_6_

640 83 5
                                    

Seharian ini Park Jimin tidak ada mengganggunya. Kim Taehyung merasa begitu damai dan senang. Dia bisa menghabiskan jam istirahatnya dengan tidur dan makan jika sangat lapar. Juga belajar tanpa tekanan.

Tapi siapa sangka pemuda pendek berotot seksi itu mencegatnya sepulang sekolah. Bersiaga di samping pintu kelasnya. Taehyung tertangkap dengan cepat. Tidak bisa lari.

"Park Jimin, sebenarnya kau ada dendam padaku?"

Jimin tidak menjawab. Tapi raut wajahnya menunjukkan dia merasa terganggu dengan pertanyaan Taehyung.

"Katakan saja. Mari bicarakan jika ada masalah. Cari jalan tengahnya. Lalu abaikan aku jika kau masih tidak suka."

"Kau ini bicara apa?"

"Aku hanya ingin tahu kenapa kau terus menggangguku?? Sebelumnya hidupku damai-damai saja, kau tahu. Tapi sejak kau datang, kau selalu mengusikku. Tapi sekeras apapun aku berpikir dan mengingat, aku tidak tahu apa salahku padamu. Bahkan sebelum ini, aku tidak mengenalmu. Jadi, tolong katakan saja apa maumu agar semua ini berakhir."

Taehyung tidak tahu kalimatnya yang mana yang membuat Jimin begitu marah, tapi wajah pemuda itu berubah gelap dan kepalannya melayang begitu cepat menghantam tembok di belakang Taehyung. Taehyung terkejut hingga tidak bisa bereaksi cepat. Hanya tertegun kaku menatap Jimin kosong.

"Kau benar-benar menyebalkan!" Jimin mengumpat. "Aku akan terus mengganggumu! Tidak peduli jika kau bosan atau tidak tahu atau tidak ingat kenapa, tapi aku akan tetap melakukan ini!"

"Apa,"

Jimin menarik tangannya. Berbalik. Dan Taehyung kembali terkejut saat dirinya ikut terseret oleh Jimin. Tidak tahu kapan lengannya sudah dicekal Jimin dengan kuat.

"Kau mau apa lagi?"

"Kenapa harus begini? Aku menawarkan diskusi yang baik jadi kenapa tidak kita lakukan itu saja?"

"Park Jimin. Hei!"

"Aku harus bekerja. Tolong, biarkan aku kali ini."

Park Jimin itu tidak mendengarkan apapun. Dan terus menarik Taehyung. Anak-anak lain hanya menyingkir memberi jalan atau hanya melihat. Rasanya sudah jelas jika Taehyung jadi target Jimin. Jadi mereka tidak ingin ikut campur.

#

Di gang sempit dan sepi perkelahian terjadi. Satu melawan tiga. Meski tidak seimbang pada jumlah, satu orang itu tetap bisa melawan. Dua ditumbangkan, sudah tidak bergerak di tanah. Tinggal satu berhadapan dengannya. Melawan dengan gigih dan menahan kesal.

"Cih!" Dia meludah bercampur darah. Sudut bibirnya sudah robek dan pipinya lebam. Tapi lawannya terlihat baik-baik saja hanya pakaiannya yang berantakan. "Pantas saja begitu sombong! Kau bahkan memiliki kemampuan bela diri dan bergaul dengan yang lebih tua. Kau merendahkan kami, Jeon Jungkook!"

Jungkook mendengus gerah. Merendahkan seperti apa yang mereka katakan? Dia bahkan tidak pernah mengatakan apapun dan mereka datang mengeroyoknya di tempat sepi seperti ini.

"Kau sangat tidak masuk akal!"

"Brengsek! Kuhancurkan wajahmu yang sombong itu!!" Lawannya menerjang, Jungkook menghindar. Mengambil kesempatan dia memukul dan menumbangkan lawannya dengan cepat.

Ketiganya merintih di tanah. Jungkook mengambil tasnya tidak peduli, pergi.

#

Taehyung memeluk tasnya, tidak bisa kabur setelah di dalam mobil. Jimin mengendarai mobil itu dengan sesekali meliriknya. Dan Taehyung menyadarinya.

"Kau mau membawaku ke mana?"

"Di mana tempat kerjamu?"

"Untuk apa?"

sepenggal hatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang