07.

10.3K 983 4
                                    

BESOK harinya, Zhaigam sudah rapi dengan pakaian yang terbilang cukup ribet. Masker 2 lapis, topi, kaos oblong yang di tutupi kemeja lengan panjang, tak lupa juga celana levis serta sepatu converse miliknya

Malam tadi sebelum Zhaigam tertidur, Bara menghubunginya. Meminta Zhaigam untuk main ke rumahnya, dengan segala pertimbangan dan juga pemikiran yang panjang, Zhaigam menyetujuinya.

Saat ini Zhaigam sedang menunggu jemputan dari Bara. Orang yang berstatus sebagai kakaknya itu ingin pergi ke toko mainan sebelum sampai rumah, entah apa yang di inginkannya, dia memilih ikut saja. Fyi, motor Zhaigam sudah di kembalikan, tetapi kunci motornya berada di tangan Alzergan.

Suara ketukan pintu terdengar. Zhaigam segera berjalan. Di depan pintu, terpampang jelas Bara yang sangat tampan. Kemeja lengan panjang yang dinaikkan hingga sikutnya, celana hitam yang cukup elegan benar-benar menambah kadar ketampanannya.

"Ngapain bengong? Terpesona heh?" Tanya Bara dengan senyuman kecilnya.

Zhaigam memutarkan matanya dengan malas. "Masih pagi, gak usah bikin emosi. Aku lapar bang, mau yang anget-anget" Ujarnya.

"Yaudah kita makan dulu habis itu baru ke toko mainan" Bara mengambil tangan kecil Zhaigam dan menggenggamnya.

"Naik mobil aja ya, soalnya masih rada gerimis" Zhaigam mengangguk patuh.

***

Saat ini Zhaigam dan Bara sedang menunggu pesanan mereka di sebuah resto cepat saji. Niatnya Bara ingin mengajak Zhaigam untuk makan makanan Jepang. Dengan keras Zhaigam menolak, ia tidak suka makanan dari negeri sakura itu.

"Permisi, ini makanannya tuan" Seorang pelayan datang dengan nampan ditangannya.

"Terimakasih" Ujar Zhaigam.

Setelah itu memakan makanan itu dengan khidmat. Beberapa pengunjung sesekali menatap kedua insan ini. Bukan karena Zhaigam yang makan dengan rakus. Melainkan karena ketampanan Bara yang menyejukkan mata.

"Habis ini kita langsung ke rumah aja ya? Beli mainannya besok aja, lagian juga masih gerimis ribet nanti bawanya" Ucap Bara di sela-sela kunyahannya.

"Ya" Balas Zhaigam singkat, padat dan jelas.

Bara mengehentikan aktivitas makannya. Ia memperhatikan bocah yang tengah menekuk bibirnya rapat-rapat.

"Kenapa? Kamu marah?" Tanyanya.

Zhaigam hanya menggeleng, dia sudah kehilangan mood untuk hari ini.

"Marah gara-gara gak jadi mainnya? Besok masih bisa kok, cuman untuk hari ini Daddy suruh pulang cepet, ada tamu yang bakalan dateng"

"Terus kenapa ajak aku ke sana? Kan ada tamu penting, seharusnya aku gak dateng dong biar ga rusuh"

"Ya justru itu tamunya yang minta kamu main ke rumah, makanya ikut dulu biar tau siapa yang ngajak kamu ke rumah" Bara sedari tadi gemas sendiri dengan Zhaigam yang sedang bad mood.

"Daddy yang nyuruh ke sana?" Tanya Zhaigam.

Bara menghela nafasnya pelan. "Iya Daddy yang suruh, sekarang habisin makanan kamu baru kita balik" Jawab Bara, lalu melanjutkan makan yang sempat tertunda tadi.

Zhaigam hanya berdecak malas.

***

Saat ini mereka dua sudah sampai dikediaman Bara. Tak henti-hentinya Zhaigam berbinar melihat isi dari rumah abang angkatnya ini.

"Sumpah demi apa? Kalo kaya gini, kenapa gak dari dulu aja tinggal bareng Bara" Batin Zhaigam.

"Mingkem tuh mulut, takutnya kecowa masuk" Ujar Bara.

"Enak aja, kalo ngomong suka sembarangan"

"Yaudah cepet, di ruang tamu udah ada yang lain" Bara segera menarik tangan Zhaigam menuju ruang tengah.

Sesampainya diruang tengah, atmosfer dalam ruang itu berubah mencekam. Terlihat tiga orang yang sedang asik dengan gadgetnya masing-masing, oh dan jangan lupakan netra Zhaigam yang melihat langit-langit rumah itu.

"Dad, ini anaknya" Seketika ketiga orang itu mengalihkan pandangannya ke Bara.

"Zhaigam, sini duduk sama Daddy" Panggilnya. Zhaigam hanya menurut saja.

"Udah makan?" Tanya Al saat Zhaigam mendaratkan bokongnya.

"Udah Dad" Jawabnya dengan kikuk.

Tanpa aba-aba, Alzergan mengangkat tubuh kecil Zhaigam ke pangkuannya. Mengusap kepala itu dengan sayang, layaknya seorang ayah kepada anaknya.

"Dad, malu!" Ucap Zhaigam sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Al hanya tersenyum kecil, menciumi kepala Zhaigam dengan gemas. "Malu apanya? Kan disini cuma ada abang-abangmu"

"Dia siapa" Tanya salah satu anak Al, namanya Xavier.

"Dia? Anak bungsuku" Jawab Al dengan singkat.

"Pungut heh?" Ujar Xavier dengan tatapan remeh.

Mendengar itu, Zhaigam naik pitam. Enak aja dibilang anak pungut, lagian mana ada anak pungut selucu dia, semanis dia, terus secakep dia? Ngga ada!

"Mulutnya kasar! Islam bukan sih?" Tanya Zhaigam dengan mata yang melotot tajam.

Bara disampingnya hanya tersenyum kecil. Memang, dia ga salah pilih Zhaigam sebagai adiknya. Terbukti dari Zhaigam yang berani melawan abang tertuanya, yang dikenal dengan pembunuh X.

"Lalu apa? Anak buangan? Atau anak tanpa orang tua?" Sebuah suara muncul, itu bukan Xavier, melainkan abang kedua Bara; Bryan.

Zhaigam mendengar itu lantas terdiam. Ucapan itu suskes membuat dirinya kembali dalam kenyataannya.

"Jaga mulutmu Bryan! Jika dia sampai menangis, pistol dalam saku ku yang akan bertindak kepada mu!" Al segera berdiri menuju kamarnya. Ia tahu jika Zhaigam teringat masa lalunya. Dan dia tidak mau anak bungsunya ini kembali menderita akan masa lalunya.

Setelah kepergian bapak anak itu, Bara segera memukul wajah Bryan.

Bugh...

"Sialan, sampe anak itu jadi pendiem, gue gak segan-segan mukulin lo sampe rumah sakit Bryan!" Tak lupa, tatapan bengis Bara berikan.

Kini hanya tersisa Xavier dan Bryan dalam ruangan ini.

"Kau tidak ingin bermain dengan pisau kecil ku bukan?" Tanya Xavier sembari mengeluarkan pisau lipat dari kantong celananya.

Bryan berdecak malas, "Tentu saja tidak, hanya orang tolol yang berani bermain dengan pisau mu" Jawabnya dengan malas.

"Lagipula, aku tidak benar-benar membencinya. Tak disangka, mereka berdua sangat menyayangi anak itu." Lanjutnya.

"Baiklah, aku akan segera minta maaf" Ujarnya ketika melihat tatapan suram dari Xavier.

ZHAIGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang