31. Di bully

241 22 0
                                    

Sampai kapan harus menunggu waktu yang katanya indah pada waktunya.

★Scorpio★

***

Scorpio masih berada di rooftop--duduk dipojok pembatas tembok dengan kedua kaki yang ditekuk dan menyembunyikan kepalanya disana--menangis sendirian dan membiarkan ia meluapkan sakit hatinya.

Aku hancur, tapi aku selalu berusaha untuk terlihat baik-baik aja

Scorpio mendongak menatap langit--masih dengan mata sembab, dengan air mata yang terus mengalir.

"Tuh kan bener. Emang ga ada yang betah sama sikap gue." Ucap Scorpio masih memandang ke atas. "Allah tahu lo kuat Scorpio. Makanya ujian hidup lo itu berat. Huh."

Scorpio menyandarkan punggungnya dipembatas tembok, dan masih setia memeluk kedua kakinya yang ditekuk--menatap langit walau dengan mata yang berair.

"Untuk saat ini, support system terbaik adalah diri sendiri. Gak ada yang peduli mau gimana keadaan lo, karna lo gak pernah berarti buat siapapun Scorpio."

Scorpio menarik napasnya.

"Terkadang pengen banget rasanya dicintai secara tulus sama semua orang." Ucapnya menatap awan-awan yang ada di langit. "Pengen banget ada yang sayang--bukan lagi tentang cowok, tapi sayang dari keluarga. Pengen banget rasanya bisa kembali diperhatiin sama orang tua. Pengen banget rasanya punya temen tulus yang mau dengerin kita. Pengen banget rasanya,..."

Scorpio kembali menarik napasnya.

"Kalo lagi sendiri kaya gini,..." Perlahan air mata Scorpio mulai berhenti. "Pasti keinget sama suasana dulu, yang beda banget sama sekarang. Tapi kayanya mulai saat ini, harus dibiasain sama yang namanya sepi dan mulai akrab dengan kesendirian, hehe." Ucapnya, dengan tertawa sumbang--mencoba menghibur diri sendiri.

"Kangen sama diri yang dulu, kayanya sekarang suka ngeluh banget." Ucapnya murung.

"Jangan sedih Scorpio." Kedua tangannya mengusap wajahnya--menghapus sisa air mata yang mengering. "Yang ngerti cuma diri sendiri, orang lain tahunya kita baik-baik aja. Jadi jangan lemah. Selagi masih kuat, jangan sedih. Jangan pernah tunjukin kesedihan lo didepan orang lain."

Scorpio lama terdiam, dan akhirnya sebuah ucapan kembali terdengar.

"Tuh kan--jadi rindu masa kecil. Dimana banyak bekas luka di kaki, bukan dihati kaya gini."

Air mata kembali menetes tanpa disuruh, hatinya kembali sakit dan ingin kembali menangis.

"Mau se-Indonesia raya yang nyemangatin, kalo lagi cape kaya gini, ya tetep cape, ya? Apalagi kalo bener-bener gak ada satupun yang mau nyemangatin. Makin cape aja."

Kedua mata Scorpio terus menerawang ke atas, dengan sesekali burung terbang melintas di atas sana.

"Sampai kapan harus menunggu waktu yang katanya indah pada waktunya? Sampai kapan? Apa sampe kita bener-bener ngerasa hancur dan berada dititik terendah? Kenapa bahagia pada waktunya itu belum datang?"

Scorpio tak sadar, bahwa sedari tadi ia tidak sendirian di sana--ada seseorang yang dengan setianya mendengarkan keluh kesah Scorpio.

"Lo cewek kuat."

***

Bell pulang sudah berbunyi nyaring digedung SMA Atlantis. Scorpio baru turun dari rooftop dan tidak mengikuti pelajaran sejak istirahat tadi. Kembali ke kelas ingin mengambil tas--

BYUUURRR

--justru dirinya disambut buruk oleh teman-teman sekelasnya. Satu ember yang dipenuhi air, berhasil mengguyur Scorpio dari atas pintu kelas.

Leo untuk Scorpio[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang