DIKEDIAMAN yang cukup megah, seseorang tengah berdiri menatap keluar jendela. Orang itu tengah memegang sebuah lembaran foto yang sudah cukup usang. Ia menghela nafas, cukup terbebani dengan masa lalunya.
Tok tok tok...
"Masuk" Ujar orang ini, sebut saja Lethnan.
"Maaf menganggu tuan. Ini laporan terkait pencarian yang kita lakukan, kami hanya mendapatkan informasi dari beberapa sumber yang sudah kita cari. Saya pamit tuan, permisi" Bawahan itu segera pergi setelah meletakkan sebuah map.
Lethan membalikkan tubuhnya, ia berjalan menghampiri meja kerja untuk mengambil berkas yang sudah diberi oleh bawahannya.
Setelah membaca isi map itu, ia tersenyum. "Sudah saatnya aku meminta maaf"
Lethan memandangi foto usang yang berada ditangannya. Mengusap foto itu dengan lembut, "Maafkan aku. Aku benar-benar bodoh termakan omongan busuknya, aku berjanji akan segera mengambil mu kembali. Tunggu aku Zhaigam"
***
Saat ini Zhaigam tengah menjalani hukuman yang diterimanya. Salahkan saja karena Xavier yang menculiknya dari tengah malam hingga siang, menyebabkan dirinya datang terlambat ke sekolah.
"Itu tuh kupingnya juga dipegang dong, jangan angkat kaki aja" Ujar seorang guru.
Guru itu bersedekap dada, menatap Zhaigam dengan tatapan judesnya. Zhaigam mengumpat dalam hati, kenapa hari-hari pertamanya seperti ini! Benar-benar menyebalkan.
"Udah dong bu, emangnya ibu gak kasihan sama saya apa? Saya pegel loh bu" Pinta Zhaigam dengan puppy eyes.
Guru itu menggelengkan kepalanya, "Siapa suruh kamu telat masuk sekolah? Sudah tau telat, masih saja melawan" Ujarnya.
"Tapi saya lapar bu, boleh ibu beliin saya makanan" Tanya Zhaigam dengan wajah watadosnya.
Guru itu melotot. "Enak aja, sana kamu beli. Kalo kamu pingsan, saya yang repot lagi" Setelah mengatakan itu, guru itu segera pergi meninggalkan Zhaigam yang tersenyum lebar.
Akhirnya Zhaigam pergi ke kantin. Walaupun jam pelajaran masih berlangsung, tepi ia tidak perduli, perutnyalah yang sedang ia pedulikan sekarang.
Sesampainya di sana, Zhaigam memesan satu nasi goreng dan air putih. Sembari menunggu, ia memainkan ponselnya.
"Ekhm"
Zhaigam abai, ia masih berkutat dengan ponselnya.
"Ekhm"
Merasa terganggu, Zhaigam mematikan ponselnya dan mengalihkan tatapannya ke orang yang duduk didepannya.
"Siapa ya?" Tanya Zhaigam, cukup risih juga dia diginiin.
"Ngapain? Ini masih jam pelajaran, bukan istirahat" Ujarnya dengan tatapan tajam.
"Heh, tadi itu di hukum terus disuruh istirahat, yaudah istirahat lah" Ucap Zhaigam dengan sewot.
Orang itu mengangguk, "Saya kasih 15 menit untuk kamu istirahat, setelah itu masuk kelas. Paham?"
Zhaigam segera berdiri, menatap orang itu dengan kesal. "Lo pikir gue makan langsung ditelen gitu? Lagian makanannya aja belom sampai ini udah diginiin, jangan mancing emosi ya!"
"Den, ini pesanannya" Wanita paruh bayah datang menghampiri meja Zhaigam dengan nampan yang berada ditangannya.
"Loh Pak Leonard, tumben sekali datang ke sekolah ini Pak" Wanita paruh bayah itu menyapa seseorang yang berada di depan Zhaigam dengan senyuman kecil.
"Iya, saya lagi mantau aja" Jawabnya.
"Ohiya, kalo gitu saya permisi pak, den, mari" Wanita itu segera pergi meninggalkan Zhaigam dan Leonard.
"Jadi, bapak ini sebenarnya siapa ya?" Tanya Zhaigam.
Kini bocah itu tengah duduk sembari menyantap makanannya. Kegiatannya tak luput dari pandangan Leonard.
"Saya? Kepala sekolah disini" Jawabnya.
"Lucu nih si bapak, prank ya? Mana kamera, saya mau udahan" Ujar Zhaigam.
Leonard tersenyum kecil, "Kamu yang lucu, cepat habiskan makananmu baru balik ke kelas" Zhaigam mengangguk patuh.
"Tapi pak, boleh bayarin nasi goreng ini? Duit saya gak kebawa?" Tidak, itu hanya alibi. Dia bawa, tapi tidak mau mengeluarkan.
Zhaigam mengucapkan sambil mengeluarkan puppy eyes miliknya, jurus andalannya. Leonard mengangguk, dia akan berbaik hati untuk saat ini.
Zhaigam tersenyum lebar. Dengan cepat ia menghabiskan makanannya, setelah selesai ia mencium pipi Leonard dan izin pergi.
"Dia menciumku?" Tanya Leonard pada dirinya sendiri.
"Well, kamu sudah masuk ke kandang yang salah baby Gam" Ucap Leonard tersenyum kecil yang tersirat penuh makna.
***
Sepulang sekolah Zhaigam kembali ke rumahnya. Dia ingin kerja part time di sebuah cafe milik temannya yabg baru saja dibuka beberapa hari yang lalu. Sekarang pukul 3 sore, dan masih ada satu jam lagi untuk sampai di sana.
Drt... Drtt... Drt...
Ponsel Zhaigam berdering, menandakan panggilan masuk. Di layar ponselnya tertera nomor asing, karena tak kenal ia pun mematikan panggilan tersebut.
Ponsel itu berdering kembali, dengan nomor yang sama. Dengan jengkel Zhaigam menerima panggilan itu.
"Siapa ya?" Tanya Zhaigam to the point.
"..." Tidak ada jawaban dari sebrang sana.
"Gak jelas, gue matiin aja kalo gitu" Ucapnya.
"Jangan" Orang itu segera membuka suaranya.
"Siapa sih?" Tanya Zhaigam dengan kesal.
"Kamu masih inget abang Zhai?" Tanya orang itu dengan suara yang cukup familiar bagi Zhaigam.
"Lo gak sebut nama mana kenal bodoh, dasar sinting" Makinya.
"Lethnan" Ujar orang itu dengan cepat.
Deg!
"Lo nga-ngapain hubungin gue? Ja-jangan kembali brengsek!" Ucap Zhaigam terbata-bata.
"Tidak, abang hanya ing-"
"Anjing! Lo dateng seakan-akan lo gak ada masalah sama gue hiks... Lo pengecut, manusia sialan, gue benci lo Lethnan!" Pip.
Sambungan berhenti. Zhaigam membanting ponselnya ke segela arah. Zhaigam terduduk lemas di lantai, bayangan tentang masa lalunya perlahan kembali, dia tidak ingin kembali di masa kelam itu.
"Ngga hikss... Lo gak boleh balik lagi Lethnan" Ujar Zhaigam.
"Lo manusia bodoh! Lo sama seperti mereka hiks.. lo udah bikin gue seperti sekarang, dan pergi gitu aja" Zhaigam memukul dadanya yang terasa sakit.
"Bang bara-" Tak lama pandangan Zhaigam pun menggelap, kesadarannya telah hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZHAIGAM
Teen FictionZhaigam namanya, pemuda yang suka akan kebebasan. Dirinya tidak suka di kekang, apa lagi di atur. Hidup tanpa di temani ke dua orang tua, membuat dirinya begitu bebas. Lalu bagaimana, jika seorang lelaki bertubuh tegap dan menyeramkan dengan mudahny...