SAAT ini Zhaigam tengah memeluk bara dengan erat. Tadi pagi saat ia bangun, netranya tidak mendapatkan Bara yang berada didekatnya. Menunggu selama 2 jam, akhirnya Bara datang dengan alasan baru saja membersihkan diri.
"Makan dulu dek, ini udah jam 8 pagi" Ujar Bara.
Zhaigam menggelengkan kepalanya. "Ngga mau, perutnya sakit nanti muntah" Jawabanya lirih.
Bara berdecak kecil. Tangannya yang berada didekat nakas segera mengambil ponselnya, guna menghubungi Xavier untuk datang sekaligus membawa sarapan.
Ceklek...
Pintu terbuka lebar, pelakunya adalah Alzergan, ayah dari kedua anak itu.
"Gimana keadaan kamu hum? Masih pusing gak kepalanya?" Tanya Al menghampiri Zhaigam.
"Pusing Dad, mau gendong" Zhaigam merentangkan tangannya pada Al yang disambut dengan senang hati olehnya.
"Anak Daddy kok enteng banget" Gumamnya.
"Makan ya? Kata abangmu belom makan loh dari pagi tadi" Ucap Al.
"Perutnya sakit Dad. Makanan disini juga ga enak, pahit semua ijo-ijo gitu" Ujarnya yang diakhiri dengan bibir yang merucut.
Gemas dengan cara Zhaigam berbicara, Al segera menciumi seluruh wajah baby face itu.
"Minta sama bang Xavier, dia kan jago masak" Usul Al.
"Udah aku hubungi tadi lewat pesan, cuma di read aja sama dia" Sambung Bara.
Drt... Drt...
Sebuah panggilan masuk di ponsel Zhaigam, sang pemilik tidak tahu karena masih berada di gendongan Al.
Bara izin keluar pada mereka berdua dengan ponsel Zhaigam yang berada di tangannya. Selepas diluar ruangan, ia segera mengangkat panggilan itu.
"Zhaigam, kamu udah beberapa hari ga masuk, kemana?" Tanya seseorang diseberang sana.
"Siapa?" Tanya Bara dengan datar.
"Lendra, maaf ini siapa? Zhaigamnya mana ya?"
Pip.
Bara mematikan panggilan itu. Tidak penting menurutnya. Sedikit mengotak-atik ponsel Zhaigam, Bara menghapus dan memblokir nomor Lendra. Agak sakit orang ini sepertinya.
"Adek mau cerita kenapa bisa kaya gini?" Tanya Al hati-hati.
Zhaigam yang sibuk memainkan jarinya di dada bidang Al seketika terdiam. Haruskah dirinya menceritakan apa yang dialami kemarin?
"Eung, aku ta-takut dad" Jawab Zhaigam sembari menundukkan kepalanya.
Al tersenyum lembut, dengan sayang ia merengkuh Zhaigam, "Tidak apa-apa, disini ada bang Bara sama Daddy yang jaga kamu"
Zhaigam tersenyum, dia segera menciumi wajah Al di berbagai inci wajahnya. "Sayang Daddy Al banyak-banyak!" Pekiknya.
Bara mendengus, "Daddy yang disayang, abang ngga?"
"Ngga, emang situ siapa. Lagian jangan rusak momen bahagia orang, sana gih" Ujarnya dengan ketus.
"Awas aja minta peluk lagi" Gumam Bara.
***
Besok harinya Zhaigam di perbolehkan pulang. Siang ini, tepat pada pukul satu Zhaigam tengah berada di Mansion Al.
Sebelum berangkat Al berpesan untuk tinggal saja di Mansionnya, masalah barang-barang yang ada dirumahnya akan dipindahkan nanti.
Zhaigam sempat menolak, namun Al dengan otak pintarnya memberi sugesti bahwa orang yang Zhaigam takuti akan kembali datang menghampirinya. Mau tak mau, dirinya harus tinggal dengan mereka.
Di kediaman mansion Al yang awalnya sepi kini berubah berisik. Pelakunya adalah Zhaigam. Bocah itu kini tengah berteriak mencari Bara.
"Bang Bara!" Teriaknya dengan lantang.
Bara yang memang sedang bersantai di ruangan tamu, lantas berdecak kesal. Dengan malas ia beranjak menghampiri Zhaigam yang tengah berdecak pinggang di depan kamar mandi.
"Ini gimana baju gu—aku?" Tanya Zhaigam saat Bara sampai didekatnya.
Bara hampir tak percaya jika Zhaigam ini laki-laki. Pasalnya, tubuh bocah itu sangatlah putih bersih, mulus, dan juga ramping. Memandang itu semua membuat Bara — lupakan.
"Barangnya belum sampai, pakai baju abang ya?" Jawab Bara.
Zhaigam melotot tak terima, "Enak aja. Badan abang itu bongsor, macam titan mana muat sama badan aku yang imut kaya kurcaci gini."
"Gak jelas. Sana cepat ambil bajunya dikamar abang, deket lantai 2 pintu hitam" Ujar Bara, lalu pergi meninggalkan Zhaigam.
"Oooo sialan" Umpat Zhaigam.
"Ambilin dong! Dipikir enak pakai handuk begini, nanti kalo ada bodyguard disini yang mau culik aku gimana?"
"Siapa juga yang mau nyulik bocah brisik kaya kamu coba? Udah tunggu sini, biar abang ambil"
"Walaupun brisik tetap aja kalian bucin sama aku, haha" Ujarnya dengan PD.
Bara hanya berlalu tanpa menghiraukan ucapan Zhaigam. Setelah beberapa menit, Bara kembali dengan hoodie dan juga celana panjang ditangannya.
"Nih, cepet pakenya. Habis ini kita harus ke rumah om Nendra" Ujar Bara.
Zhaigam mengangguk. Lalu ia masuk kedalam kamar mandi dan memakai hoodie serta celananya juga.
Tak lama berselang, Zhaigam sudah tampil imut dengan pakaian yang sudah melekat ditubuhnya. Ia menghampiri Bara yang sudah bersiap di depan pintu.
"Udah kan? Ayo, mereka udah nungguin" Bara segera menarik Zhaigam menuju mobil.
***
Sesampainya di sana, pertama kali yang ia lihat adalah rumah elit yang begitu megah. Interiornya terlihat sangat malah dan jug elegan, tak lupa juga kesan black ala-ala kerajaan sangat membuatnya terkagum-kagum.
"Mingkem dek" Ujar Bryan yang ternyata sudah berdiri didepan pintu untuk menunggu Zhaigam dan Bara.
"Brisik" Ucap Zhaigam.
Akhirnya mereka bertiga langsung masuk kedalam ruang utama. Saat Zhaigam masuk, suasana yang tadinya ramai menjadi hening.
Zhaigam yang melihat itu segera merapatkan dirinya ke Bara, "Bang kok mereka lihat aku kaya gitu sih" Tanya Zhaigam berbisik.
"Biarin aja, mereka punya mata" Jawab Bara singkat.
Zhaigam mendengus kesal.
"Jangan takut dek, sana gih salam sama mereka" Suruh Bryan.
Dengan hati yang sedikit takut, Zhaigam berjalan dengan wajah yang tersenyum kikuk.
"Hallo, saya Zhaigam" Ucap Zhaigam sembari memberi hormat 90° didepan mereka semua.
Merasa sudah berkenalan, Zhaigam kembali mundur menghampiri Bara. Namun, ucapan seseorang membuatnya berhenti.
"Siapa yang menyuruhmu pergi?"
.
.
.maaf ya ga up 4 bulan lebih, malu banget sekali dateng malah ngasih kabar kalo Zhaigam mau unpub :/
jujur disitu aku udah gak ada feel lagi sama cerita ini, tapi kalian masih ingin banget sama kelanjutan Zhaigam. jadi aku usahain buat update lagi, maaf juga kalo feelnya ga dapat guys. thank u for waiting this story, sehat-sehat ya kalian !
KAMU SEDANG MEMBACA
ZHAIGAM
Teen FictionZhaigam namanya, pemuda yang suka akan kebebasan. Dirinya tidak suka di kekang, apa lagi di atur. Hidup tanpa di temani ke dua orang tua, membuat dirinya begitu bebas. Lalu bagaimana, jika seorang lelaki bertubuh tegap dan menyeramkan dengan mudahny...