04.

15K 1K 13
                                    

SUARA tangisan seseorang mengisi sebuah ruangan yang begitu minim dengan pencahayaan. Seseorang itu terbaring tak berdaya di sebuah lantai. Darah yang bersimbah dimana-mana, aroma anyir darah yang begitu tajam.

"Bagaimana adik kecil ku? Apa kamu masih kuat?" Tanya sosok pemuda.

Orang yang di tanya itu hanya diam membisu. Di mulutnya hanya mengeluarkan suara Isak tangis. Pemuda itu mengelus surai yang di sebut adiknya, senyum yang begitu kecil menampakkan betapa bahagia dirinya saat ini.

"Kau tahu mengapa aku melakukan ini?" Tanya orang itu.

Adiknya itu hanya bisa diam. Jangankan merespon, untuk sekedar bernafas saja sulit.

"Dengarkan aku Zhaigam. Kelahiran mu itu karena sebuah kesalahan, dan kehadiranmu itu adalah sebuah kesialan bagi seseorang" Ujarnya.

"Mama melahirkan mu itu karena sebuah kesalahan, dan karena kehadiranmu itu aku kehilangan mamaku" Lanjut pemuda itu. Tak sadar sebuah cairan liquid bening mengalir di kedua matanya.

"Dan kau tahu betul apa yang terjadi pada papa karenamu? Papa ikut meninggal karena kecalakaan saat mengantarmu sekolah" Pemuda itu menghapus air matanya secara kasar.

Sang adik hanya bisa menangis, ia tahu dirinya benar-benar membawa sial. Siapapun yang mendekatinya selalu terkena sial.

Pemuda itu segera berdiri dari posisi jongkoknya. Memandang sang adik dengan tatapan membenci.

BUGH

Pemuda itu menginjak dada sang adik dengan kencang, mengakibatkan sebuah cairan merah keluar dari mulutnya. "Membusuk lah disini Zhaigam!"

"Hikss... ja-jangan"

Puk!

"Hei Zhaigam, kamu kenapa? Ini Abang Bara sayang" Bara panik ketika melihat Zhaigam menangis dengan pilu. Nafas Zhaigam terputus-putus. Dengan gesit ia segera menekan tombol darurat di samping brankar Zhaigam.

Tak lama pintu terbuka dengan sedikit kasar. Dokter yang mengurus Zhaigam segera memeriksa tubuh pasiennya.

Setelah selesai, ia segera menyuntikkan sebuah cairan vitamin kepada Zhaigam.

"Dia membaik, dia hanya mengalami mimpi buruk. Sebentar lagi ia akan terbangun, saya permisi tuan muda" Sang dokter pamit undur diri, setelah itu keluar dari ruangan VVIP tersebut.

Bara segera menghampiri adik kecilnya itu. Mengusap surai adiknya dengan lembut, memastikan agar anak itu kembali tenang. Tak lama sebuah suara lenguhan terdengar.

"Eunghh" Zhaigam membuka matanya perlahan, membiarkan cahaya masuk ke dalam rentina matanya.

"Ada yang sakit dek?" Tanya Bara ketika melihat Zhaigam siuman.

"Ha-haus bang" Ucapnya dengan suara kecil.

Bara mengangguk. Ia segera menuangkan teko air ke dalam gelas. Setelah itu, ia segera membantu Zhaigam duduk di brankarnya agar meminumnya lebih mudah.

Bara menaruh kembali gelas tersebut. Kini ia sedang menatap Zhaigam yang memejamkan matanya.

"Kenapa? Masih pusing dek?" Tanya Bara.

Zhaigam menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa?" Tanya Bara sekali lagi.

Bukannya menjawab, justru Zhaigam menangis. Menangis tanpa adanya suara, hanya ada air mata yang berderai di kedua pelupuk matanya.

"Kenapa nangis? Jujur sama Abang dek" Ujar Bara dengan suara yang begitu lembut.

"Mau pe-peluk" Ucap Zhaigam sembari menundukkan kepalanya.

Bara tersenyum. Ah lucu sekali adiknya ini. Bara segera memeluk Zhaigam dengan erat. Ralat, sangat erat sakali.

"Mau cerita ke Abang?" Tanya Bara ketika mereka melepaskan pelukannya.

"Aku dulu yang mau tanya, yang nolongin aku Lendra apa Abang?" Tanya Zhaigam.

"Kalo Abang bilang Abang yang nolongin kamu itu, percaya gak?" Ucap Bara bertanya balik.

"Ngga deh. Perasaan seingat aku kayanya telpon Lendra buat nolongin aku, terus kemana Lendranya bang?"

Mulai deh ngeselinnya, batin Bara.

"Hem. Dia yang nolongin kamu, tapi Abang juga ada di situ kok. Makanya pas lihat kamu di gendong, Abang langsung ambil kamu buat bawa ke rumah sakit milik ayah Abang" Jelas Bara.

Zhaigam hanya menganggukan kepalanya. "Bang, aku laper," Ucap Zhaigam sembari menatap perut kecilnya.

"Mau makan apa? Tapi jangan aneh-aneh, Abang gak mau turutin nanti" Balas Bara.

Zhaigam tersenyum, "Enggak kok, mau martabak keju ya?" Di akhiri dengan senyuman manisnya.

"Nope! Itu gak sehat buat kamu, yang lain aja." Titah Bara.

"Bang please ya kali ini doang kok. Udah satu bulan gak makan itu, lagian aku gak punya penyakit aneh-aneh kok" Jelasnya pada sang Abang. Tak lupa sedikit memberi puppy eyesnya yang menggemaskan.

"Yang lain atau gak makan sama sekali?" Tawar Bara dengan tatapan tajamnya.

"Ish. Yaudah, mending telfon Lendra aja minta beliin" Ucap Zhaigam dengan wajah tengilnya.

Bara menggeram kecil. Adiknya ini benar-benar pandai sekali membuat orang emosi. Dengan terpaksa ia harus menuruti kemauannya.

"Yaudah Abang beliin, jangan minta ke teman mu itu!" Baiklah, Zhaigam menang lagi untuk ke sekian kalinya.

"Yeayyy, makasih Abang ku!" Ujar Zhaigam dengan girang.

Bara tersenyum simpul. Ia segera bergegas mencari makanan yang di inginkan adiknya itu. Sebelum itu, ia menyuruh beberapa bodyguard untuk menjaga di depan ruangan adiknya.

***

"Bagaimana? Apa kau mengawasi anak kecil yang bersama putra dari musuh ku?" Tanya seseorang yang sedang duduk di kursi kebesarannya.

"Sudah tuan. Anak yang bersama dengan Aldebaran itu sedang berada di rumah sakit. Dan kebetulan sekali anak itu sedang sendirian, apa kita harus melakukannya sekarang?"

"Jangan terburu-buru pengawal. Tenang saja, santai jangan terlalu gegabah. Mungkin untuk saat ini, anak dari suruhan ku sedang dekat dengannya. Bukan kita yang menghampiri anak itu, tetapi biarlah anak itu yang menghampiri kita" Ujarnya dengan seringaian kecil.

"Baik tuan, ucapan anda adalah hal mutlak bagi saya. Kalau begitu saya permisi"

Tutt...

"Kita lihat dude, siapa yang akan menang dari permainan kecil ini" Ujarnya di akhir kekehan kecil.

-tbc

Gaiss maaf baru update, terimakasih buat kalian yang masih nungguin cerita ini. Saran dan kritik di persilahkan. Jika suka vote, jika tidak cukup lewatkan saja. Terimakasih.

ZHAIGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang