41: Ancaman (Lagi)

24.2K 2.3K 65
                                    


Seperti biasa, setiap akan melaksanakan ujian. Regan dan teman-temannya melakukan belajar bersama. Dan di sinilah mereka, di ruang tamu rumah Regan. Alasan mereka memilih rumah Regan adalaha Caca yang membatasi diri keluar rumah. Mencegah bertemu anak Armajaya di luaran sana.

Semua sedang fokus mengerjakan soal-soal latihan. Mereka sepakat mengerjakan soal selama satu setengah jam dan setelah selesai akan dibahas satu-persatu. Tentunya dengan Regan sebagai tutor mereka.

Karena hari pertama adalah pelajaran bahasa indonesia makanya mereka belum terlalu pusing karena belum bertemu dengan rumus-rumus yang membagongkan. Untuk saat ini mereka hanya perlu konsentrasi penuh untuk membaca semua paragraf yang ada di dalam soal.

Tapi bagaimana Cleo bisa fokus, sejak tadi ada yang mencolek tangan ataupun kakinya. Gadis itu sampai tiga kali berpindah tempat karena masih kesal dengan seseorang yang sejak tadi mencoleknya.

Tempat duduk Cleo saat ini sudah aman menurutnya. Ia duduk di sofa samping Caca, dan di depannya ada Regan yang duduk melantai.

"Sayang, udah dong ngambeknya," ucap Danielo dengan nada lembut.

Raffa berdecak dan melempar bolpoinnya dengan kasar. Dirinya tadi sudah amat sangat fokus membaca soal cerita di dalam bukunya, tapi dengan santainya Danielo merusak keheningan itu dengan suara yang menurutnya menjengkelkan.

"Udah deh lo berdua kalau punya masalah rumah bertangga, tolong selesaikan dulu ya! Please ini mah gue minta secara halus," ucap Raffa dengan nada frustasi. Waktu satu setengah jam yang ditentukan sudah hampir habis dan Raffa masih kurang beberapa soal.

Danielo melirik sinis ke arah Raffa, "Makanya lo buruan selesaiin. Dasar lelet, yang lain aja udah pada kelar. Tinggal lo doang!"

Dengan wajah kesal, Raffa langsung berdiri meninggalkan teman-temannya. Lelaki itu memilih mengerjakan di teras.

"Ngambek beneran tuh bocah," ucap Danielo memperhatikan Raffa.

"Wah, Bos, lo bikin dua anak orang ngambek. Padahal belum sehari," timpal Ardi.

Bagas langsung berdiri, "Parah lo, Bos. Padahal anaknya lagi serius tuh." Baru akan beranjak, Cleo langsung mencekal tangan Bagas, "Biar Cle aja yang nyamperin. Cle juga belum selesai ngerjain."

Danielo mengusap wajahnya kasar, "Salah lagi gue."

"Minta maaf sekarang," ucap Regan datar.

Semua soal sudah terselesaikan begitu juga dengan masalah ketiga orang yang berseteru. Sekarang mereka sedang makan siang yang di belikan Danielo, dengan menu yang Raffa dan Cleo mau. Sebagai permintaan maaf.

"Ca, lo kenapa banyak diem deh gue lihat-lihat dari tadi?" tanya Ardi disela kunyahannya.

Caca melihat ke arah teman-temannya, gadis itu menyengir, "Gakpapa kok. Cuma mereka nih lagi aktif banget di dalem perut."

Dengan wajah antusias Cleo, Raffa, Bagas, dan Ardi langsung mendekat ke arah Caca. Meninggalkan makanan mereka begitu saja.

Regan langsung memukul tangan tiga lelaki itu karena hendak menyentuh perut Caca, "Mau apa lo?!" ketus lelaki itu.

Bagas mengerucutkan bibirnya, "Pelit amat lo! Mau pegang dikit doang."

Sedangkan Cleo sudah asik mengelus perut Caca dengan berbinar karena tadi ada tedangan dari janin, "Woah. Mereka nendang!" pekik Cleo.

"Anjir gue mau ngerasain juga," ucap Ardi antusias.

"Sana lo jauh-jauh. Gak usah pegang-pegang!" sinis Regan lagi.

"Potong aja udah tangannya," timpal Danielo yang masih asik dengan ayam gorengnya.

Ketiga lelaki itu melirik sinis ke arah Danielo, tapi sama sekali tidak di gubris oleh Danielo. Raffa kembali melihat Caca, "Berapa sih usia kandungan lo? Kapan lahirannya?"

REGANTARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang