23: Hal Tak Terduga

34.9K 2.6K 60
                                    


Regan mulai menyusuri sudut-sudut ruang. Mata elangnya nampak mencari-cari sesuatu yang mungkin bisa dijadikan petunjuk.

Ia memang sudah bisa menduga, siapa pelakunya. Tapi mereka tidak bisa menuduh kalau tidak ada bukti yang jelas. Mereka bukan orang-orang yang suka berbicara omong kosong.

Lagipula, dugaan bisa juga salah kan. Regan tak ingin gegabah. Mengingat musuh mereka tak hanya satu.

Regan menginjak sesuatu. Lelaki itu menunduk. Ia menemukan kalung berbandul love dengan inisial N. Karena tidak ingin ambil pusing, lelaki itu lalu memasukkan kalung tersebut kedalam sakunya.

"Bang, gue gak nemuin apa-apa," Atala menghampiri Regan, lelaki itu juga sudah menyusuri seluruh ruangan.

Regan mengambil kalung di sakunya lalu memberikan kepada Atala, "gue nemuin ini."

Atala meneliti kalung tersebut, ternyata liontin itu bisa di buka. "Ini punya cewek kemarin, bang. Ada foto dia," Atala menunjukkan foto di dalam liontin itu.

"Lo bawa aja," ucap Regan yang langsung diangguki Atala.

"Gue mau nyusurin diluar."

"Gue ikut, bang."

Regan mengangguk, "di deket ruangan gue ada orang?"

"Ada, si Rizal sama Aryo lagi di kasir."

"Yang lain?"

"Lagi pada di gudang, bang. Nyiapin barang pesenan buat dikirim hari ini."

"Lo bilang sama dua orang yang di kasir, jagain Caca."

Regan lalu mulai menyusuri setiap titik yang ada di luar distro. Matanya terus mengamati sekitar.

Lelaki itu lagi-lagi menemukan sesuatu; gelang. Gelang itu berwarna hitam, jika dilihat sekilas memang seperti gelang yang dijual dipasaran. Namun tidak biasa ketika mata Regan yang mengamati. Disitu ada lambang yang tak biasa. Tengkorak bermahkota.

Regan mengernyitkan dahinya. Ia belum pernah melihat lambang ini dari geng manapun sebelumnya.

Lelaki itu merasa ada yang mengamatinya dari jauh. Tak mau orang itu kabur, Regan berusaha tetap biasa saja. Ia membalikkan tubuhnya ketika Atala memanggilnya dari belakang.

"Gimana, bang?"

Dengan wajah datar seperti biasa Regan mulai melihat ke arah seseorang yang memantaunya dari tadi dengan ekor matanya.

"Lo diem. Jangan balik badan. Ada orang yang mantau kita dari tadi. Kita masuk sekarang. Lihat ke arah barat laut."

Atala melakukan semua instruksi tersebut. Benar saja, ada orang dengan hoody hitam dan topi hitam yang sedang mengamati.

Dari ekor matanya, Regan dapat melihat seseorang itu menelfon seseorang. Dalam hitungan detik, ada suara lemparan sesuatu yang menghantam kaca salah satu ruangan.

"Anjing! Kejar, dia ada di belakang ruangan gue," ucao Regan dengan suara rendah. Atala langsung berlari ke arah samping.

Regan berlari kearah ruangannya. Di depan pintu sudah ada Rizal dan Aryo yang membuka pintu. Benar saja, kaca ruangan Regan dilempar dengan batu yang cukup besar. Lelaki itu mengedarkan pandangannya. Caca meringkuk di bawah meja, badannya bergetar. Gadis itu ketakutan.

Dengan cepat Regan mendekati Caca. Menarik Caca kedalam pelukannya, "ssst, tenang. Ada gue disini."

Caca mengurai pelukannya, gadis itu mengeluarkan tangannya yang dari tadi ia sembunyikan. Telapak tangan Caca lebam dan penuh darah.

Regan mengetatkan rahangnya, ia mengangkat gadis itu ke sofa.

"Ambil kotak p3k," titah Regan.

Rizal mengangguk, lalu pergi ke luar ruangan. Sedangkan Aryo mendekati batu yang tergeletak di lantai, "Bang, ini ada kertasnya." Aryo menyerahkan kertas itu kepada Regan.

REGANTARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang