Hoseok bergelung dengan selimutnya. Badannya panas dan gemetaran. Dokter bilang dia kelelahan. Seokjin dan Namjoon lega setelah Hoseok ini diperiksa. Diberi obat dan beberapa vitamin.
"Kau harus istirahat. Beruntunglah bukan hal serius."
"Tapi itu akan menjadi serius jika dia terus seperti itu," Namjoon masuk membawa nampan berisi bubur dan air putih. "Bangun. Makan dulu lalu minum obat."
"Kepalaku berat. Mulutku pahit. Perutku mual. Aku tidak bisa bangun dan makan sendiri." Hoseok mengeratkan selimutnya. Semua yang dikatakannya benar. Bahkan dia hampir tidak bisa membuka mata, kepalanya terus berdenyut.
"Kau harus tetap makan."
Seokjin membantu Hoseok bangun. Menata bantal di punggungnya. Pelan-pelan dia menyuapi Hoseok. Tapi pria dewasa itu menolak setelah menelan dua suapan saja.
"Sudah, Seokjin. Pahit sekali."
"Jangan bergadang lagi setelah ini. Kau bahkan lupa bagaimana caranya hidup benar hanya karena pekerjaan." Namjoon menggerutu, menyodorkan obat dan air putih.
"Bilang saja kau tidak mau kurepotkan." Hoseok menelan obatnya sekaligus. Kembali berbaring meringkuk di bawah selimut. "Si Min Pucat itu memang sialan. Tidak lagi-lagi aku bekerja dengannya. Membuatku menderita saja."
"Min Yoongi?" Penulis dan pembuat lagu itu adalah orang besar dalam bidangnya. Seokjin beberapa kali mendengarkan karyanya dan menyukainya.
Hoseok mengangguk. Menatap dua temannya. "Aku mau tidur. Kalian pulang saja."
Namjoon ingin memukul kepalanya mendengar itu. Setelah menolongnya mereka diusir begitu saja. Tidak ingat bagaimana dia menelepon dan merintih sakit tadi? Tapi karena Hoseok ini temannya, Namjoon menahan diri.
"Ayo, Seokjin."
Seokjin menepuk Hoseok sebentar sebelum mengikuti Namjoon keluar.
Setelah membantu Hoseok, Seokjin jadi malas ke kantor, lagipula ini Minggu tapi Namjoon mengejarnya untuk lembur. Mumpung di luar dia jadi ingin pergi ke suatu tempat.
"Kita makan siang sekalian."
"Kau masih ada pekerjaan."
"Bisa nanti. Aku lapar sekarang."
Namjoon mendecih. Tapi menuruti juga. Seokjin menunjuk sebuah restauran dan Namjoon memutar kemudi menuju tempat itu.
Itu adalah sebuah restauran itali. Semua menu yang disediakan adalah makanan asal negara itu. Namjoon sedikit heran saat Seokjin menunjuk tempat ini. Seokjin bukan tidak suka makanan Itali. Tapi temannya itu akan lebih suka pergi ke restaurant Korea dibanding ke tempat ini.
"Kau sering ke sini?" Tanya Namjoon setelah mereka duduk dan bersiap memesan.
"Tidak."
Namjoon semakin heran kemudian. Saat seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka, Seokjin menanyakan hal lain.
"Ada Kim Taehyung?"
Pelayan itu nampak memperhatikan Seokjin dan Namjoon. "Taehyung-ssi hanya pelayan part time di sini. Dia bekerja saat malam."
"Oh."
Namjoon bersumpah dia melihat kekecewaan di mata Seokjin. Tapi Seokjin segera bersemangat lagi dan menanyakan yang lainnya.
"Dia akan datang jam berapa?"
Pelayan itu tidak nyaman tapi tetap menjawab. "Sekitar jam 7."
"Oke. Terima kasih." Dan Seokjin menyebutkan menu yang dia pesan. Kembali tersenyum ramah pada waitress itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
sepenggal hati
FanfictionKim Seokjin yang kehilangan dan terluka karenanya. penuh penyesalan. penuh kemarahan. Tanpa sengaja melihat Kim Taehyung yang butuh ketegaran. beberapa kekuatan. sedikit dukungan. Melihat Kim Taehyung, hati Seokjin berteriak menuntut penawar.