pengaruh luka robeknya sedang dijahit dan wajah Lisa terlihat kembali memucat, lebih pucat dari sebelumnya.
"Ayah membawa Alysa saat usiaku 14 tahun lalu ibu meninggal, Ayah mati saat usiaku 17 tahun. Alysa dan aku berbeda dua tahun. Alysa menikah diusia 18 tahun dan aku mati di usia 20 tahun... Aku dikembalikan ke 2 bulan sebelum kejadian pemenggalan—ugh! Kepalaku.." Lisa menyusun kejadian menggunakan monolog dalam hati, kepalanya sudah bersandar pada dada bidang Jungkook karena lemas dan Lisa belum menyadari itu.
"Sakit, sakit, sakit!"
Rancu. Kepalanya semakin sakit sampai mau pecah. Walau dokter mengatakan cidera kepala Lisa sudah sembuh, tetap saja tidak akan kembali pulih seperti sediakala dengan mudah. Mungkin perlu beberapa bulan atau bisa jadi beberapa tahun, sementara Lisa yang terlena mulai menyadari kalau hari pemenggalannya tersisa 18 hari dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lady wants to die
Фанфик[M]Lisa mengambil peran saudara tiri jahat dan menyiksa si tokoh Cinderella sekedar untuk kesenangan belaka. Lisa tidak pernah menyangka kalau sosok Cinderella, yakni adik tirinya yang bernama Alysa dinikahi oleh Mafia kejam dengan kebucinan tingkat...