20: Seragam Sekolah

35.7K 2.6K 50
                                    


Hari ini Caca di panggil oleh bu Sukma, guru konseling yang mengampu kelas gadis itu. Bu Sukma ini terkenal galak dan kejam. Mulutnya setajam pisau dapur kata anak-anak yang pernah berurusan dengan beliau.

"Caramella Aurora, kamu tau apa kesalahan kamu?"

Caca menggeleng, sejak masuk tadi gadis itu menunduk dengan tangan terpaut meremas jari-jarinya. Dirinya takut, karena memang baru pertama kali dipanggil guru konseling selama sekolah.

"Jawab saya, mulut kamu cuma pajangan?!"

"Saya tidak tau bu," Caca masih dengan menunduk.

"Apakah wajah saya ada di bawah?"

Caca langsung mendongak dan bertemu dengan tatapan mengintimidasi dari bu Sukma. Gadis itu menelan ludahnya kasar.

"Saya lihat akhir-akhir ini kamu sering tidak masuk dan beralasan sakit. Kamu sakit apa?"

Caca kalang kabut, tiba-tiba otaknya ngelag dan ngebug. Dirinya bingung mencari alasan. Tidak mungkin kan kalau dia jujur. Bisa langsung kena d.o saat ini juga.

Belum sempat Caca menjawab bu Sukma berbicara kembali, "Oh, atau jangan-jangan kamu cuma beralasan sakit demi bolos? Kamu sudah tidak niat sekolah?!"

Caca sudah hampir menangis disini, tapi tetep ia tahan. "E-enggak bu, saya beneran sakit. Kemarin saya sakit maag," jawab Caca gugup.

Bu Sukma memicing, "kenapa kamu gugup? Kamu berbohong?"

Caca mulai mengatur napas, "tidak bu, saya bicara jujur."

"Kamu tau kan, di sini anak beasiswa itu harus lebih disiplin dari anak reguler?"

"I-iya bu."

"Kamu itu sebagai anak beasiswa harusnya tau diri. Kamu harus lebih disiplin. Jangan seenaknya. Banyak yang mau ada di posisi kamu."

"Dan lagi, nilai-nilai kamu menurun selama dua bulan ini." bu Sukma menunjukkan nilai-nilai Caca yang memang menurun.

"Maaf bu."

"Apa yang membuat kamu tidak fokus? Saya lihat saat kelas 10 dan 11 nilai kamu stabil."

"S-saya cuma sedikit kelelahan bekerja bu," kilah Caca, jelas bukan itu sebabnya.

"Bukannya dari dulu kamu juga bekerja? Kamu jangan banyak alasan. Kalau nilai kamu begini terus, pihak sekolah bisa mencabut beasiswa kamu."

"J-jangan bu."

"Kalau begitu, kamu harus memperbaiki nilai-nilai yang kurang."

"Baik, bu."

"Saya harap, ini peringatan pertama dan terakhir. Sudah cukup. Silahkan keluar."

"Baik bu, terimakasih. Saya permisi." Caca berbalik menuju pintu, gadis itu sudah tidak bisa menahan air matanya.

Regan yang memang menunggu didepan pintu langsung menghampiri Caca. Memberikan satu kresek yang berisi makanan dan minuman yang lelaki itu beli dari kantin.

"Kenapa hmm?" Regan mengusap air mata Caca yang mengalir di pipi.

Caca baru ingin memeluk Regan tapi suara bu Sukma mengalihkan atensi keduanya.

"Regan, silahkan masuk."

"Baik, bu." Caca memajuka bibir bawahnya ketika bu Sukma sudah masuk lagi.

Regan mengelus puncak kepala gadis itu, "yaudah gue masuk dulu. Langsung ke kelas, jangan lupa dimakan." Caca mengangguk.

Regan sudah sudah masuk kedalam, Caca menghela napasnya. Mengamati kearah lorong sekolah yang terasa ramai. Ini sudah jam istirahat. Caca menunduk dan berbalik arah, terus berjalan ke arah taman belakang sekolah bukan ke kelas. Disitu adalah tempat favorit Caca, karena tempatnya sepi. Jarang ada siswa yang kesana.

REGANTARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang