18: Videocall

37.4K 2.8K 26
                                    

Sudah tiga hari ini Regan terus latihan basket sampai sore, hal itu membuat Caca selalu uring-uringan.

Gadis itu mau menunggu Regan di sekolah. Tapi dengan tegas lelaki itu menolak. Ya jelas dong. Kandungan Caca itu lemah, Caca harus banyak istirahat.

Hari ini Caca di rumah sendiri. Cleo dan ketiga trio wekwek tidak bisa menemani karena memang sedang melatih anak marching. Caca sebenarnya mau ikut, tapi gadis itu sadar diri dengan kondisinya.

Dari tadi gadis itu melamun dikamarnya. Ia tak sadar sejak tadi ponselnya berbunyi. Hingga tiba-tiba ponselnya terjatuh dari nakas karena getaran dari ponsel tersebut.

Caca tersadar, "Yah jatoh."

"7 panggilan tak terjawab," beo Caca.

"Ada apa ya?" monolog gadis itu. Caca langsung menelfon balik.

"Aduhh, Cacantik kemana aja sih?"

"Sorry, Cle. Emm, habis dari kamar mandi tadi."

"Cleo kira kenapa-napa ih. Cleo, khawatir tau."

"Eh..eh videocall aja yuk." Panggilan itu sudah beralih menampilkan wajah cantik Cleo yang berada di lapangan.

"Udah diangkat nih si Cacantik." Cleo sedang berucap entah dengan siapa. Tiba-tiba saja ponsel itu sudah berpindah tangan dan nampak wajah tengil Bagas.

"Ih Bagas! Cleo kan baru ngomong sebentar."

"Yaelah, Cle. Gue pinjem bentaran napa."

"Ya kan, Cleonya belum selesai ngobrolnya sama Cacantik."

"Bentaran doang elah."

Kedua orang itu malah berantem sendiri, tapi fokus Caca bukan ke mereka. Gadis itu malah melihat di layar yang menampilkan lapangan anak basket. Itu berkat Bagas yang meninggikan tangannya, sehingga lapangan dibelakang terlihat.

Dalam sana, terlihat anak basket yang sedang istirahat juga. Mereka semua duduk membelakangi layar ponsel. Nampak nomer punggung 8, dengan nama Regan disana.

Caca fokus ke orang yang sedang berdiri didepan Regan. Seorang perempuan, jelas sekali bahwa itu Radella. Gadis itu sedang menyodorkan minuman kearah Regan.

Belum juga melihat sampai akhir, ponsel itu sudah berpindah tangan lagi. Sekarang menampilkan wajah tengil Ardi.

"Ck. Aelah, belom juga gue liat ampe akhir. Udah liat muka kunyuk aja." Saat tersadar gadis itu lalu mengelus perutnya cepat.

"Amit-amit deh. Jangan ampe muka anak gue begitu."

"Hah. Apaan dah Ca, tiba-tiba amit-amit aja?"

"E-eh. Enggak."

"Dahlah, daripada lo pusing kan ya liat dua orang itu berantem. Mending ngobrol nih sama gue. Pasti banyak info terupdate."

Caca terkekeh, "Dasar lo, tukang gosip."

"Ya daripada jadi tukang ghosting."

Caca semakin tergelak. Entah kenapa selain moodnya naik turun, Caca juga jadi receh banget.

"Lo pada udah kelar ngelatihnya?"

"Bagian kita-kita tinggal mantau doang."

"Ih, gue pengen ikutan dah minggu depan."

"Emang boleh ama lakik lo?"

Caca mendengus, gadis itu jadi teringat yang tadi. Padahal udah teralihkan sebentar. Ia jadi cemberut.

REGANTARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang