_15_

324 62 2
                                    

"Taehyung"

"Taehyungie"

Taehyung mengerang masih mengantuk. Bahunya diguncang pelan, dia dipaksa bangun.

"Eum" dia memaksa membuka mata. Dia pulang lewat tengah malam. Sampai di rumah masih harus membereskan dapur dan mengerjakan tugas sekolah. Tubuhnya yang belum pulih benar menjadi sangat lelah.

"Ini sudah siang. Kau tidak sekolah?"

Mendengar suara perempuan kekasih ayahnya Taehyung langsung duduk terkejut.

"Apa yang kau lakukan? Kau tidak bisa memasuki kamarku sesukamu!" Marah Taehyung.

Bae Hi masih memakai riasan, tubuhnya bau rokok dan alkohol. Taehyung mengernyitkan hidung. Turun dari kasurnya.

Bae Hi melihat ekspresi tidak nyaman Taehyung dan terkekeh. "Maaf. Maaf. Aku memang baru pulang, kulihat sepatumu masih ada di rak. Jadi kupikir kau pasti belum pergi. Tapi ini sudah hampir jam 7. Kau belum bangun? Tidak sekolah?" Bae Hi begitu ramah, tidak tersinggung dengan gerak-gerik Taehyung.

Sejak Bae Hi mengatakan tentang waktu, Taehyung jadi kelabakan. Mengabaikan wanita itu dia menyambar handuk dan masuk kamar mandi.

Bae Hi terkekeh senang. Memperhatikan sekitar. Kemudian berdecak prihatin. Tidak banyak barang di kamar anak tirinya. Semua hanya barang pokok yang diperlukan saja. Sekali lihat dan Bae Hi tahu Taehyung tidak berbelanja untuk dirinya sendiri.

"Woo Bin ini sungguh... dia Ayah yang sangat tidak perhatian. Anak yang begitu tampan, tidak perlu banyak perawatan pasti sudah bisa jadi idola." Bae Hi meraih selimut Taehyung melipatnya rapi. Tersenyum tanpa sadar.

Dulu, dulu sekali sebelum mengenal Woo Bin dia masih seorang pelacur kecil dan naif. Dibujuk pria dengan gampang. Dihamili dan ditinggalkan. Tapi dia tidak pernah membenci anak yang dia kandung. Sebaliknya dia menjaganya dengan baik. Bermimpi dia akan memiliki satu keluarga. Sayang sekali, nasibnya sial. Ekonominya buruk. Dia bekerja apapun untuk mendapatkan uang tapi tetap kekurangan. Kondisinya tidak terawat, makan kurang juga tidak teratur. Dia menjadi tidak sehat dan putranya tidak bisa lahir selamat. Dia menangis sangat keras waktu itu. Gagal menjadi Ibu. Gagal memiliki keluarga.

Sekarang setiap melihat anak-anak dia menjadi lemah. Hatinya mudah tersentuh oleh kepolosan mereka. Tapi Taehyung berbeda. Anak itu sudah remaja dan Bae Hi masih tersentuh olehnya. Mungkin karena dia anak pria yang dicintai.

"Kau masih belum keluar?" Taehyung mandi dengan cepat. Dan melihat Bae Hi masih di sana entah melakukan apa. Taehyung tidak peduli, dia mengambil seragam dan memakainya di kamar mandi. "Jika kau tidak ada kerjaan, kenapa tidak segera merapikan dirimu sendiri?" Teriak Taehyung dari dalam kamar mandi.

"Ahhh aku hanya ingin segera tidur. Pelangganku sangat menyebalkan. Tapi dia memberiku cukup banyak."

Taehyung selesai dengan pakaiannya dan beralih mengambil buku yang masih terbuka di atas meja belajarnya. Setelah mengerjakan PR nya dia langsung tidur tanpa merapikan. Dia memasukkan semua ke dalam tasnya begitu saja.

"Keluar. Aku akan mengunci kamarku."

"Kenapa harus menguncinya? Biarkan saja. Aku akan membersihkannya nanti."

"Tidak perlu. Palli! Aku sudah telat." Taehyung jadi senewen, menarik Bae Hi keluar dan mengunci kamarnya.

"Kau punya uang jajan?" Bae Hi menahan lengan Taehyung yang hendak pergi. Merogoh saku di rok pendeknya.

Taehyung tahu apa yang hendak dilakukan Bae Hi dan menolaknya. "Tidak perlu. Aku punya."

"Ini tambahan. Ambil saja." Bae Hi menjejalkan uang di saku Taehyung. Menepuk bahunya keras dan mendorong anak itu sampai keluar rumah.

sepenggal hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang