HARI sudah cukup sore, mengingat Zhaigam tertidur 4 jam lamanya dari siang tadi. Saat bangun tadi Zhaigam sangat susah untuk disuruh makan, dengan sogokan liburan akhirnya ia mau makan. Kini mereka tengah menikmati makanan bersama Bara di ruang makan, hanya berdua saja. Yang lain masih ada urusan terkait pekerjaan. Hanya mereka berdua saja yang sedang kosong.
"Bang jadi jalan-jalannya?" Tanya Zhaigam.
Bara menganggukkan kepalanya. "Gak lama, cuma 2 hari doang kata Daddy" Ujarnya.
"Gapapalah yang penting liburan, capek sama kehidupan yang ribet ini" Celotehnya.
Bara hanya menggelengkan kepalanya, cukup absurd dengan adiknya ini. Tak selang beberapa lama, Xavier datang menghampiri mereka berdua. Mendudukkan dirinya disamping Zhaigam.
"Kepalanya gak pusing kan?" Tanya Xavier dengan lembut, tak lupa usapan kepala ia berikan kepada adik bungsunya.
Zhaigam mengangguk sebagai jawabannya. "Makanannya dihabiskan, jangan dipandang gitu aja" Suruhnya.
"Pahit. Ini mah makanan sapi kambing, serba hijau" Tolaknya sembari menjauhi piring tersebut.
"Maunya apa? Jangan makanan luar, biar abang yang masakin aja nanti" Ucap Xavier. Tentang makanan, ia melarang keras keluarganya untuk membeli diluar rumah, menurutnya kurang higienis jika bukan ditempat layak(read: restoran, dll).
"Apapun yang enak, asalkan jangan yang hijau-hijau kaya gini" Xavier mengangguk mengerti, setelah itu ia pergi menuju dapur untuk memasak.
"Tumben banget dia mau jadi babu, biasanya kalo masakin orang lain selain dirinya sendiri dia gak mau tuh" Ucap Bara. Xavier memang terkenal akan kebersihannya. Ia akan memakan makan yang ia masak sendiri, dan untuk keluarganya biarlah para koki yang masak.
"Berarti dia udah kena pelet aku" Ucap Zhaigam dengan wajah watadosnya.
Bara menaikkan sebelah alisnya, "Pelet?" Tanyanya dengan bingung.
"Udah orang seperti abang gak usah banyak tau" Jawab Zhaigam.
"Ohiya, nanti malam ada pertemuan keluarga, kamu disini dulu ya, besoknya sekalian liburan"
"Pertemuan keluarga? Ih ngga deh, aku malu bang" Tolak Zhaigam.
"Disuruh Daddy, lagian juga yang datang cuma adik dari Daddy dan abang sepupu kamu" Ujarnya.
"Aduh, sekarang malam sabtu lagi. Gue mau balapan woi" Batin Zhaigam.
"Gimana ya, aku gak bisa bang. Izinin ke Daddy ya, aku mau di rumah aja" Ucap Zhaigam dengan tatapan memelas.
Sayangnya hal itu sudah tidak mempan lagi terhadap Bara. "Izin sendiri, Daddy serem kalo udah marah"
Zhaigam ingin mengumpat sekarang juga. Zhaigam menarik nafasnya perlahan, "Besok sabtu kan? Nah, gimana di undur aja jadi hari sabtu? Kangen manja-manjaan sama kasur"
Bara memandang Zhaigam penuh selidik, sedikit mencurigakan adiknya ini. Akhirnya ia mengangguk, mengiyakan permintaan Zhaigam.
"Yes thank you abaaaang" Teriak Zhaigam, lalu ia tanpa sadar ia memberi kecupan singkat di pipi kirinya.
Bara hanya diam mematung, untuk sekarang perasaannya berdebar, bukan! Bukan karena suka sesama jenis ya. Ini untuk pertama kalinya merasa perasaan yang tak pernah ia rasakan. Cukup sulit untuk dideskripsikan.
***
Pukul 11 malam, Zhaigam dijemput oleh seseorang. Di depan rumahnya, terparkir sebuah motor ninja kawasaki. Orang itu membuka helmnya, lalu tersenyum melihat Zhaigam yang duduk anteng di kursi.
"Nunggu lama dek?" Tanya orang itu.
"Nggak Bang Jef, baru duduk" Jawab Zhaigam.
Pemuda yang menjemput Zhaigam namanya Jef, lebih tepatnya Jefran Andromeda. Zhaigam segera menghampiri Jefran dan menaiki motor itu.
"Balapannya jadi?" Tanya Zhaigam.
Jefran menyalakan motornya, "Jadi kok, tenang aja di sana ada motor cadangan mu"
"Oke, berangkat bang!"
Setelah menempuh waktu 20 menit, Zhaigam sampai di sebuah arena balap. Tempat arena ini lebih mirip seperti stadion bola, dari luar terlihat sepi, namun didalamnya sangat lah ramai.
"Wih udah dateng aja nih jagoan kita" Ucap teman Jefran. Panggil saja Abdy, nama lengkapnya Abdy Javani.
"Maklum, orang sibuk banyak kerjaan" Timpal Zhaigam.
Semua orang terkekeh mendengar ucapan Zhaigam. "Udahan dulu ngobrolnya, kita mesti siap-siap buat turnamen hari ini" Seseorang datang menghampiri teman-teman Zhaigam.
"Mulai sekarang bang?" Tanya Zhaigam.
"Yups, 11.40 udah ready, sekarang 11.37 dan lo mesti buru-buru" Zhaigam mengangguk patuh, ia segera pamit kepada teman-temannya.
Kini Zhaigam sudah bersiap dengan motor balap miliknya, terlihat kecil namun siapa sangka bahwa motor itu benar-benar cepat jika digunakan oleh orang yang tepat.
"READY! THREE, TWO, ONE-"
Dor dor dor...
Suara tembakan terdengar nyaring, semua orang dalam arena itu segera berhamburan untuk kabur dari kejaran polisi. Zhaigam yang mendengar itu segera menancapkan gas motornya dan berlalu.
Namun cekalan dipundaknya menahan gerakan kecilnya. Zhaigam meringis, cekalan itu terasa sangat sakit.
"Ashh, lepasin sialan" Ujar Zhaigam tertahan.
"Kau bilang apa?" Tanya orang itu.
Zhaigam mematung. Sialan ini suara terasa familiar ditelinganya. Zhaigam membalikan tubuhnya kearah sang pencekal, wajah tegas dengan mata tajam itu menatapnya dengan intens.
"Bang Xavier?" Ucap Zhaigam dengan lemas. Tamat sudah dirinya untuk kali ini.
"Ingin bermain?" Tanya Xavier dengan senyuman lebarnya.
Baiklah, untuk saat ini tolong bikin Zhaigam pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZHAIGAM
Teen FictionZhaigam namanya, pemuda yang suka akan kebebasan. Dirinya tidak suka di kekang, apa lagi di atur. Hidup tanpa di temani ke dua orang tua, membuat dirinya begitu bebas. Lalu bagaimana, jika seorang lelaki bertubuh tegap dan menyeramkan dengan mudahny...