Hari pertama masuk sekolah setelah liburan, yang di keluhkah sebagian besar siswa adalah sama; perihal rasa malas karena sudah nyaman satu bulan tanpa belajar. Tidak terkecuali Regan, si juara umum sekolah.Lelaki yang sebentar lagi menjadi papa muda itu memakai seragamnya dengan malas-malasan. Regan begitu bukan karena malas belajar, hanya saja ia malas karena sudah tidak ada Caca di sekolah. Bucin mah beda.
Caca dengan masih menggunakan baju tidur memasuki kamar, dirinya baru selesai membuat sarapan. Melihat Regan yang malah duduk di sofa sembari memejamkan mata langsung menjewer telinga lelaki itu.
"Aduh, Yang. Sakit!" ringis lelaki itu.
"Lagian bukannya keluar terus sarapan malah merem lagi disini!"
Regan yang hanya diam langsung di tarik agar berdiri, "Ayo ih sarapan. Gue juga udah laper!"
Mendengar bahwa ibu hamil itu lapar, tanpa harus di paksa lagi Regan langsung keluar kamar. Lelaki itu menarik kursi untuk Caca duduk.
Keduanya memakan nasi goreng yang Caca buat dengan lahap. Kebiasaan yang keduanya lakukan, makan dengan tenang tanpa banyak pembicaraan. Mungkin hanya sekali dua kali saja mereka berbicara saat makan.
Mendengar Caca yang menghela napas pasrah, Regan tidak jadi memakai helmnya, "Kenapa, Yang?" ucap lelaki itu mengamati wajah Caca.
"Hmm?" Caca yang mulai sadar dirinya ditatap langsung merubah ekspresinya, "Gakpapa kok. Udah sana berangkat, nanti telat." Gadis itu menjawab dengan tersenyum.
Regan berjongkok untuk mencium perut buncit Caca. Berpamitan kepada anaknya sebelum berangkat sekolah.
Dug
Dug
"Yang," lirih Regan sembari mendongak.
Caca sudah menutup mulutnya dengan wajah kaget, matanya mulai berkaca-kaca. Ini pertama kalinya gadis itu merasakan pergerakan janin dalam perutnya.
"M-mereka nendang?" tanya Regan dengan wajah yang masih kaget.
Caca mengangguk, gadis itu tak bisa berkata-kata. Benar-benar speechless. Ia semakin tersenyum melihat Regan yang mengecupi perutnya berkali-kali.
"Yang, gue mau bolos aja hari ini," ucap Regan dengan semangat, namun tak berselang lama ia meringis karena melihat wajah datar Caca.
"Enak aja bolos! Lo ada janji sama kepsek mau bahas beasiswa, terus juga nanti ada pengumuman buat tryout sama ujian. Cepet sana berangkat!" omel Caca.
Dengan memasang wajah memelas Regan bangkit, "Pengen di rumah aja, Yang."
Caca tersenyum paksa, kalau marah-marah terus yang ada ia darah tinggi, "Nanti pulangnya pasti cepet deh."
"Hmm," balas Regan sekenanya.
"Sini nunduk."
Regan menundukkan badannya seperti permintaan Caca. Tanpa di duga, Caca mengecup bibir lelaki itu lalu menepuk pucak kepalanya, "Semangat Papa," ucap gadis itu dengan tersenyum.
Lelaki itu mengerjabkan matanya, Caca sontak terkekeh melihat ekspresi terkejut dari Regan. "Biasa aja kali," sindir Caca.
"Mulai berani ya sekarang," ucap Regan sembari memajukan wajahnya, baru ingin mengulang kejadian tadi terdengar suara tukang bakpao lewat depan rumah.
"BAKPAO MEGA JAYA, BANYAK RASANYA. ENAK LO..."
Caca memegang pendak lelaki itu dengan cengiran kuda, "Mau bakpao."
Regan menegakkan tubuhnya. Tanpa berucap apapun, lelaki itu menarik pelan tangan Caca menuju penjual bakpao.
"Mau rasa apa, Mas?" tanya penjual bakpao.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGANTARA [SUDAH TERBIT]
Romance"Regan, gue boleh pakai baju lo gak?" Caca masih mengenakan seragamnya yang bisa dibilang kebesaran itu. Caca sudah mengobrak-abrik isi lemarinya, ia tidak menemukan baju yang nyaman untuk dirinya lagi. "Kenapa sama baju lo ?" bukannya pelit, ia han...