36: Demam

31.2K 2.6K 83
                                    


Sudah tiga hari Caca merasakan liburan semester, tidak ada kegiatan lain selain rebahan, makan, dan nonton tv. Bosan? Tentu saja. Tapi mau bagaimana lagi. Ia memang di suruh istirahat untuk persiapan liburan ke pulau lain.

Sejak tadi gadis itu terus menggerutu. Mengecek ponselnya bolak-balik tapi tidak juga mendapat balasan dari seseorang yang sejak tadi ia tunggu.

"Ish! Kemana sih?! Bilangnya jam 2 pulang, ini udah jam 3 sore belum juga keliatan batang idungnya!"

Caca akhirnya bangun dari ranjangnya, memilih keluar menunggu lelaki itu di teras. Tidak biasanya Regan pulang telat. Gadis itu antara khawatir dan juga kesal.

"Nanti kalau papa pulang kita omelin aja ya, Sayang. Kita ngambek aja sama-sama. Jangan mau deket-deket papa," ucap gadis itu dengan mengelus perutnya.

Gemericik air hujan mulai muncul. Sekarang memang sudah memasuki musim penghujan. Apalagi di waktu sore seperti ini, hujan sering muncul tiba-tiba.

"Yah. Kok hujan sih. Semoga papa gak kehujanan ya, Sayang." Gadis itu terus mengamati gerbang rumahnya. Memang Caca merasa kesal tapi tetap saja rasa khawatir lebih besar.

Hujan yang semakin deras membuat gadis itu memilih masuk kedalam rumahnya. Baru juga sampai di ambang pintu, suara deruman motor berhenti di depan gerbang. Regan pulang dengan keadaan basah kuyup.

"Astaga. Kenapa gak neduh dulu sih. Cepet mandi sana, gue siapain baju ganti." Regan hanya menganggu pasrah dan berjalan ke kamar.

Caca sibuk menyiapkan baju ganti untuk Regan, gadis itu mencari pakaian hangat untuk suaminya. Setelah semua sudah, gadis itu bergegas kelur kamar menuju dapur.

Tak berselang lama Regan sudah menyelesaikan mandinya dan sudah memakai pakaian yang Caca siapkan. Karena merasa sangat dingin, lelaki itu memilih bergelung di bawah selimut.

Caca yang baru saja masuk kamar langsung mendekat ke arah lelaki itu, "Minum dulu nih. Gue bikinin susu jahe."

Regan bangun dan langsung meminum susu jahe buatan gadis itu, "Makasih, Yang."

Nampak hidung dan mata lelaki itu memerah. Efek kehujanan memang membuat lelaki itu jadi tidak enak badan. Regan memang lemah urusan kehujanan.

"Kenapa gak neduh dulu sih?! ujannya deres banget loh," ucap gadis itu serasa menyisir rambut lelaki itu.

"Gue udah telat pulang. Takut lo ada apa-apa di rumah sendiri," jawab lelaki itu sembari memeluk Caca. "Dingin, Yang," rengek Regan setelahnya.

Caca membalas pelukan Regan, mengusap punggung lelaki itu menyalurkan kehangatan.

"Lagian tadi kenapa kok telat pulangnya?" tanya gadis itu pelan.

Regan mengela napasnya, mengingat kejadian tadi membuat lelaki itu kembali dongkol. Ia malah semakin mendusel ke ceruk leher Caca.

"Kenapa sih?" tanya Caca dengan terkekeh karena merasa geli.

"Kesel," jawabnya manja.

Caca mengerutkan dahinya. Gadis itu melepas pelukannya, "Sama gue?"

Regan malah berdecak karena pelukannya dilepas. Lelaki itu sedang berada dimode manja, jadi tidak bisa dilepas barang sebentar saja.

"Kesel sama gue?" tanya gadis itu lagi. Namun melihat raut wajah lelaki itu yang malah cemberut membuat gadis itu tersadar, "Peluknya sambil tiduran. Pegel gue lama-lama kalau duduk begini."

"Yaudah cepet sini," ucap lelaki itu sembari menarik tangan Caca.

"Ya geseran lo nya. Dikira muat apa segini doang," ketus gadis itu. Ia sedikit kesal karena pertanyaan yang tadi belum dijawab juga.

REGANTARA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang