05.

14K 1.1K 52
                                    

BARA Saat ini tengah memerhatikan adiknya yang sedang memakan martabak manis itu dengan pipi yang mengembung. Dirinya sama sekali tidak di tawari makanan manis tersebut.

"Dek, Abang gak di tawarin makannya?" Tanya Bara di sela-sela kunyahan Zhaigam.

Zhaigam mengalihkan pandangannya ke Bara, "Ya ambil sendirilah."

Bara menggelengkan kepalanya. Bocah satu ini benar-benar acuh dengan makanan, pikirnya.

Ceklek...

Suara pintu terbuka, menampilkan seorang pemuda dengan balutan jas yang begitu elegan.

"Daddy udah pulang?" Tanya Bara ketika melihat ayahnya datang.

"Hm" Jawabnya dengan singkat.

Zhaigam memasukkan semua makanan yang ada di atas brankarnya ke dalam kantong plastik, setelah selesai ia menyimpan plastik itu di atas nakas.

Alzergan, nama pria itu. Beliau adalah ayah dari Bara yang memiliki rumah sakit ini. Alzergan berjalan ke arah Zhaigam dengan pandangan datarnya, sementara itu Zhaigam di landa ketakutan.

"Em, h-hai paman" Sapa Zhaigam dengan gugup.

"Kamu siapa?" Tanya Alzergan tanpa menghiraukan sapaan Zhaigam.

"Sa-saya? Zhaigam paman" Ucapnya dengan senyum yang terpaksa.

Di belakang sana Bara menahan senyumannya. Pasti saat ini Zhaigam ketakutan. Daddynya memang memiliki aura yang menakutkan. Dengan menatap wajahnya yang datar saja, orang-orang memilih membuang muka.

Zhaigam meminta bantuan kepada Bara lewat matanya, seolah berkata bang, bantu aku dong!.

Bara yang mengerti tatapan itu hanya menggelengkan kepalanya, ia saat ini ingin melihat bagaimana sikap Zhaigam yang songong itu di depan Daddy-nya.

"Buang makanan itu, saya tidak ingin rumah sakit ini kotor" Ujar Alzergan.

Zhaigam yang mendengar itu segera menganggukan kepalanya. Buru-buru ia turun dari brankarnya, mengambil plasti di atas nakas dan beranjak keluar.

Tapi sebelum itu Zhaigam turun dari brankarnya, tangan kekar Alzergan menahan tubuh kecil itu.

"Saya bercanda, kenapa kamu takut sekali dengan saya hm?" Tanya Alzergan yang mengubah tatapan menjadi sedikit lembut.

Zhaigam masih loading. Ia belum paham sebagaimana harusnya bersikap saat ini.

"Kenapa bengong? Saya nakutin banget emangnya?" Tanya Alzergan.

"Sudah lah dad, kasihan dia. Lihat tuh mukanya, kaya anak kecil" Sela Bara.

"Abang..." Cicit Zhaigam.

Bara berdiri, menghampiri Zhaigam yang sedang menundukkan kepalanya. "Kenapa hm?"

"Gapapa, di sini aja" Ujar Zhaigam.

Alzergan tersenyum. "Jangan takut, mulai sekarang kamu itu anak saya."

Zhaigam melototkan matanya, sepertinya orang-orang suka sekali mengklaim dirinya itu sebagai anak mereka.

"Gini ya pak, saya tahu saya ganteng. Tapi gak gini juga caranya, saya pundung. Bye" Ucap Zhaigam, lalu merebahkan tubuhnya dan ditutup dengan selimut.

"Setuju atau tidak, itu bukan urusan Daddy. Sekarang kamu ikut Daddy dengan baik-baik atau secara paksa?" Zhaigam yang mendengarnya berdecak malas.

Anak sama bapak sama saja, sama-sama menyebalkan. Ayolah, dia ini sudah terbiasa sendiri, haruskah ia menerima mereka? Bayangan tentang masa lalunya masih teringat dengan jelas, dan ia tak mau terulang kembali.

Zhaigam berdecak malas. Ia segera membuka selimutnya dan memandang Alzergan dengan tatapan malasnya.

"Kenapa bapak sama Abang itu sama aja? Sama-sama maksa ih, males jadinya" Ujar Zhaigam, tak lupa dengan bibir yang mengerucut.

"Biar kamu gak sendirian, Abang udah tau loh tentang kamu. Bahkan tentang apa yang di lakuin Abang kamu yang dulu itu, Abang tau kok, maka dari itu Abang mau rawat kamu, Abang mau kamu mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapat" Ucap Bara mencoba membujuk adiknya itu.

"Benar apa yang di bilang abang mu itu. Daddy juga mau ngemanjain anak kecil, soalnya anak Daddy kaya setan semua. Gak ada manis-manisnya sama sekali, yang ada kaya Abang mu ini" Timpal Alzergan.

"Ini kan turunan dari Daddy juga" Cibir Bara.

Zhaigam hanya diam membisu. Jujur, ia ingin sekali menerima mereka, tapi rasa trauma akan masa lalunya benar-benar menakutkan, membuat ia takut untuk maju satu langkah saja.

"Aku gak tau, aku masih takut" Ujarnya dengan suara lirih.

Alzergan tersenyum, ia memaklumi itu. "Gapapa, untuk saat ini kamu emang belum terima. Tapi suatu saat nanti, kamu harus ke kami ya" Ujarnya sembari mengelus surai Zhaigam.

"Ah, satu lagi. Hati-hati lah di sekolah, sepertinya ada yang mencoba mendekati mu. Akan Daddy usahakan untuk memantau mu dari jauh" Alzergan tahu, musuhnya sudah mulai bergerak.

Ini di karenakan salah satu anak buahnya sudah berkhianat, dan tentu saja ia tahu ulah siapa yang mengirim mata-mata itu.

"Siapa dad?" Tanya Bara.

"Bukan siapa-siapa, kamu cukup jaga adik mu ini ya" Belum saatnya Bara mengetahui hal ini.

Alzergan mendekati Zhaigam, ia membisikkan sesuatu, "Sebenarnya Aldebaran itu dua"

"Kalo gitu Daddy balik dulu ya, jaga kesehatan kalian boy" Ujarnya, lalu segera pergi dari ruangan itu.

Sedangkan Zhaigam ia masih memikirkan perkataan Alzergan. Aldebaran ada dua? Apakah kembar? Jika kembar, satunya di mana lagi? Apa dia terpisah? Ah, memikirkannya membuat kepalanya sakit.

Hari sudah cukup sore, Zhaigam memilih tidur. Sebelumnya, ia menyuruh Bara untuk istirahat agar orang itu tidak sakit.

ZHAIGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang