THIRTEENTH WEAKNESS

295 37 16
                                    

Sungmin keluar dari kamar dan menemukan keadaan sekitar yang hening. Kemana semua penghuni rumah? Pikir Sungmin heran. Ini seperti jebakan yang sewaktu-waktu bisa mengenai Sungmin jika ia tak hati-hati. Sungmin berjalan pelan menuju anak tangga untuk turun ke lantai dasar. Saat tiba di ruang makan tidak ada satu orangpun di sana, begitu juga dengan dapur.

Apa mereka semua pergi? Pikir Sungmin membatin.

Ia memutuskan untuk memasak seadanya karena perut yang mulai berbunyi. Masalah rumah yang sepi bisa Sungmin tanyakan pada Kyuhyun nanti. Saat membuka lemari pendingin Sungmin takjub sendiri. Semua sampel sayur dan daging lengkap memenuhi rak hingga membuat Sungmin bingung harus menggunakan bahan mentah yang mana.

"Omelet saja, lebih aman." Putus Sungmin seraya mengambil empat butir telur, maksudnya aman karena hanya menu masakan itu yang tingkat kesuksesan masak cukup tinggi. Ia mulai mengaduk keempat telur tadi dalam mangkuk hitam seraya melihat persediaan nasi, beruntung masih banyak. Sungmin bisa menghidangkan omelet untuk Kyuhyun juga nanti.

Lima belas menit kemudian Kyuhyun turun, menghampiri Sungmin di dapur yang tengah menghias omeletnya dengan saus sambal.

"Apa yang kau masak? Harum sekali. Membuatku lapar."

Sungmin terkesiap saat mendengar suara Kyuhyun tepat di belakangnya. Ia nyaris berteriak jika saja tak segera mengenali suara itu. "Aku masak omelet. Syukurlah jika aromanya mampu menggugah rasa laparmu." Sungmin menjawab saat sudah bisa mengusir keterkejutan.

Sungmin menutup botol saus lalu membuawa dua piring omelet itu ke meja makan. "Tolong bawakan sendok dan garpu." Pinta Sungmin sebelum Kyuhyun mengekor.

Pria itu patuh, membawa dua pasang sendok makan dan garpu sebelum duduk di hadapan Sungmin.

"Selamat makan." Ujar Kyuhyun mulai menikmati sedangkan Sungmin menunggu komentar Kyuhyun mengenai masakannya dengan tatapan antusias. Ini cukup mendebarkan karena ini pertama kalinya Sungmin memasak untuk orang asing, walaupun Kyuhyun sudah berstatus suami namun tetap saja ia orang asing bagi Sungmin.

"Bagaimana?" Tanya Sungmin saat melihat Kyuhyun sudah menelan makanannya.

"Enak. Kau ternyata cukup berbakat juga ya?" Kyuhyun tersenyum sebelum kembali melahap omeletnya.

Sungmin bernapas lega, syukurlah Kyuhyun bukan orang yang pemilih dalam makanan. Ia mulai menikmati omeletnya sendiri namun suasana yang hening kembali membuat Sungmin penasaran. "Kemana semua orang?" Tanya Sungmin bingung.

"Ini sudah siang. Lewat pukul sepuluh semua penghuni rumah berpencar. Bekerja, belanja, salon. Semuanya memiliki kesibukan masing-masing. Aku karena masih cuti menikah makanya bertahan di rumah, jika tidak aku juga akan pergi dari sini." Jelas Kyuhyun.

"Ah." Sungmin mengangguk tanda mengerti lalu kembali menikmati omeletnya. Punya keluarga penggila kerja memang sulit. Untunglah ibu Sungmin selalu bisa mengerti, ibunya selalu ada di rumah dan mengerti jika Sungmin membutuhkan kasih sayang.

Sementara meja mereka hening, tanpa sepengetahuan Sungmin pria di depannya mati-matian menelan omelet itu. Kyuhyun ingin muntah, perutnya tak bisa menerima makanan asal seperti ini karena sudah terbiasa dengan menu restoran bintang lima. Rasa masakan ini biasa saja, malah sepertinya akan membuat kolesterol Kyuhyun naik. Minyak yang entah berapa banyak terkandung di nasi itu semakin membuat Kyuhyun mual.

Jika saja bukan untuk menarik perhatian Sungmin maka sudah dari awal Kyuhyun meninggalkan meja makan.

Memang seperti ini namanya berkorban Kyuhyun, batinnya sok dewasa. Di balik kesulitan selalu ada kemudahan. Bibit yang ia semai susah payah di tengah gurun lalu diterpa badai pasir dan malamnya diguyur salju memang membuat tenaga terkuras, namun hasilnya akan memuaskan nanti.

DEVIL WEAKNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang