Kim Seokjin sedang melamun di ruangannya. Pikirannya berkeliaran tapi matanya menatap lurus foto yang terpajang di mejanya. Itu foto adiknya.
Seokjin meraih foto tersebut. Mengusap wajah yang nampak muda dan ceria. Adiknya yang bernasib malang. Mati dengan cara seperti itu, siapa yang bisa melupakannya.
Dia meletakkan kembali foto tersebut dengan hati-hati. Yang tersisa dari adiknya hanya kenangan. Seokjin berusaha mengenang hal-hal baik dari mendiang sang adik. Tapi kenapa setiap kali mengingatnya selalu terselip rasa sakit.
Seokjin tidak bisa lepas dari hal itu. Sampai sekarang. Seolah tidak bisa bebas, dia menjalani hidupnya dengan menyimpan kemarahan dan dendam.
Tapi sekarang rasanya ada yang berbeda. Mengenang adiknya dia jadi ingat lagi dengan sosok itu.
Kim Taehyung.
Wajah mereka memang mirip. Tapi Kim Taehyung ini memiliki kulit yang sedikit gelap dan kurus.
Ini sudah sebulan sejak pertemuan terkahir mereka. Dia beberapa kali berpikir untuk pergi ke restauran tempat pemuda itu bekerja. Tapi setiap kali tidak bisa. Ada saja pekerjaan yang membuatnya menunda-nunda.
Entah apa maksud Seokjin. Dia hanya merasa melihat pemuda itu sedikit sakit hatinya terobati. Mungkin baginya dia bisa menemukan sosok sang adik dalam diri Taehyung.
Begitupun tak apa. Seokjin membutuhkannya.
#
"Jangan seenaknya Park Pendek Jimin!!" Taehyung menahan kaki dari seretan Jimin. Dia bahkan harus berpegangan pada pilar untuk tidak terbawa olehnya.
Tapi pemuda itu memiliki kekuatan besar di tubuhnya yang pendek.
"Ikut saja."
"Tidak! Aku tidak sudi jadi kacungmu! Tidak sudi jadi pengikutmu!!"
Wajah Jimin berubah gelap. Mengerahkan seluruh tenaga dia menyentak Taehyung sampai pemuda itu lepas dari pegangannya.
"Siapa yang menjadikanmu kacung atau pengikut? Aku tidak!"
"Lalu apa yang kau lakukan selama ini?" Taehyung kesulitan mengikuti langkah Jimin. Pergelangannya mulai kebas digenggaman Jimin. "Berhenti, brengsek! Aku harus bekerja!"
Park Jimin mandeg. Menatap Taehyung dengan kening mengerut. "Bekerja?"
"Lepaskan!"
"Untuk apa kau bekerja?"
Mata Taehyung melotot. "Apa urusanmu?? Kau tidak mau melepasku? Yak! Kalau kau seperti ini terus, kau harus membayarku!"
Park Jimin mendengus. "Aku harus membayarmu?"
"Waktu adalah uang bagiku! Perlu denganku kau harus membayar. Sekarang lepaskan, aku harus pergi. Atau kau yang akan menanggung kerugianku!"
"Baik! Kau hanya perlu mengikutiku!"
"Mwo??? Yak!!!"
#
Jeon Jungkook melambaikan tangan tapi Taehyung tidak melihatnya. Kakak tetangganya itu berjalan diseret seseorang lalu dimasukkan ke sebuah mobil.
Otak Jungkook mendadak memikirkan hal yang tidak-tidak. Jadi saat mobil itu bergerak menuju gerbang untuk keluar, Jeon Jungkook berlari ke tengah gerbang. Membentangkan tangan untuk menghentikan mobil tersebut.
Jungkook tidak menyingkir sekalipun Jimin menekan klakson panjang.
"Apaan bocah ini!" Kesal Jimin, menginjak rem. Memasang rem tangan dia membuka jendela pintu. Melongoklah dia untuk meneriaki Jungkook.

KAMU SEDANG MEMBACA
sepenggal hati
FanfictionKim Seokjin yang kehilangan dan terluka karenanya. penuh penyesalan. penuh kemarahan. Tanpa sengaja melihat Kim Taehyung yang butuh ketegaran. beberapa kekuatan. sedikit dukungan. Melihat Kim Taehyung, hati Seokjin berteriak menuntut penawar.