"Gue emang benci sama mereka. Tapi gak sampe berurusan dengan nyawa, Anjing!""Alan, lo gak usah munafik. Lo kalo mau basah, ya sekalian nyebur lah. Ngapain setengah-setengah."
Alan meraup wajahnya, ia memang berandalan dan brengsek. Tapi untuk tindakan kriminal sejauh itu, dia tidak bisa.
"Gue gak ikut-ikutan," jawab Alan tegas.
"Kita cuma butuh nyingkirin bayi si Caramel doang, belum lahir ini, gakpapa kali. Dengan itu lo langsung bisa ngehancurin mereka, dan gue bakal dapetin Caramel," ucap Abi dengan terkekeh.
Alan memandang Abi sinis, "Gak cuma bayi, Caramel juga bisa ikut pergi selamanya."
Abi malah tertawa, "Yaudah kalau ikut. Lagian kasian juga tuh bayi, setidaknya ditemani salah satu orang tuanya," jawab Abi santai.
Alan mengernyitkan dahinya, "Sebenernya apa yang lo incer?"
"Regan," jawab Abi dengan senyum smirk. "Gue pengen dia hancur, sehancur-hancurnya," lanjutnya lagi.
Alan semakin tidak mengerti dengan Abi, "Lo gila?" sarkas Alan.
"Iya, emang gue gila," ucap Abi sambil terkekeh.
Brakk
"Jadi Caramel hamil? Apa hubungannya sama Regan?" tanya seseorang yang membuka pintu dengan kasar.
"Lo nguping?!" sentak Abi. Lelaki itu menghampiri gadis yang masih berdiri didepan pintu. Abi menarik tangan gadis itu masuk dan menghempaskan begitu saja.
Alan yang melihat itu langsung membantu gadis itu berdiri. "Ck. Kan udah gue bilang. Kalau kesini bilang dulu!" kesal Alan.
Gadis itu hanya diam, sejujurnya dia sangat takut. Siapa yang gak takut sama orang yang biasanya terlihat baik dan biasa-biasa aja ternyata sekasar ini.
"Radella, apa yang lo denger?!" sentak Abi lagi.
Lagi-lagi Radella hanya diam, gadis itu merapat ke samping Alan. Abi mendekat dan langsung mencengkram rahang gadis itu.
Alan yang ada didekat gadis itu langsung menyentak tangan Abi. Menyembunyikan Radella di belakangnya. Alan memasang badan untuk Radella.
"Jangan kasar sama dia!" ketus Alan.
Abi berdecih, "Kalau gak mau dikasarin, jawab Anjing!" umpat Abi keras.
"G-gue, gue denger semuanya," jawab Radella cepat.
Abi menendang kursi reot yang ada disampingnya hingga hancur. Lelaki itu menunjuk kearah Radella, "Kalau sampai masalah ini bocor. Gue pastiin lo bakal abis ditangan gue!" ucap Abi lalu meninggalkan keduanya.
Radella menangis, benar-benar takut dengan sikap Abi. Gadis itu memeluk Alan erat, "Gue takut," lirih gadis itu.
"Lo sih, kalau dibilangin yang nurut makanya jadi cewek," gerutu Alan masih memeluk Radella.
"Lo tuh! Bukannya nenangin malah nyalah-nyalahin!" cibir Radella masih dengan menangis sesegukan.
Alan melepas paksa pelukan gadis itu, "Sukurin!" sarkas lelaki itu.
Radella memberenggut sebal, gadis itu memandang penuh selidik kearah Alan.
Alan mengernyit, "Ngapain lo liatin gue begitu?" tanyanya heran.
"Lo harus jelasin semuanya," ucap gadis itu yang langsung duduk dipangkuan Alan.
"Anjir, kira-kira dong lo blay!" sentak Alan yang sedikit oleng karena tidak siap.
"Gausah ngatain gue jablay, lo doang yang grepe-grepe gue!"
Alan malah terkekeh, memang benar ucapan Radella. Bukan Radella yang jablay, tapi Alan aja yang brengsek.
KAMU SEDANG MEMBACA
REGANTARA [SUDAH TERBIT]
Romance"Regan, gue boleh pakai baju lo gak?" Caca masih mengenakan seragamnya yang bisa dibilang kebesaran itu. Caca sudah mengobrak-abrik isi lemarinya, ia tidak menemukan baju yang nyaman untuk dirinya lagi. "Kenapa sama baju lo ?" bukannya pelit, ia han...