12.

8.9K 815 52
                                    

BARA berlari di lorong rumah sakit seperti orang kesetanan. Ia saat ini sedang di landa kepanikan. Saat baru sampai di rumah, ia mendapat telpon dari Zhaigam. Setelah mengangkat telpon itu, ia tiba-tiba di beritahu bahwa adiknya masuk rumah sakit.

Persetan dengan penampilannya, ia tidak perduli, yang terpenting adalah keadaan adiknya. "Permisi, pasien atas nama Zhaigam ruangan berapa?"

Resepsionis itu terkejut dengan kehadiran Bara, lalu ia mengetik sesuatu dalam komputernya.

"Pasien atas nama Zhaigam berada dalam ruangan VIP nomor 1. Ruangan ada di atas, terimakasih" Setelah mendengar ucapan resepsionis itu, ia segera berlari keatas.

Di depan ruang rawat Zhaigam terdapat seseorang yang sedang berjaga. Dari pakaiannya Bara tahu, bahwa orang itu adalah penjaga, lebih tepatnya bodyguard.

"Kalian siapa?" Tanya Bara ketika dirinya sampai didekat penjaga itu.

"Kami menjaga Zhaigam, anda siapa?" Tanyanya.

"Aku abangnya, Bara. Ada dengan Zhaigam? Kenapa ia bisa masuk rumah sakit?" Penjaga itu mengangguk paham.

"Baiklah, tolong jaga anak ini. Untuk keadaannya, dokter akan datang" Setelah mengucapkan beberapa kalimat, orang itu pergi. Menyisakan Bara yang memandang heran.

Tak mau ambil pusing, Bara segera masuk kedalam ruangan adiknya. Di ranjang itu, terdapat adiknya yang sedang berbaring dengan bantuan alat medis. Melihat itu membuat hati Bara tercubit.

Bara mendekati ranjang adiknya, duduk di salah satu bangku yang sudah disiapkan. Memegang tangan adiknya seolah berharap segera bangun.

"Bangun dek, jelasin ke abang kenapa kamu bisa begini?" Tanya Bara dengan lirih.

Tangan Zhaigam sangat dingin, ditambah lagi wajahnya serta kulit yang begitu pucat. Bara menyibakkan poni adiknya, dalam keadaan tertidur dia sangat manis.

Drt...

Ponsel Bara berbunyi, sebuah pesan masuk kedalam ponselnya. Dalam layar ponsel itu, terdapat notifikasi pesan dengan nomor tak dikenal. Bara melihat pesan itu, ia cukup penasaran siapa yang mengirimnya pesan. Setahunya, yang memiliki nomor dirinya hanyalah keluarganya.

+6281211******

Kau Aldebaran bukan?

Jika iya, tolong jaga adikku.

Setelah membaca pesan itu, Bara segera menghubungi nomor tak dikenal itu. Namun, panggilan itu terus teralihkan, sepertinya nomor itu sudah dihapus.

Memilih abai, Bara kembali melanjutkan kegiatan memandang adiknya.

"Jangan datang lagi hikss... jangan datang!" Tiba-tiba Zhaigam meracau dalam tidurnya.

"Ini sakit abang, tolong lepaskan hiks..."

Bara segera membangunkan adiknya. Sial, tubuhnya yang tadi dingin sekarang menjadi panas seketika. Bara memencet tombol yang ada di samping ranjang adiknya. Menimbulkan bunyi sirine dalam kamar itu.

Tak lama dokter datang dengan beberapa suster. "Dokter tolong selamatkan adikku! Jika tidak, aku tak segan-segan menghancurkan rumah sakit ini!" Teriak Bara dengan wajah yang tajam.

Dokter dan suster itu mengangguk patuh, "Baik tuan. Tapi tolong anda menunggu di luar, agar pengobatan tidak terganggu" Bara ingin menyangkal ucapan dokter itu, tapi ia memikirkan adiknya yang harus ditangani secepatnya.

"Jika kenapa-kenapa dengan adikku, maka keluargamu dan keturunan mu lah yang akan ku binasakan" Ujar Bara dengan nada rendah. Setelah mengucapkan itu Bara keluar.

***

Brakk...

"Bodoh Lethnan kau sungguh bodoh! Jika kau bisa menahan dirimu, mungkin adikmu akan baik-baik saja" Ujarnya pada di sendiri.

"Sekarang apa yang harus ku lakukan" Tanyanya dengan nada frustasi.

Lethnan mengusap wajahnya dengan kasar. Ia sudah menghubungi Aldebaran yang menjadi abang dari adiknya itu. Namun, tetap saja dirinya merasa khawatir.

Lethnan meninju dinding yang ada didekatnya. Darah mengalir dari tangan kekarnya itu, cairan merah itu keluar dengan sangat banyak. Rasa sakit ini belum sebanding dengan rasa sakit yang adiknya rasakan saat itu.

"Zhaigam maafkan aku, maafkan aku Zhaigam. Aku abang yang buruk bagimu. Aku sudah melanggar permintaan papa" Ucap Lethnan dengan lemas.

-Flashback-

Lethnan kecil saat itu tengah bermain sendiri di ruang tamu. Tak lama, papanya datang bersama Zhaigam yang berada di gendongannya.

"Tuh sana gih main sama Abang Nan" Ujar sang papa pada Zhaigam.

"Aku gak mau main sama dia pa!" Tolak Lethnan.

Jendra-sang papa hanya bisa tersenyum. "Tidak boleh seperti itu sayang, dia kan juga adikmu" Ucap Jendra dengan lembut.

"Tidak, dia bukan adikku! Dia lahir karena suatu kesalahan papa" Walaupun Lethnan masih kecil, jangan salah dengan sikapnya yang begitu dewasa.

"Hush, gak boleh gitu. Memangnya dia lahir karena kesalahan apa?" Tanya Jendra.

Dengan senang hati Lethnan menjawab, "Dia lahir karena mama selingkuh dengan teman papa bukan? Aku sudah tahu hal itu"

Jendra mematung. Bagaimana anaknya bisa tahu tentang rahasia itu. Setahunya, kebenaran itu sudah ia tutup rapat-rapat.

"Dari mana kamu tahu itu Lethnan?"

"Papa tidak perlu tahu, yang jelas aku tidak mau dengan anak ini" Ujarnya sembari menunjuk Zhaigam.

Zhaigam hanya diam tak mengerti, pikirannya masih begitu polos, belum paham permasalahan yang sedang dibahas oleh kedua orang itu.

"Baiklah jika kamu sudah tahu. Tetapi papa punya permintaan kepadamu, tolong jaga dia jika papa sudah tidak ada. Dia tidak memiliki siapapun selain kita Nan, papa harap kamu mau menerima permintaan papa" Setelah itu, Jendra pergi ke kamarnya bersama Zhaigam.

"Aku tak akan pernah sudi menjaga anak itu" Batin Lethnan.

-Flashback end-

ZHAIGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang