19 Maret 2020"A-ahjussi.. kau.. kau mau.. pasti mau mesum lagi, ya? Hah?" Gadis kecil berambut panjang itu memasang kuda-kuda, mengepalkan kedua tangannya seolah ingin memukul pria yang berjongkok dihadapannya.
Pria itu terkekeh dibalik mantel hitamnya, menurunkan hoodienya lalu mengulurkan tangan meraih pergelangan tangan gadis kecil itu. Tatapannya melembut, ia malah tidak pernah menatap tajam pada gadis kecil dihadapannya. Sempat pernah dulu, sekarang tidak lagi.
"Jangan pegang-pegang! Aku teriak, nih!" Gadis kecil itu mengancam, terlihat lucu dengan mata memelotot dan wajah merah.
Pria itu menghela nafas, antara gemas dan ingin menelan gadis kecil itu hidup-hidup. Kekehan keluar dari bibirnya, masih meremas lembut tangan milik si gadis kecil yang nampak begitu rapuh dan harus hati-hati saat menggenggamnya.
"Aku bukan pria tua." Lagi, ia mencoba menjelaskan pada si gadis kecil yang keras kepala. "Aku ini laki-laki dewasa."
"S-seperti.. seperti orang besar yang suka menculik anak-anak, 'kan? K-kalau macam-macam lagi, aku akan--"
"Tolong jangan lakukan lagi." Kata pria itu tiba-tiba.
"A-apa!?" Si gadis kecil memekik, menarik tangannya ingin kabur tetapi genggaman pria yang akhir-akhir ini datang menemuinya terlalu kencang.
Pria itu menahannya, mengambil satu lagi tangan gadis kecil itu untuk digenggam. "Jangan lakukan itu, Lisa."
Gadis kecil itu berhenti meronta, namanya disebut pria asing didepannya. Ini bukan kali pertama keduanya bertemu, tetapi pertemuan ini membuat gadis kecil itu sedikit melunak setelah namanya disebut setelah kematian ibunya—sekaligus wanita yang memanggil merdu atas namanya.
"S-siapa kau?" Lisa membalas rasa penasarannya, ia memang takut, tetapi pesona ketampanan pria ini kadang membuatnya kepikiran sampai mulai berdebar entah karena apa.
"Aku?" Pria tersebut tersenyum hangat, "Kau ingin tahu?"
"Tidak jadi, huh!" Lisa mendengus dan memalingkan wajahnya karena pria tersebut terlalu lama dan Lisa tidak menyukai keterlambatan maupun bertele-tele.
Pria itu tertawa ringan, tapi lalu menelan tawanya segera dan berkata. "Jungkook, Lee Jungkook. Laki-laki dewasa--"
"Cabul!" Celetuk Lisa, memanfaatkan keadaan menarik tangannya dan memeluk dirinya sendiri. "Jangan mendekatiku! Kau orang cabul!"
"Eee—bukan!" Jungkook langsung membantah, menyilang-nyilang tangannya di udara. "Aku bukan laki-laki dewasa cabul yang doyan pada anak ingusan sepertimu."
"L-lalu.." Lisa terbata, kedua pipinya merona yang segera ia tangkup dengan masing-masing tangan. "Ahjussi.. ahjussi kan datang ke kamarku lewat jendela, masuk lalu.. lalu menciumku, 'kan!?"
Deg!
Wajah Lisa memerah. "D-dasar cabul!"
"Aku bisa jelaskan, aku tidak—cabul." Jungkook meringis atas tudingan gadis berumur 14 tahun didepannya, ia juga tak bisa bilang kalau diam-diam mencium adalah cara agar gadis itu yang berumur 20 tahun berhenti mencoba mati.
Lisa juga mulai terengah-engah, menahan panik. "O-orang cabul! dasar orang cabul!"
"Aku—tidak cabul!" Pekik Jungkook dengan suara pelan, menggelengkan kepala guna meyakinkan kalau dirinya tidak secabul itu, bukan orang cabul yang ingin memperkosa anak kecil, ia bukan pedofil.. tapi Lisa yang berumur 14 tahun tidak mau mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lady wants to die
Fanfiction[M]Lisa mengambil peran saudara tiri jahat dan menyiksa si tokoh Cinderella sekedar untuk kesenangan belaka. Lisa tidak pernah menyangka kalau sosok Cinderella, yakni adik tirinya yang bernama Alysa dinikahi oleh Mafia kejam dengan kebucinan tingkat...