"Nona tidak perlu datang jika tidak mau, nona tuan rumah disini. Kenapa nona merepotkan diri?" Harin berbisik, ia menempatkan diri disamping Lisa yang duduk bersebrangan dengan Alysa dimeja makan panjang yang bisa diisi lebih dari 10 orang.Para pelayan dirumah ini berdiri dalam satu barisan sejajar yang rapih, beberapa wajah asing juga ditangkap oleh manik hazel Lisa. Mereka-mereka yang Lisa kenali sebagai anak buah Jungkook, Lisa melirik tajam terutama pada Jake. Pria itu yang memimpin penyiksaan Harin.
"Harin," Lisa berucap. Harin membungkuk mempersiapkan telinganya untuk dibisiki, Lisa memelankan suara menjadi berbisik malahan nyaris seperti berdesis. "Tolong buatkan aku pasta."
"Pasta?" Harin mengerutkan dahi sebab dalam pandangannya berbagai hidangan sudah ada dimeja makan dan siap disajikan.
"Ya, aku mau buatan tanganmu."
"Tapi--"
"Buatanmu enak, aku ingin memakannya dikamar setelah selesai dengan lelucon ini." Lanjut Lisa menambahkan bumbu pujian supaya Harin menyetujuinya dan sudah diduga kalau Harin menurut lekas bergegas menuju dapur.
Dimeja makan tersisa Lisa dan Alysa. Lisa memegang garpu ditangannya, sudah ada potongan besar steak didalam piring tapi belum ia sentuh. Alysa sendiri sudah makan lebih dulu, malahan sudah menghabiskan potongan steak yang ketiga.
Ini etika, Lisa baru akan makan saat orang yang mengundangnya makan. Kesopanan sangat penting dirumah ini, setidaknya bagi dirinya—tidak tahu kalau bagi orang lain seperti Alysa si anak haram.
"Eonnie tidak makan?" Alysa menegur lalu terlihat memasukkan telunjuknya ke mulut, mengemut saus yang menempel dijarinya itu.
"Dilarang bicara dimeja makan, bodoh!" Lisa memaki dalam hati, untuk menyamarkan ekspresi ia menghela nafas ringan seolah memang sedang bernafas—bukan sedang menahan emosi dalam hati.
Alysa berkedip, memiringkan wajah tanpa dosanya menatap Lisa. Lalu bibirnya mengerucut, menatap koki yang memasak makanan sebanyak ini prihatin. "Maafkan sikap eonnie, ya. Eonnie tidak makan makanannya tapi bukan berarti tidak enak kok, paman. Ini sangat enak!"
Tahan Lisa!
Belum ada perubahan ekspresi, Lisa mengenggam garpunya lebih erat. Ia tidak tahu harus bersabar sampai mana, ia kesal dengan Alysa juga Jungkook. Bukan dalam artian cemburu, Lisa bahkan tidak pernah tertarik pada pria sinting macam itu. Tidak ada dalam kamusnya seorang Lalisa Madaline merebut kekasih adik haramnya.
"Ini enak sekali kok, aku serius!" Alysa masih menarik perhatian koki pria dibarisan para pelayan yang sampai dibuat menunduk kala menyembunyikan kedua pipinya yang bersemu merah.
"Terimakasih, nona Alysa.." koki tersebut menyahuti Alysa, membungkuk hormat pada si gadis tanpa berpindah dari posisinya. "Saya akan berusaha lebih baik."
"Nona Alysa memang baik!" Sera berseru, dia pelayan yang menyebut dirinya sebagai teman Alysa sejak kedatangan gadis itu kemari.
"Ya, ya.." Alysa terkekeh. "Sama-sama! Kalian semua telah bekerja keras, terimakasih atas sarapannya!"
Pandangan orang-orang terhadap Alysa bak memandang gadis polos berhati malaikat yang turun dari langit, mereka merupakan tipikal orang yang sekali menyembah akan selamanya menyembah bahkan kalau disuruh mencium kaki pun mereka akan lakukan karena menganggap Alysa sebagai dewi dan Lisa si penjahatnya disini.
Lisa sendiri mengakui kalau dirinya jahat, tetapi ia tak berniat menjadi baik dan menyerang dari belakang. Itu pengecut, dan lagi akan banyak korban terluka tanpa ia sadari. Itulah yang mau Lisa hindari, ia mulai menyayangi Harin dan semakin memupuk kebencian pada Alysa juga kekasih Mafianya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the lady wants to die
Fanfiction[M]Lisa mengambil peran saudara tiri jahat dan menyiksa si tokoh Cinderella sekedar untuk kesenangan belaka. Lisa tidak pernah menyangka kalau sosok Cinderella, yakni adik tirinya yang bernama Alysa dinikahi oleh Mafia kejam dengan kebucinan tingkat...