_16_

357 61 4
                                    

Namjoon meneguk sojunya hingga tandas. Kemudian memesan lagi untuk ke sekian kali. Hoseok mengecap bibirnya kecut melihat teman yang memaksanya keluar untuk minum. Padahal dia ingin menyelesaikan latihan koreo dance dengan rekannya.

"Kau juga Namjoon, biarkan saja Seokjin melakukan yang dia mau."

Tak! Namjoon meletakkan botolnya hingga bersuara. Menunjuk Hoseok. "Kau tidak paham apa yang aku pikirkan. Seokjin tidak tahu apa yang sedang dia lakukan."

"Kau bicara begitu lagi." Keluh Hoseok.

Namjoon cegukan sekali. Kedua bahunya turun lemas. Matanya sayu bercampur kesedihan. "Kematian Seojun bukan hanya memukulnya, itu juga menyakitkan untukku. Anak polos itu, bagaimana pria dewasa memiliki nafsu binatang seperti itu. Bukan hanya mencabiknya dia juga melumatnya sampai mati." Namjoon terisak.

Hoseok harus menarik napas panjang demi menekan ingatan itu lagi. Menepuk Namjoon. "Sudah. Sudah. Pria itu sudah mendapatkan hukuman yang pantas."

Namjoon mengangguk setuju. "Taehyung memang mirip dengan Seojun. Melihatnya, seperti Seojun hidup lagi. Tapi jika hanya karena itu Seokjin bertindak, suatu saat dia juga akan lelah. Taehyung bukan Seojun. Seojun sudah mati."

Namjoon mengangkat botolnya lagi, menghabiskan satu botol lagi. Semakin mabuk.

"Dia tidak boleh begitu. Taehyung dan Seojun orang yang berbeda. Perasaannya pada Seojun tidak bisa disamakan dengan Taehyung. Taehyung juga akan kecewa jika dirinya hanya dianggap orang lain selama ini."

Hoseok mendengus tipis. "Kau terlalu cemas. Seokjin pasti tahu apa yang dia lakukan. Kau sendiri yang bilang Seokjin Hyung baik-baik saja. Begini saja biarkan Seokjin melakukan apa yang membuatnya senang. Oke?"

Namjoon menggeleng dalam mabuknya. "Dia bilang aku tidak perlu ikut campur. Ya. Aku tidak akan mengatakan apapun lagi! Dia tidak ingat aku menjaganya selama ini. Dia sudah kuanggap saudaraku sendiri. Aku juga ingin dia senang. Tapi dia mendorongku. Aku kecewa."

Hoseok mendengarkan keluh kesah Namjoon. Tidak ingin mengompori atau mendukung siapa. Dia tahh Namjoon pasti juga paham derita Seokjin. Dia hanya ingin mendampingi keduanya.

#

Taehyung melihat dari jendela kamarnya. Kamar Jungkook gelap. Anak itu mungkin sudah tidur. Dia tidak ingin mengganggu jika begitu. Tapi dia gelisah. Jungkook mengabaikannya entah karena apa. Membuatnya sulit  akan tidur.

Saat menutup kembali jendelanya, Taehyung mendengar suara berisik dari pintu depan. Mungkin ayahnya? Akhirnya pria itu pulang?

Taehyung buru-buru mengunci jendela. Berlari ke pintu memastikan sudah terkunci. Barulah dia naik ke ranjangnya setelah merasa aman. Menarik selimutnya, dia mencoba memejamkan mata.

Tapi gedoran di pintu membuatnya membeku. Dia masih ingat penganiayaan terakhir ayahnya. Sakitnya masih membekas. Sedikitnya dia takut dipukul lagi.

"Kim Taehyung!! Buka pintu!! Berikan sertifikat itu padaku!! Bocah sialan!!"

Kim Woo Bin mabuk. Menendang brutal pintu kamar Taehyung.

"Bocah terkutuk! Kau nyaman tidur, hah?! Sedang aku hampir mati setiap hari, kau enak-enakan!! Kau tidak mau memberikannya?

Ha!! Lihat saja!! Kau bukan anakku!! Kubiarkan mereka mengambilmu saja!! Itu jauh lebih mudah, bukan!!" Satu tendangan lagi dan ocehan lainnya. Taehyung diam menutup telinga. Membiarkan ayahnya mengoceh sepuasnya.

Pria mabuk itu akan semakin tidak waras. Bicara apa saja, mengutuk sesuka hati, lalu pergi setelah puas. Taehyung sudah biasa. Iya. Dia sudah biasa. Tidak apa-apa. Dia akan tidur dan membiarkan semuanya berlalu nanti.

sepenggal hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang