Berakhirnya ujian kelulusan membuat siswa kelas dua belas menjadi sangat lega. Untuk urusan hasil itu urusan nanti. Yang penting sekarang, mereka sudah bebas dari segala macam beban berat yang membebani otak mereka.
Mereka tidak tau saja. Setelah ini beban mereka akan jauh lebih besar untuk menggapai masa depan dan pengharapan yang diinginkan.
Sebelum pulang ke rumah. Regan menyempatkan diri untuk pergi ke markas Black Eagle. Ia akan memberitahu semuanya, tentang statusnya.
"Gue cuma mau bilang, stop ngomongin hal buruk tentang Caramel. Dia istri gue dan dia juga hamil anak gue." Cukup, hanya dua kalimat itu sukses membuat semua orang terdiam.
Jujur saja, mereka tak enak dengan Regan. Selama ini mereka selalu membicarakan hal buruk tentang Caca dibelakang Regan dan inti Black Eagle. Dan ternyata, Regan tau hal itu.
"Udah gitu doang ngomongnya?" tanya Ardi dengan mata memicing.
"Hm."
"Anjing! Panjang dikit kek, ini udah ngumpulin seluruh anggota loh. Masak gitu doang?" timpal Bagas.
Regan hanya diam menatap Bagas tanpa minat. Ia lalu kembali menatap teman-temannya, "Thanks udah mau kumpul. Gue cabut."
"Gue mewakili yang lain, mau minta maaf sama lo sama Caramel juga."
"Hm."
"Kapan lahiran, Bang?" celetuk Agung dengan keras, karena Regan sudsh akan beranjang keluar.
"Udah lahiran Lol!" Bukan Regan tentunya yang menjawab, tapi Raffa yang sedang anteng bermain game di ponselnya.
"Lah kapan?"
"Bang, ikut ke rumah lo ya? Liat anak lo."
"Yok gas yok."
"Gak!" ketus Regan langsung beranjak keluar.
Danielo yang baru keluar dari dapur mengedarkan pandanganya, "Katanya Regan mau ngomong. Langsung mulai aja, ngapain pada nunggu gue?"
Mereka yang sedang asik sendiri langsung mengalihkan atensinya pada Danielo, "Udah kelar, Bang," ucap salah satu dari mereka.
Danielo langsung cengo di tempat, "Anjir, 'kan cuma gue tinggal bikin pop mie. Masak udah kelar?"
"Iye udah kelar. Sumbernya aja udah ngacir pulang," timpal Bagas malas.
Regan sudah sampai di rumahnya. Ia menggantikan Caca menggendong Elee yang sedang rewel. Gadis itu sampai belum mandi dan belum makan siang karena Elysian benar-benar tak bisa di tinggal.
"Kenapa tadi gak telfon, Yang?" ucap Regan sembari mengusap air mata di pipi Caca. Jadi tadi ketika anaknya nangis, Caca juga ikutan nangis.
"Tadi 'kan kamu bilang, mau kumpul dulu sama temen-temen. Aku pikir tadi Elee juga cepet diem. Ternyata malah semakin nangis kejer," balas Caca masih sesegukan.
Ini pertama kalinya Elysian rewel lama dan Caca hanya sendiri. Jadi gadis itu panik karena bayinya yang terus menangis sampai gumoh.
Entah Elee itu memang mencari papanya atau memang sudah lelah menangis. Setelah di gendong Regan beberapa saat, tangisnya mereda bahkan sekarang Elee sudah tertidur di gendongan Regan.
"Bawa ke rumah sakit aja ya? Aku takut Elee kenapa-kenapa," ucap Caca parau.
"Telfon dokter Sisca dulu aja ya? Konsultasi apa perlu Elee di bawa ke rumah sakit sekarang. Kasian nanti kalo Elee di bawa bolak-balik, besok 'kan jadwal Elee checkup. Lagian ini Elee juga udah tidur." Caca mengangguk sebagai balasan.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGANTARA [SUDAH TERBIT]
Romance"Regan, gue boleh pakai baju lo gak?" Caca masih mengenakan seragamnya yang bisa dibilang kebesaran itu. Caca sudah mengobrak-abrik isi lemarinya, ia tidak menemukan baju yang nyaman untuk dirinya lagi. "Kenapa sama baju lo ?" bukannya pelit, ia han...