BrakkCaca membuka matanya. Gadis itu terbangun ditengah malam. Ia lalu duduk dengan napas tak beraturan.
"Hah, cuma mimpi," gumam Caca.
Gadis itu terdiam sebentar, lalu dengan cepat menoleh kearah kanan. Tidak ada siapa-siapa.
"Regan?" panggil Caca pelan.
Tidak ada jawaban.
Caca memutuskan turun dari ranjang dan mencari keberadaan Regan. Semua ruangan sudah ia lihat, tapi lelaki itu juga tidak ada.
"Kemana sih?! Tega banget ninggalin gue tengah malem gini," gerutu gadis itu.
Dengan perasaan yang kesal, Caca kembali masuk kedalam kamarnya. Ia memutuskan untuk duduk bersandar dikepala ranjang.
"Jahat banget sumpah."
"Awas aja kalo pulang. Gue jitak palanya."
"Ihhh. Keseeeeeeeel!"
"Bodo lah. Mau tidur gue."
Setelah puas marah-marah sendiri, gadis itu memutuskan untuk tidur. Memejamkan mata lalu mencari posisi yang nyaman.
Ah, sepertinya tidak ada posisi nyaman kalau tidur sendiri. Caca memilih bangun lagi, kembali duduk pada posisinya tadi.
Caca mengelus perutnya, "Sayang, kita kan lagi musuhan sama papa. Bobok yuk, kan gak lucu kalo lagi marahan tapi harus tetep peluk papa baru bisa bobok," ucap gadis itu kepada anaknya yang masih didalam perut.
Sayangnya, anak didalam perutnya tetap ingin dipeluk papanya saat tidur. Buktinya, sang mama belum juga mengantuk.
Entah karena takut atau terlalu kesal, lama-lama Caca jadi menangis. Ia terus mengusap air matanya, tapi air itu tetap turun tanpa bisa dibendung. Gadis itu jadi sebal pada dirinya sendiri.
Pintu kamar terbuka. Menampilkan seseorang yang memang sejak tadi ia cari, Regan. Sepersekian detik, lelaki itu berdiri kaku didepan pintu dengan wajah terkejut. Lalu setelahnya berjalan menghampiri Caca dengan wajah seperti biasa.
"Kenapa bangun?" tanya lelaki itu. Tangannya ingin mengusap air mata Caca, tapi gadis itu menghindar.
"Ca," panggil lelaki itu dengan lembut.
Caca tidak menjawab, ia malah terisak dan memukul dada bidang Regan bertubi-tubi. Sedangkan yang dipukuli hanya diam saja.
Karena sudah sangat kesal, Caca dengan tiba-tiba menggigit bahu Regan dengan kencang. Lelaki jelas merasa sakit, dahinya mengkerut dengan mulut terbuka tapi tidak mengeluarkan suara.
Bukanya mendorong gadis itu, Regan malah menepuk-nepuk punggung Caca pelan dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya untuk mengelus lengan kanan Caca agar gadis itu melepas gigitannya.
Oke, Berhasil. Caca melepaskan gigitannya, mungkin sudah puas karena gadis itu sudah tak terisak walau masih mengeluarkan air mata.
Regan memeluk Caca dengan paksa, jelas gadis itu memberontak. "Lepasin gue," ucap Caca kesal.
"Sorry, Ca."
Caca sudah tidak memberontak tetapi gadis itu juga tidak membalas pelukan Regan, "Lo jahat banget ninggalin gue sendiri di rumah," ucap Caca datar.
"Gue gak ninggalin lo sendiri, di luar ada Atala jagain lo."
Caca berhasil melepaskan diri, ia menatap Regan. "Gak sekalian lo suruh dia nemenin gue tidur?"
"Ca," ucap Regan dengan suara rendah.
"Gue gak butuh Atala." Caca menekan setiap kata yang ia ucapkan lalu beranjak keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGANTARA [SUDAH TERBIT]
Romantizm"Regan, gue boleh pakai baju lo gak?" Caca masih mengenakan seragamnya yang bisa dibilang kebesaran itu. Caca sudah mengobrak-abrik isi lemarinya, ia tidak menemukan baju yang nyaman untuk dirinya lagi. "Kenapa sama baju lo ?" bukannya pelit, ia han...